Feb 20, 2022 15:12 Asia/Jakarta

Surat At-Tur 41-49

أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُونَ (41) أَمْ يُرِيدُونَ كَيْدًا فَالَّذِينَ كَفَرُوا هُمُ الْمَكِيدُونَ (42) أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (43)

Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya? (52: 41)

Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. (52: 42)

Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (52: 43)

Di pembahasan sebelumnya, Tuhan mempertanyakan para penentang Rasulullah Saw, apa dasar kalian melontarkan tuduhan seperti ini kepada utusan-Nya. Ayat ini melanjutkan pertanyaan tersebut dan mengatakan, Apakah para penentang mengklaim bahwa diri mereka berhubungan dengan alam ghaib dan secara langsung menerima wahyu ilahi, serta tidak membutuhkan firman Tuhan yang disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka ?

Atau mereka tengah melakukan konspirasi dan rencana untuk meneror Rasulullah, sementara mereka harus mengetahui bahwa mereka sendiri tunduk kepada kehendak Tuhan dan rencana mereka akan merugikan mereka sendiri. Mereka jika bersandar pada kekuatan palsu yang mereka anggap sebagai sekutu Tuhan, maka ketahuilah bahwa  bahwa mereka tidak dapat mendukung dan membantu mereka melawan kekuatan Tuhan.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:

1. Salah satu metode dakwah dan membimbing para pengingkar adalah melontarkan sejumlah pertanyaan untuk membangunkan mereka dan memaksanya untuk berpikir.

2. Siapa saja selain para nabi dan wali Allah memiliki hubungan dengan hal-hal ghaib, maka klaimnya tidak memiliki landasan logika dan ilmiah, serta kata-katanya batil.

3. Tuhan mendukung orang yang beriman dan konsisten, serta jika diperlukan akan menggagalkan konspirasi musuh melawan mereka.

وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ (44) فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ (45) يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (46)

Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan: "Itu adalah awan yang bertindih-tindih". (52: 44)

Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (52: 45)

(yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. (52: 46)

Ayat ini menyinggung puncak keras kepala orang kafir dan mengatakan, jika azab Allah turun berupa batu dari langit, mereka akan mengingkarinya dan berkata: Ini adalah awan-awan di langit yang telah mengembun dan kemudian jatuh. Mereka bukan saja mengingkari kebenaran spiritual, bahkan kebenaran fisik dan apa yang mereka saksikan dengan mata juga mendistorsinya sehingga mereka dapat lari dari beriman kepada Tuhan.

Oleh karena itu, ayat ini kepada Rasulullah berkata, tinggalkan orang-orang seperti ini; Mereka bukannya tertidur yang harus kamu bangunkan. Mereka berpura-pura tertidur dan seberapa besar usahamu untuk membangunkan mereka, merekat idak akan terbangun. Hanya kematian dan kehancuran yang akan membangunkan mereka, tapi saat itu tidak ada lagi gunanya bagi mereka. Selain itu, rencana mereka untuk mengalahkan kebenaran dan menghancurkan agama Tuhan gagal dan tidak akan lagi menjadi penyelamat bagi mereka.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:

1. Keras kepala juga akan membuat mata manusia buta melihat hakikat materi, apalagi hakikat maknawi yang harus dilihat melalui hati dan diterima. Para prinsipnya keras kepala manusia mendorongnya menganalisa kebenaran secara keliru.

2. Bimbingan dan petunjuk para nabi bagi mereka yang ingin memahami kebenaran, bukan bagi mereka yang menolak kebenaran dan tetap keras kepala.

3. Para penentang tidak memperhitungkan kehancuran dirinya di perhitungan mereka. Mereka menganggap akan abadi dan mampu melancarkan rencana dan konspirasinya. Padahal jika Tuhan berkehendak, kematian dan kehancuran mereka akan tiba serta rencana mereka akan musnah.

وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (47) وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ (48) وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَإِدْبَارَ النُّجُومِ (49)

Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (52: 47)

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, (52: 48)

dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar). (52: 49)

Melanjutkan ayat sebelumnya terkait turunnya murka dan azab ilahi kepada orang kafir dan keras kepala, ayat ini mengatakan,"Azab ilahi tidak terbatas di akhirat, tapi juga akan diturunkan di dunia dan alam Barzah, tapi mereka yang tidak mengetahui wahyu, tidak mengetahui hal ini dan tidak berpikir untuk memperbaiki dan menyelamatkan diri dari azab Tuhan."

Di akhir surat ini, setelah menjelaskan beragam tuduhan dan konspirasi musuh, Allah Swt kepada Rasulullah Saw berkata, "Tetaplah konsisten dan istiqamah menjalankan tanggung jawab menyebarkan risalah yang telah Kami bebankan di pundakmu, dan Kami adalah pembimbing dan pendukungmu serta sedetikpun kamu tidak lepas dari pandangan Kami, sehingga Kami membiarkan kamu sendirian."

Namun begitu perkuat jiwamu dengan senantiasa berhubungan dengan Tuhan dan ucapkan tasbih dan puji-pujian kepada-Nya setiap pagi dan malam. Ini akan membuatmu tidak membutuhkan orang lain dan berhubungan dengan sumber kekuatan dan keagungan.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin berharga yang dapat dipetik:

1. Orang-orang zalim tidak menyadari nasib buruk akibat perbuatannya di dunia dan akhirat, jika tidak maka mereka tidak akan berbuat demikian dan dengan kata lain ia tidak akan lagi menzalimi dirinya sendiri.

2. Dalam menjaga agama Tuhan, harus melawan para penentang yang keras kapala, dan dengan penuh kesabaran menanggung kesulitan di jalan ini.

3. Jika manusia percaya bahwa Tuhan menyaksikan dan menolong orang-orang yang berjuang di jalan-Nya, maka kesabarannya akan meingkat dan tidak akan meninggalkan perjuangannya tersebut.

4. Doa dan munajat kepada Tuhan, serta melantunkan zikir memiliki dampak besar dalam memperkuat ruh dan mental manusia dalam menunaikan perintah Tuhan.