Apr 17, 2022 12:43 Asia/Jakarta
  • Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
    Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran

Pada hari kesepuluh bulan suci Ramadhan, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, melakukan bertemu dengan para pejabat tinggi pemerintah.

Pada awal pertemuan, Pemimpin Besar Revolusi Islam memanfaatkan kesempatan bulan suci Ramadhan dan, dengan menjelaskan poin dan pengingat spiritual, mengarahkan para pejabat pemerintah akan pentingnya pekerjaan dan perbuatan mereka. Nasihat pertamanya adalah memiliki niat yang murni dan jujur. Jujur pada diri kita sendiri, bahwa kita berada di jalan yang benar, jalan yang kita yakini adalah jalan yang benar, untuk bergerak tegas, tanpa merasa lelah. Niat tulus ini akan menjadi kemampuan untuk melanjutkan jalan selama masa tanggung jawab, dan niat tulus ini akan membantu untuk bergerak dan maju.

Namun dalam budaya Islam, niat saja tidak cukup. Selain niat dan tindakan, seseorang harus meminta pengampunan kepada Allah. Apalagi di bulan suci Ramadhan, ketika dianjurkan untuk mencari pengampunan dari Tuhan. Dan dalam ungkapan doa-doa disebutkan Hadza Syahrul Maghfirah.

Rahbar mengatakan, "Meminta ampun ini, yang secara alami disertai dengan niat tulus, akan menciptakan kemurnian dalam diri Anda, menciptakan kesucian yang akan menarik rahmat Allah. Kita harus berusaha untuk mencari rahmat dan berkah ilahi. Dalam doa, kita membaca, "Allahumma Inni Asaluka Mujibaat Rahmatika", ada alasan yang menciptakan rahmat ilahi dan mengarah pada manusia."

Pertemuan Ayatullah Khamenei dengan para pejabat tinggi negara

Ayatullah Khamenei menjelaskan ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang peran istighfar dalam masalah kehidupan saat ini, turunnya berkah langit, dan peningkatan kekuatan manusia. Mengutip ayat 147 Surat al-Imran, Rahbar menyebut efek dari istighfar di salah satu medan kehidupan yang paling sulit, yaitu medan perjuangan terbuka dengan musuh dan menyatakan:

“Jangan mengira bahwa para nabi hanya duduk di rumah, atau, misalnya, selalu di masjid dan tempat ibadah atau sejenisnya. Tidak, di medan perang di mana para nabi pergi dan memerangi musuh, para penyembah Allah ini doa mereka adalah "Rabbana Ighfir Lana Dzunubana wa Israfana fi Amrina wa Tsabbit Aqdamana wan Surna Alal Qaumil Kafirin", yakni hubungan istighfar dengan perang, keteguhan, dan kemenangan. Istighfar seperti ini."

Tidak diragukan lagi, jika seseorang benar-benar mencari pengampunan dari Allah SWT atas kesalahan dan kekurangan dan sejenisnya, Allah akan membantunya. Rahbar menambahkan, "Artinya pandangan kita tentang meminta pengampunan tidak boleh, misalnya, meminta pengampunan hanya cukup untuk dosa-dosa pribadi dan untuk mencuci hati kita. Tidak, meminta pengampunan berfungsi di arena nasional, di medan besar sosial, punya pengaruh dan menyampaikan kita pada keberhasilan besar."

Lalu, dari apa saja kita harus meminta ampun? Manusia banyak melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam hidupnya. Banyak mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat, yang masing-masing memiliki akibat dan konsekuensi yang negatif, dan agar aman dari kebutukan dan kerusakannya, mereka harus menempatkan diri dalam benteng istighfar. Salah satu tindakan yang oleh Rahbar dianggap sebagai dosa adalah pejabat tidak melakukan pekerjaan. Rahbar mengatakan:

"Saudara-saudara! Banyak dari kita terjebak dalam hal ini. Banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan, ucapan yang harus disampaikan, langkah yang harus diambil, tanda tangan yang harus dilakukan, di suatu tempat harus melakukan gerakan, tapi kita tidak melakukannya karena karena kemalasan, karena kebosanan, karena kelalaian. Ini adalah dosa. Ini akan dipertanyakan."

