Lintasan Sejarah 7 Juni 2022
Hari ini Selasa, 7 Juni 2022 bertepatan dengan 7 Dzulqadah 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 17 Khordad 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Abul Hasan Laib Tutup Usia
1004 tahun yang lalu, tanggal 7 Dzulqadah 439 HQ, Abul Hasan Laib, seorang ahli hadis terkenal meninggal dunia.
Ahli hadis ini memiliki pusat pengajaran yang pengaruhnya cukup luas, sehingga banyak ilmuwan Arab yang menimba ilmu darinya.
Di antara ulama yang yang menuntut ilmu dari Abul Hasan Laib adalah Khatib Baghdadi, seorang ahli sejarah terkenal. Oleh karena itulah dalam karya-karyanya, Khatib Baghdadi banyak menyebut jasa-jasa Abul Ahsan Laib.
Pertempuran Midway Berakhir
80 tahun yang lalu, tanggal 7 Juni 1942, Amerika Serikat berhasil mengalahkan Jepang dalam pertempuran di sekitar Pulau Midway di Lautan Pasifik.
Kekalahan ini menjadi awal kemunduran Jepang di Perang Dunia Kedua setelah setahun terakhir merajalela di kawasan Asia dan Pasifik, hingga berani menggempur basis militer AS di Hawaii.
Pertempuran itu berlangsung selama tiga hari dengan melibatkan armada kapal perang, kapal induk, tentara, dan pesawat tempur. Midway merupakan suatu pulau kecil, yang berjarak 1.000 mil dari barat laut Hawaii.
Jepang melihat pulau itu sebagai basis strategis untuk penyerbuan berikut ke AS. Itulah sebabnya AS tidak mau membiarkan Midway dikuasai pasukan imperial Jepang.
Pada 4 Juni 1942, Jepang melancarkan serangan pada dini hari dengan menggerahkan pesawat-pesawat pembom di pangkalan AS di Midway. AS lalu melancarkan serangan balik dengan mengerahkan Armada Pasifik, pesawat pengebom Angkatan Darat dan Marinir.
Dalam perang itu, AS menderita kerugian satu kapal induk, yaitu USS Lexington, dan beberapa pesawat tempur. Namun, Jepang kehilangan dua kapal induk, berikut semua pesawatnya, dan dua kapal lain rusak berat. Sepuluh kapal perang Jepang pun tenggelam maupun rusak.
Di pihak AS, 307 tentaranya tewas. Namun, Jepang kehilangan lebih banyak personel, yaitu 3.057 orang, demikian ungkap Jonathan Parshall dan Anthony Tully dalam buku berjudul "Shattered Sword: The Untold Story of the Battle of Midway" (2005).
AS kemudian melanjutkan pertempuran melawan Jepang di pulau-pulau lain. Namun panglima Angkatan Laut AS, Laksamana Nimitz menyatakan bahwa kekalahan Jepang di Midway merupakan "titik awal bagi kemenangan yang penting."
Pesan Imam Khomeini Pasca Invasi Israel ke Lebanon
40 tahun yang lalu, tanggal 17 Khordad 1361 HS, Imam Khomeini ra mengirim pesan pasca invasi Israel ke Lebanon.
Ketika operasi-operasi militer para pejuang Palestina terhadap rezim Zionis Israel semakin meningkat dan dalam kondisi saat Lebanon akan menyelenggarakan pemilu presiden, militer Zionis Israel mempersiapkan mesin-mesin perangnya untuk menyerang Lebanon Selatan. Tujuan penyerangan ini untuk melenyapkan persenjataan para pejuang Palestina di Lebanon dan mencegah terpilihnya presiden Lebanon yang membela perjuangan Palestina.
Untuk itu pada 16 Khordad 1361 HS, jet-jet tempur Zionis Israel mengebom posisi-posisi para pejuang Palestina dan militer Israel yang berhasil melewati perbatasan Lebanon mulai memasuki kawasan selatan negara ini. Sekalipun Lebanon adalah negara Arab dan Islam, tapi tidak ada reaksi dari negara-negara Arab-Islam di kawasan.
Sementara itu, Iran yang baru saja berhasil membebaskan kota Khorramshahr dari cengkeraman tentara Saddam dan masih berada di bawah serangan hebat pesawat-pesawat tempur Irak, Imam Khomeini ra mengeluarkan pesan kepada bangsa Iran, Lebanon dan seluruh umat Islam di dunia pada 17 Khordad 1361 Hs yang isinya menyatakan kesedihan yang mendalam dan menyangkan sikap negara-negara Islam yang diam menyaksikan agresi itu.
Dalam pesannya itu, Imam Khomeini ra memulai dengan ayat al-Quran, "Innaa Lillahi wa Innaa Ilaihi Raaji'uun". Ucapan ini tidak ditujukan atas kejahatan Zionis Israel, bukan untuk korban yang berjatuhan, tidak untuk ribuan pengungsi Palestina dan bukan pula untuk warga Iran yang gugur syahid akibat pengeboman jet-jet tempur rezim Baath Irak, tapi ungkapan ini ditujukan kepada sikap diam negara-negara Islam. Menurut Imam, semestinya mereka tidak diam saja menyaksikan agresi Zionis Israel.