Okt 23, 2021 15:52 Asia/Jakarta

Surat Al-Fath 26-29

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (26)

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (48: 26)

Pembahasan sebelumnya tentang Perjanjian Hudaibiyah di sebuah daerah dekat Mekah antara Rasulullah Saw dan pembesar musyrik Mekah. Ayat ini mengisyaratkan salah satu faktor kekufuran, yakni fanatisme buta dan mengatakan, fanatisme dan kecongkakan jahiliyah membuat orang musyrik tidak mengijinkan Rasulullah Saw dan muslimin untuk melakukan ibarah haji dan berkurban di kota suci Mekah.

Mereka mengatakan, mereka ini membunuh ayah dan kakek kita di perang Badr dan Uhud, bagaimana kita mengijinkan mereka memasuki kota kita dan kembali dengan selamat ? Padahal mereka menyadari bahwa ziarah ke Baitullah diperbolehkan bagi semua orang dan kota Mekah tempat aman, bahkan jika mereka melihat pembunuh ayahnya tengah berada di kota ini atau menunaikan ibadah haji dan umrah, mereka tidak akan mengganggunya.

Sebaliknya Allah menenangkan Rasulullah dan orang mukmin serta memintanya berlapang dada untuk mencegah pertumpahan darah di tanah suci ini. Allah meminta Nabi-Nya untuk sementara menahan diri dan mempersiapkan kemudahan bagi ziarah ke tanah suci untuk tahun-tahun mendatang melalui perjanjian damai dengan orang musyrik. Jika fanatisme buta era jahiliyah juga menguasai orang muslim, maka saat itu akan terjadi perang di tanah suci Mekah.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Segala bentuk fanatisme di bidang ideologi dan praktis yang muncul dari budaya jahiliyah serta tidak sesuai dengan logika dan argumentasi yang benar, pasti tertolak.

2. Keharusan dari iman dan takwa adalah menjaga ketenangan dan pendekatan rasional serta jauh dari kemarahan di urusan pribadi dan sosial.

لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آَمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا (27)

 

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat. (48: 27)

Sebelum rombongan muslimin bergerak ke Mekah, Rasulullah Saw bermimpi melihat seluruh sahabatnya memasuki Masjidil Haram untuk menunaikan ibadah haji. Kemudian beliau menceritakan mimpinya tersebut kepada para sahabat. Kaum muslim berpikir bahwa mimpi nabi akan terealisasi tahun itu juga. Oleh karena itu, ketika kaum musyrik menutup jalan mereka untuk memasuki Mekah, sejumlah muslim mulai ragu, jangan-jangan mimpi Nabi palsu dan tidak benar.

Saat itulah ayat ini turun dan menegaskan bahwa mimpi tersebut benar dan secara pasti umat muslim akan memasuki Masjidil Haram dengan aman. Berdasarkan Perjanjian Hudaibiyah, tahun berikutnya orang musyrik akan mengosongkan Mekah selama tiga hari dan umat muslim dengan tenang dapat menjalankan ibadah haji dan umrahnya dengan agung. Namun demikian, ternyata orang musyrik malah melanggar janjinya dan umat muslim tahun delapan hijriyah menaklukan Mekah tanpa pertumpahan darah.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Janji Tuhan pasti terealisasi, meski terkadang terlambat karena sesuai dengan ilmu dan hikmah Tuhan, tapi keterlambatan ini jangan sampai membuat kita ragu.

2. Jika menerima perdamaian demi kemaslahatan masyarakat dan bukan karena takut musuh, maka berkah perdamaian seperti ini akan tinggi dan awal dari kemenangan.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (28)

 

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (48: 28)

Melanjutkan ayat sebelumnya tentang janji kemenangan muslimin atas orang musyrik Mekah, ayat ini menyatakan, kemenangan ini akan terus berlanjut dan akan tiba saatnya Islam menyebar ke seluruh dunia dan mengalahkan setiap agama dan aliran, karena ucapan Tuhan adalah kebenaran dan membimbing manusia ke arah kebahagiaan.

Berdasarkan riwayat mutawatir yang disepakati seluruh umat Muslim, janji ini akan terealisasi di akhir zaman oleh salah satu keturunan Rasulullah Saw bernama Mahdi. Ia akan melawan kaum arogan dan pemimpin zalim dengan bantuan kaum tertindas dunia. Imam Mahdi as dengan bantuan Tuhan akan mengalahkan kaum zalim dan kemudian menegakkan keadilan dan keamanan di seluruh dunia.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Dengan kehendak Allah, agama kebenaran akan menyelimuti seluruh alam dan terbuka peluang untuk membimbing masyarakat dunia ke arah agama ilahi.

2. Agama-agama masa lalu bersifat khusus untuk periode waktu tertentu, dan sebaliknya, ajaran Islam tidak spesifik untuk waktu tertentu. Oleh karena itu, masa depan adalah milik Islam dan agama ini akan menjadi universal. Oleh karena itu, umat Islam harus menjalankan tugasnya dengan baik dan memperkenalkan wajah Islam yang sebenarnya kepada dunia.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (29)

 

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (48: 29)

Ayat ini merupakan ayat terakhir Surat Al-Fath dan menjelaskan kondisi yang diperlukan bagi terealisasinya janji ilahi yang disebutkan di ayat sebelumnya. Ayat ini mengatakan, umat muslim harus menyusun interaksi personal dan sosialnya berdasarkan empat kriteria ini bagi kemenangan Islam atas seluruh agama.

Pertama, harus bersikap tegas, keras dan solid terhadap musuh.

Kedua, harus bersikap penuh kasih terhadap sesama kaum muslim dan beriman.

Ketiga, harus menunjukkan penghambaan dan ibadah di hubungan dengan Tuhan.

Keempat, terkait dengan diri sendiri, harus berusaha untuk tumbuh, berkembang, maju dan mencapai independesi ekonomi serta politik.

Jika umat Muslim menjadikan kriteria ini sebagai teladannya, bukan saja mereka akan menang dihadapan musuh di dunia, bahkan di akhirat akan mendapat rahmat serta ampunan Tuhan.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Islam adalah agama yang komprehensif dan memiliki perencanaan untuk semua dimensi dan aspek kehidupan manusia.

2. Globalisasi Islam tidak mungkin terjadi tanpa mengikuti sunnah Rasulullah dan memiliki pengikut yang jujur ​​dan teguh.

3. Di Taurat dan Injil juga disebutkan sifat-sifat pengikut Rasulullah Saw.

4. Pertumbuhan kualitas dan kuantitas umat Muslim membuat musuh marah.