Pertemuan Ayatullah Khamenei dengan para pejabat tinggi negara

Dalam hal ini, Ayatullah Khamenei merujuk pada kisah Nabi Yunus dalam al- Quran dan mengatakan bahwa nabi agung ini meninggalkan mereka karena kaumnya kafir dan tidak menerima dakwahnya. Rupanya, ini tidak tampak seperti masalah besar, tetapi Allah SWT menegurnya untuk ini, dan mengatakan dalam Surah al-Anbiya bahwa Kami bersikap keras padanya, dan ia terjebak di dalam perut ikan. Namun Yunus as mendapat rahmat ilahi setelah meminta pengampunan dan dibebaskan. Rahbar Mereka menyimpulkan bahwa:

“Kita juga dapat diselamatkan dengan Tasbih, Tahmid dan dan dengan meminta pengampunan, dan dengan mengakui dosa-dosa kita dan dengan meminta maaf kepada Allah. Kalau begitu, meminta maaf adalah baik dari melakukan tindakan terlarang dan dari kurang bekerja, tidak bertindak dan salah urus. Itu perlu untuk keduanya."

Ayatullah Khamenei menggambarkan tanggung jawab dalam sistem Islam akan dipertanyakan dan dianggap sebagai salah satu pilar demokrasi agama, seraya menambahkan, "Ketika kita memasuki arena berkhidmat, kewaspadaan kita harus meningkat. Misalnya, Anda tidak memperhatikan shalat malam, shalat malam, subuh, dan sejenisnya. Sekarang Anda adalah manajer, Anda harus peduli. Anda harus meningkatkan apa yang menghubungkan Anda dengan Allah dalam periode tanggung jawab. Anda dan saya harus merasakan kehadiran Allah dalam tindakan dan tidak bertindak kita. Jika ini terjadi, maka berkah ilahi akan turun."

Ayatullah Khamenei, mengungkapkan kepuasan dengan kehadiran besar orang-orang muda di jajaran manajemen pemerintah, seraya mengatakan kepada para pejabat, "Waspadalah terhadap dua bahaya penting dari "kebanggaan" dan "kepasifan." Jangan bangga dan pasif. Karena kesombongan menjauhkan kita dari masyarakat. Ketika kita berpikir kita lebih besar dari yang ada, orang menjadi lebih kecil di mata kita. Itu membuat kita tidak bisa mendengar kritik yang baik. Kita mempermalukan orang dan secara alami berpaling dari mereka."

Kebanggaan karena jabatan, keberhasilan, kebanggaan atas karunia Allah dan sumber lain, akan menjadi awal kegagalan dan awal kejatuhan batin dan sosial serta pekerjaan manusia. Dan "pasif" adalah kebalikan dari kesombongan, yang juga adalah penyakit. Pasif artinya semangat yang lemah, merasa tidak mampu, merasa buntu. Putus asa akan rahmat ilahi, yang merupakan salah satu dosa besar.

Rahbar mengatakan, "Ini benar-benar racun bagi orang yang bertanggung jawab atas satu kelompok untuk merasa berada di jalan buntu. Dan musuh berusaha sangat keras dalam hal ini dan mendorong makna ini. Kepada kita semua, [dalam berbagai bentuk]. Mereka mencoba, ke pihak lawan, siapa pun dia, untuk menciptakan keputusasaan, kepasifan, kebuntuan dan sejenisnya."

Tentu saja, sesuai dengan janji Allah yang pasti terjadi, cara untuk melawan rancangan musuh ini adalah "sabar" dan "takwa". Sabar berarti tidak cepat lelah dan tidak meninggalkan medan, dan takwa juga berarti berhati-hati terhadap gerak sendiri dan gerak musuh.

