Kelompok Supremasi Kulit Putih dan Kekerasan di AS
Kelompok supremasi kulit putih dilaporkan kerap menghasut kekerasan dalam berbagai unjuk rasa memprotes rasisme dan kebrutalan polisi di Amerika Serikat dalam beberapa waktu terakhir.
Supremasi kulit putih telah berubah menjadi ancaman keamanan di AS, bahkan dilaporkan telah membunuh sekitar sembilan kali lebih banyak orang Amerika daripada yang dilakukan ekstremis selama serangan teror yang dilakukan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Supremasi kulit putih selama ini juga kerap dituding sebagai biang masalah rasialisme yang bergejolak di AS. Moderator debat calon presiden AS Chris Wallace dalam salah satu segmen debat perdana yang berlangsung di Case Western Reserve University, Selasa malam, 29 September 2020 bertanya kepada Donald Trump apakah dirinya siap mengecam supremasi kulit putih dan meminta mereka untuk menahan diri saat unjuk rasa memprotes rasisme digelar di berbagai kota.
Trump menyatakan bersedia, namun dia menyebut nama sebuah kelompok milisi tertentu. Trump mengatakan, "Tentu, saya bersedia, tapi saya akan mengatakan bahwa hampir semua yang saya lihat adalah dari sayap kiri, bukan dari sayap kanan. Saya bersedia melakukan apa saja. Saya ingin melihat perdamaian."
"Katakan. Lakukan. Katakan," ucap capres dari Partai Demokrat, Joe Biden, menimpali sembari mendorong Trump untuk mengecam supremasi kulit putih.
"Siapa yang Anda inginkan untuk saya kecam?" Trump bertanya balik ke moderator Wallace.
Tiba-tiba Trump menyebut nama sebuah kelompok milisi sayap kanan yang dikategorikan sebagai kelompok kebencian.
"Proud Boys -- mundur dan bersiaplah (stand back and stand by). Tapi saya akan memberitahu Anda. Saya beritahu. Seseorang harus melakukan sesuatu soal Antifa dan (kelompok sayap) kiri, karena ini bukan persoalan sayap kanan," cetus Trump mengelak untuk melontarkan kecaman.
Proud Boys merupakan kelompok paramiliter sayap kanan jauh. Menurut Southern Poverty Law Center, kelompok ini dikenal anti-Muslim dan dikenal dengan retorika misoginis (membenci wanita).
Kelompok ini juga diketahui mengadopsi slogan yang tertulis pada logonya berbunyi: "Stand Back, Stand By." Kalimat yang sama diucapkan Trump dalam debat capres saat dia diminta mengecam kelompok supremasi kulit putih.
Anggota Proud Boys, kelompok sayap kanan, terlihat mengenakan seragam kaus polo hitam dan kuning di beberapa kampanye Trump. Supremasi kulit putih dilaporkan telah menyamar sebagai kelompok Antifa melalui sebuah akun media sosial, dan menyerukan kekerasan.
Sebelum diketahui akun tersebut dijalankan oleh supremasi kulit, Donald Trump Jr., putra Presiden, mengarahkan 2,8 juta pengikut Instagram-nya ke akun tersebut sebagai contoh betapa berbahayanya Antifa.
Perubahan Sikap Trump
Capres petahana AS Donald Trump mengecam supremasi kulit putih. Hal itu disampaikan Trump dalam Town Hall Meeting, acara pengganti debat capres AS kedua, Kamis malam, 15 Oktober 2020.
"Saya mengecam supremasi kulit putih. Saya mengecam supremasi kulit putih selama bertahun-tahun, tetapi Anda selalu memulai dengan pertanyaan," kata Trump kepada moderator NBC.
Dia malah balik menyerang moderator dengan mengatakan "Anda tidak bertanya kepada Joe Biden apakah dia mencela Antifa atau tidak."
Sikap Trump sangat berbeda dari apa yang dia sampaikan dalam debat capres pertama pada akhir September 2020. (RA)