Jalan Menuju Cahaya 1010
Surat al-Munafiqun 1-6
سورة المنافقون
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (1) اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (2)
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (63: 1)
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (63: 2)
Surat al-Munafiqun diturunkan di Madinah dan terdiri dari 11 ayat. Pembahasan utama ayat ini mengenai sifat munafik dan karakteristik orang-orang munafik.
Selama Nabi berada di Mekah, beriman kepada beliau tidak membawa dampak apa pun bagi orang-orang mukmin kecuali penyiksaan dan penganiayaan oleh kaum musyrik dan hilangnya hak-hak sosial tertentu. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang jujur dalam menyatakan keimanannya. Namun setelah hijrahnya Nabi dan umat Islam ke Madinah dan bangkitnya umat Islam, sebagian orang yang tidak beriman kepada Nabi di dalam hatinya, demi mempertahankan kedudukan sosialnya, mengungkapkan Islam dan keimanan dalam lisan. Akibatnya, jumlah orang munafik di masyarakat berangsur-angsur meningkat. Oleh karena itu, ciri-ciri orang munafik disebutkan dalam surat-surat yang diturunkan di Madinah.
Salah satu ciri orang munafik adalah menyalahgunakan sakralitas agama untuk mencapai tujuannya. Sebagaimana mereka membangun masjid di Madinah dan meminta Rasulullah hadir untuk meresmikannya, namun Allah menyebutnya sebagai masjid yang merugikan, sehingga menimbulkan perpecahan dan perselisihan di kalangan umat Islam. Ayat-ayat ini juga mengacu pada penggunaan sumpah oleh orang-orang munafik atas nama Tuhan untuk menipu orang dan membenarkan diri mereka sendiri.
Dari dua ayat tadi terdapat lima pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Nifak adalah sebuah kebohongan praktis, di mana seseorang kafir dalam hatinya, tapi secara lisan mengungkapkan keimanan.
2. Kata-kata manis dan sanjungan adalah cara-cara orang munafik. Oleh karena itu, kita tidak boleh senang dengan ekspresi pengabdian dan persahabatan apa pun serta klaim persahabatan dan dukungan dan selalu berhati-hati terhadap orang yang menyanjung.
3. Kita harus menjauhi orang-orang yang suka bersumpah dan banyak menekankan ucapannya, karena orang-orang seperti ini biasanya adalah orang munafik dan pembohong.
4. Kebenaran suatu perkataan adalah satu hal, namun kejujuran pembicara dalam mempercayai perkataan itu adalah soal lain. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati terhadap orang-orang munafik yang terkadang di luarnya mengatakan kebenaran.
5.Munafikin berusaha menghalangi jalan Tuhan dan mencegah penyebaran agama dengan berbagai cara, seperti mematahkan persatuan umat Muslim dengan membangun Masjid Dhirar, merusak pasukan dengan meninggalkan medan perang, serta menghancurkan perekonomian dengan memperingatkan masyarakat untuk tidak membantu agama Tuhan.
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ (3) وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (4)
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (63: 3)
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (63: 4)
Ayat ini mengisyaratkan perbedaan zahir dan batin orang munafik, dan mengatakan, zahir mereka menipu dan ucapannya sangat menarik dan manis, serta menarik setiap pendengar. Namun mereka dalam batinnya adalah kafir dan syirik, serta jauh dari jalan keimanan dan tidak mendapat petunjuk ilahi.
Mereka adalah mayat-mayat tak berjiwa yang penampakannya memenuhi mata orang-orang, namun di dalamnya mereka tak berotak dan kosong, dan mereka adalah orang-orang pengecut yang karena takut akan nyawa mereka, menganggap perkataan orang lain berbahaya bagi mereka dan menentang mereka. Orang munafik hanya berharap perkataannya didengar dan diterima.
Allah memerintahkan Nabi dan para pengikutnya untuk berhati-hati agar tidak tersihir dengan penampilan cantik dan kata-kata menyihir orang-orang munafik dan ketahuilah bahwa mereka batinnya adalah musuh orang-orang mukmin, meskipun mereka secara lahiriah menyatakan persahabatan. Mereka layak menerima laknat orang-orang mukmin di dunia dan siksa Tuhan di akhirat.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Orang yang mengetahui kebenaran tapi tidak menerimanya, sejatinya telah mengunci hatinya dan membuat dirinya tidak menerima kebenaran.
2. Munafikin adalah musuh yang hidup di tengah orang-orang mukmin. Mereka adalah musuh internal, dan lebih berbahaya dari musuh luar, karena mereka misterius dan tidak dikenal, serta sulit untuk mengenali mereka. Oleh karena itu, melawan mereka cukup sulit.
3. Kita tidak mengetahui batin seseorang, meski demikian kita tidak boleh hanya cukup dengan zahir mereka dan jangan tertipu dengan penampilan luarnya. Entah mereka cantik dan menarik dari segi rupa dan penampilan, atau mereka tampak sebagai orang yang beriman, bersahaja, dan berakhlak. Tolok ukur adalah kinerja seseorang.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ (5) سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (6)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. (63: 5)
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (63: 6)
Seperti yang sebutkan sejarah, sejumlah munafikin Madinah melontarkan kata-kata tak pantas terkait Rasulullah Saw dan pengikutnya, tapi mereka menepisnya di hadapan Nabi, dan menolak untuk meminta maaf kepada Nabi dan orang mukmin. Akar dari perilaku mereka ini adalah kesombongan yang menganggap dirinya lebih besar dan terhormat, sementara orang lain adalah hina.
Wajar mereka yang tidak menyesal atas perbuatan buruknya dan menganggap dirinya tidak bersalah, tidak ingin meminta pengampunan Tuhan. Bahkan permintaan ampunan Rasul bagi mereka juga tidak efektif, dan rahmat serta ampunan ilahi tidak mencakup orang-orang seperti ini.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kita harus berusaha untuk menyelamatkan orang bersalah dan berdosa, serta membuka jalan tobat bagi mereka.
2. Mari kita membuka jalan untuk menerima ampunan ilahi dengan bertawassul kepada Nabi dan beristigfar kepada beliau.
3. Takabbur dan sombong adalah indikasi nyata orang munafik. Mereka menganggap dirinya tidak bersalah, serta menganggap dirinya paling benar.
4. Sombong dan menolak kebenaran membuat manusia semakin jauh dari hidayah dan rahmat luas ilahi.