Bersama Imam Husein as; Sirah Imam Husein as (7)
Kita berada di hari ketujuh di bulan Muharram. Kali ini kita akan membahas sirah dan perilaku Imam Husein as selama di Padang Karbala.
Imam Husein as manifestasi seluruh sifat baik dan dari sisi moral serta perilaku, ia adalah teladan dan manifestasi penuh Rasulullah Saw. Sirah akhlaki dan perilaku Imam menunjukkan spirit tinggi dan bimbingan Rasulullah. Karakteristik unggul beliau dan perilakunya muncul di berbagai kesepatan selama kebangkitan Asyura dan sejarah menjadi saksi kuat akan klaim ini.
Di antara karakteristik Abu Abdillah as adalah kecintaannya akan munajat dan ibadah. Ibadah kepada Tuhan memiliki dampak khusus pendidikan dan sumber kesempurnaan jiwa dan spiritual manusia. Ibadah dan irfan, membuat jiwa hamba bergabung dengan kekuatan ilahi yang tak terbatas dan kesempurnaan mutlak. Allah Swt di ayat 17 dan 18 Surah Adh-Dhariyat terkait hamba-Nya berkata, “Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.”
Doa Arafah Imam Husein as contah lain dari irfan beliau, ketika beliau bermunajat kepada Tuhannya dan berkata, “Ya Tuhanku ! Apa yang dia temukan yang kehilanganmu? Dan apa yang hilang dari orang yang menemukanmu? “Sesungguhnya orang yang puas dengan orang lain selain kamu adalah orang yang merugi, dan orang yang berpaling dari kamu akan merugi.”
Pada malam Tasua, Umar bin Saad memerintahkan penyerangan. Sayidina Abbas as ditugaskan oleh Imam Husein as untuk mengambil jeda dari para penindas pada malam Asyura dan untuk menunda perang ke hari berikutnya. Abu Abdullah as mengungkapkan motivasinya untuk menunda perang kepada saudaranya Abbas: “Saudaraku Abbas! Sayangku, naiklah ke kudamu... Pergi ke mereka dan jika Anda dapat menunda perang sampai besok pagi dan menjauhkan mereka dari kita malam ini, mungkin kita bisa berdoa dan bermunajat dan meminta pengampunan dari Tuhan kita malam ini, Dia tahu betul bahwa saya senang dan membaca Al-Qur'an serta meminta pengampunan dari-Nya."
Imam Husein as sangat menyukai doa, zikir dan munajat sehingga dia ingin mengambil cuti malam dari musuh untuk bermunajat dan berdoa, sambil berdiri teguh melawan tuntutan musuh yang tidak sah.
Spirit perjuangan dan muqawama sangat kentara di perilaku dan ucapan Imam Husein as, hingga akhir kehidupannya, hingga Imam di subuh hari Asyura setelah menunaikan shalat Subuh berbicara kepada pengikutnya dan di penggalan pidatonya, Imam memperkuat semangat pasukannya. Di pidatonya ini Imam kembali menjelaskan tujuannya dan menunjukkan tekad kuatnya dalam melanjutkan perjuangan kepada sahabatnya serta merekomendasikan mereka untuk bersabar dan istiqamah. Imam Husein as berkata, Wahai pengikutku ! Allah Swt meridhai syahadah kalian dan aku di hari ini, oleh karena itu berjuanglah dan terus berjuang.
Hadis terkenal dari Imam Shadiq as menyebutkan Imam Husein sebagai pemberi petunjuk dan pencerah. Imam Shadiq as di riwayat ini mengatakan, bacalah Surah al-Fajr di shalat wajib dan sunnah kalian, karena Surah ini adalah Surah Husein bin Ali as dan siapa saja membacanya maka di hari Kiamat akan bersama Husein di surga.
Poin penting di riwayat ini adalah di antara surah al-Quran, Surah al-Fajr dikhususkan untuk Imam Husein as. Bani Umayyah ingin melupakan nilai-nilai ilahi yang dibangun atas kerja keras Rasulullah Saw, namun menginat Fajr berarti terang, Imam Husein di hari-hari kegelapan kepemimpinan despotik, dengan mengorbankan nyawanya dan keluarganya seperti ufuk terang yang bersinar dan dengan menampilkan gambaran jelas atas sendi-sendi dan hukum Islam, Imam telah memperjalas jalan kemanusiaan hingga Kiamat.
Zuhud adalah karakteristik lain dari perilaku Imam Husein as di Karbala. Di akhir pidatonya di pagi hari Asyura, dengan kata-kata yang bersumber dari kedalaman jiwa dan iman, Imam kepada pengikutnya berkata, “Wahai orang mulia ! Bersabarlah, dan ketahuilah bahwa kematian tak lebih sebuah tangga yang membuat kalian melewati penderitaan dan kesulitan serta membawa kalian ke surga yang luas dan kekal. Siapa yang tidak ingin pindah dari penjara ke istana ? Dan kematian ini bagi musuh kalian seperti pindah dari istana ke penjara serta ruang penyiksaan. Kakekku, Rasulullah Saw berkata kepadaku, “Dunia penjara orang mukmin dan surga orang kafir, dan kematian sebuah tangga yang membawa orang beriman ke surga dan orang kafir ke neraka.”
Kehormatan orang muslim terletak pada penerimaan sistem yang tepat dan sah yang dirancang oleh Rasulullah Saw, dan sistem tersebut adalah Imamah. Oleh karena itu, pemerintahan seperti Yazid bertentangan dengan sistem yang diinginkan Tuhan dan sama artinya dengan kehinaan orang mukmin. Imam Husein as yang menjadi perwakilan sistem Imamah, mengejar kemuliaan Islam dan umat Muslim. Beliau menilai hina kekuasaan dan kepemimpinan Yazid, dan menentangnya.
Jelas, tujuan Imam Husein as adalah untuk mewujudkan kekuasaan dan kehendak Tuhan dalam masyarakat, dan dia tidak melakukan apa pun yang akan melemahkan agama ilahi. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang tersisa bagi beliau adalah berperang, atau tunduk pada penghinaan, dan menyerah kepada Yazid. Untuk alasan ini, Imam menyatakan kesyahidan di jalan Allah lebih layak daripada kesetiaan kepada Yazid, dan secara eksplisit menyatakan: "Kehinaan jauh dari kita."
Imam Husein as dalam semua masa-masa sensitif dan kritis, karena situasi dan kondisi saat ini, mengambil cara terbaik dan paling layak untuk melestarikan prinsip-prinsip Islam dan memerangi kepalsuan dan para pemimpin kemunafikan, dan hasilnya dari upaya tak kenal lelah dan penuh kebanggaan ini adalah kesyahidan yang dirindukan dan yang diridhai oleh Allah Swt. Di Surah al-Fajr ayat 27-30 Allah berfirman, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”
Di salah satu penggalan doa ziarah Asyura disebutkan, «إِنِّی سِلْمٌ لِمَنْ سَالَمَکُمْ وَ حَرْبٌ لِمَنْ حَارَبَکُمْ إِلَی یَوْمِ الْقِیَامَةِ (Aku berdamai dengan orang yang berdamai denganmu (Husein) dan berperang melawan orang yang melawanmu hingga hari Kiamat). Sejatinya mereka mereka yang melantunkan doa ini tengah belajar untuk menjaga nilai-nilai Ilahi dan hingga akhir nafas atau tetes darah terakhir, harus terus bertahan dan istiqamah sehingga mampu meraih kebahagiaan yang kekal bagi dirinya.