Pemimpin Besar Revolusi Islam memberi nasihat lain tentang bagaimana melaksanakan tanggung jawab, dengan mengatakan, "Mereka yang ingin menilai keadaan negara tidak boleh hanya melihat masalah ekonomi. Ekonomi satu indikator. Ada indeks keamanan, indeks kemajuan ilmu pengetahuan, indeks menggunakan sanksi sebatai inovasi, dan indeks diplomasi. Ini semua adalah indikator. Lihat semuanya. Kekuatan suatu negara adalah suatu sistem, dan seperangkat berbagai faktor yang saling terkait. Tidak melihat dan tidak memahami bentuk sistem kekuasaan dan kredibilitas ini mengarah pada penilaian yang salah. Jadi keseluruhan sistem harus dilihat. Ketika melihat sistem, baru akan memuaskan."

Ayatullah Khamenei melanjutkan nasihatnya kepada para pejabatmengatakan, "Sangat penting untuk merakyat, tetapi salah satu masalah yang paling penting adalah untuk tetap terus merakyat. Tetaplah merakyat dan jangan lelah. Isu penting lainnya adalah isu pertumbuhan ekonomi tanpa minyak. Cobalah untuk mengurangi ketergantungan pada minyak, seperti negara-negara yang tidak memiliki minyak, tetapi juga memiliki pertumbuhan dan pembangunan ekonomi."

Perhatian Pemimpin Besar Revolusi Islam di bidang sumber daya devisa dan perusahaan berbasis pengetahuan juga menggugah pikiran. Rahbar mengatakan, "Sumber daya devisa ini tidak boleh dihabiskan untuk impor yang tidak jelas, harus dihabiskan untuk infrastruktur negara, masalah transportasi, masalah transportasi kereta api, berbagai masalah yang terkait dengan perusahaan berbasis pengetahuan ini, masalah rute komunikasi dengan negara-negara tetangga, modernisasi industri, banyak industri kita sudah tua dan untuk modernisasinya membutuhkan pendapatan devisa."

Perjuangan cerdas dalam bidang ilmu pengetahuan dan budaya juga menjadi salah satu penekanan. Rahbar meminta kepada para pejabat negara, "Dalam rencana kerja Anda, jangan sepenuhnya menanti pembicaraan nuklir, lakukan sepenuhnya pekerjaan Anda, lihat situasi saat ini di negara ini, rencanakan sesuai dengan situasi saat ini. Negosiasi mungkin sampai pada satu tahapan, tahapan positif, semi-positif, bahkan tahapan negatif. Bagaimanapun, kalian harus melakukan pekerjaan kalian, jangan berhenti dan menyerahkan pekerjaan kalian pada perundingan."

Mengenai peristiwa baru-baru ini di Wilayah Pendudukan, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Palestina menunjukkan bahwa ia hidup, Alhamdulillah. Palestina hidup. Bertentangan dengan kebijakan Amerika dan kebijakan para pengikut Amerika yang menginginkan masalah Palestina dilupakan... Berlawanan dengan tuntutan mereka, masalah Palestina semakin mengemuka. Hari ini, pemuda Palestina di tanah tahun 1948, bukan tanah yang jauh, telah terbangun di pusat Palestina yang diduduki, mereka bergerak, mereka mencoba, mereka bekerja, dan ini akan terus berlanjut. Tidak diragukan lagi, itu akan terus berlanjut, dan dengan taufik ilahi, sesuai dengan janji Tuhan, kemenangan akan bersama rakyat Palestina."

Pemimpin Besar Revolusi Islam, dalam bentuk nasihat dan nasihat yang baik, bertanya kepada penguasa Saudi: Mengapa Anda melanjutkan perang, di mana Anda percaya tidak bakal menang? ... Dengan tekad yang dimiliki rakyat Yaman, dengan keberanian yang dimiliki pemimpin mereka, dengan inisiatif yang mereka punya di berbagai bidang, tidak ada kemungkinan untuk menang. Baiklah, mengapa Anda melanjutkan perang yang tidak ada kemungkinan menang? Cari solusi dan keluarkan diri kalian dari perang ini."

Pertemuan dengan para pejabat negara di menit-menit terakhir ditutup dengan rekomendasi Rahbar dengan menekankan bahwa kesempatan memiliki tanggung jawab sangat cepat berlalu dan akan berakhir. Kesempatan ini jangan disia-siakan."(sl)

Tags