Jalan Menuju Cahaya 968
Surat At-Tur 22-31
وَأَمْدَدْنَاهُمْ بِفَاكِهَةٍ وَلَحْمٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (22) يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلَا تَأْثِيمٌ (23) وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ (24)
Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. (52: 22)
Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa. (52: 23)
Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. (52: 24)
Di pembahasan sebelumnya dibahas mengenai nikmat yang diperoleh penghuni surga. Ayat ini melanjutkan nikmat tersebut dan menyinggung sejumlah makanan dan minuman yang dinikmati penghuni surga dan menyatakan, "Berbagai buah-buahan disiapkan di surga dan kapan pun ahli surga menginginkan buah-buahan, mereka langsung diberi. Berbeda dengan di dunia, setiap buah-buahan tumbuh di musim tertentu, kondisi dan geografi tertentu.
Selain beragam buah-buahan, ahli surga juga juga menikmati beragam protein dari daging burung, ikan laut dan hewan lainnya. Nikmat ini tidak ada batasnya bagi penghuni surga.
Wajar jika di samping makanan, mereka juga membutuhkan minuman. Di surga penghuni surga menikmati minuman bergandengan tangan dan mereka meminumnya hingga klimaks tanpa ada bahaya seperti minuman anggur di dunia yang membuat orang mabuk dan mendorong manusia berbuat dosa.
Sementara itu, pelayan senantiasa siap melayani penghuni surga dan apa yang mereka minta langsung diberi, sehingga mereka tidak akan merasa kekurangan.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:
1. Makanan dan minuman surgawi sangat beragam dan sesuai dengan selera penghuninya, supaya mereka makan dan minum dengan penuh selera dan tidak bosan.
2. Mereka yang menjaga diri selama di dunia dari perbuatan sia-sia dan buruk, di Hari Kiamat mereka akan dimasukkan ke surga.
3. Minuman keras di surga tidak seperti di dunia yang memiliki bahaya. Minuman keras di surga tidak membuat orang mabuk dan juga tidak mendorong manusia melakukan perbuatan yang tak pantas atau dosa.
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25) قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28)
Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya. (52: 25)
Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)". (52: 26)
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (52: 27)
Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (52: 28)
Ayat ini menyebutkan dialog antara penghuni surga dan menyatakan, "Sejumlah dialog tentang masa lalu mereka, tentang perbuatan baik yang mereka lakukan selama di dunia yang membuat mereka dimasukkan ke surga ."
Jawaban terpenting dari pertanyaan ini adalah belas kasih dan kepedulian mereka terhadap keluarga mereka. Orang-orang ini melakukan tugas mereka baik terhadap orang tua, istri atau suami dan anak-anak mereka, serta mengerahkan segenap upayanya untuk menjaga mereka supaya tidak menyimpang. Mereka bukan saja menjaga dirinya dari perbuatan dosa, tapi juga berusaha keras mendidik anak-anaknya sehingga mereka menjadi anak yang saleh dan mukmin.
Wajar jika perhatian dan kasih sayang ini membuat mereka mendapat rahmat ilahi. Berkat rahmat tersebut, mereka berkumpul bersama keluarganya di surga dan semuanya diselamatkan dari api neraka.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:
1. Surga dan neraka berada di tangan kita. Perbuatan dan perilaku kita selama di dunia yang akan menentukan nasib kita di Hari Kiamat, surga atau neraka.
2. Kepedulian, perhatian dan kasih sayang untuk keluarga, yang mengarah pada pengasuhan anak yang tepat, adalah kunci masuk surga. Sifat ini menjadikan manusia dan anak-anaknya sebagai ahli surga.
3. Ahli surga menganggap surga sebagai anugerah dan berkah ilahi bagi mereka, bukan pahala atas perbuatan kecil mereka yang tidak sebanding dengan nikmat ilahi yang tak terhingga.
فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلَا مَجْنُونٍ (29) أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَتَرَبَّصُ بِهِ رَيْبَ الْمَنُونِ (30) قُلْ تَرَبَّصُوا فَإِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُتَرَبِّصِينَ (31)
Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. (52: 29)
Bahkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya". (52: 30)
Katakanlah: "Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu". (52: 31)
Setelah menyebutkan nikmat para penghuni surga, Allah Swt di ayat ini kepada Rasulullah Saw berfirman, "Sampaikan hal ini kepada manusia dan ingatkan mereka dengan Hari Kiamat, supaya mereka tidak terlena dengan kehidupan dunia dan lalai akan akhirat."
Sementara itu, orang musyrik setelah mendengar peringatan ini malah menyebut Rasulullah Saw serbagai dukun dan penyihir. Mereka mengatakan, ia (Muhammad) adalah dukun yang meramalkan masa depan, berbicara mengenai masa depan dan ingin memberi tahu manusia akan rahasia alam ghaib. Oleh karena itu, ia memiliki komunikasi dengan jin dan mendapat berita tentang masa depan darinya.
Padahal Allah Swt berfirman, pengetahuan Rasulullah akan masa depan karena wahyu ilahi dan tanggung jawab kenabian dan risalahnya, dan ia bukan penyihir. Ia bukan penyair dan kata-katanya adalah firman Tuhan, bukan pemikiran dan hayalan pribadinya di mana akan hilang ketika ia pergi dan digantikan dengan penyair atau penyihir lain.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin berharga yang dapat dipetik:
1. Para penentang nabi senantiasa berusaha menjauhkan masyarakat darinya dengan melontarkan tudingan tak berdasar seperti penyair atau penyihir.
2. Musuh Islam berharap dengan kematian Rasulullah Saw, Islam akan padam. Tapi kehendak Allah Swt adalah Islam senantiasa bersinar dan abadi. Seperti yang kita saksikan saat ini, meski ada beragam konspirasi, Islam tetap eksis di dunia dan terus berkembang.