Sep 10, 2022 09:12 Asia/Jakarta
  • 10 September 2022
    10 September 2022

Hari ini Sabtu, 10 September 2022 bertepatan dengan 13 Safar 1444 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 19 Shahrivar 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Pelucutan Khilafah Imam Ali as di Peristiwa Hakamain

1406 tahun yang lalu, tanggal 13 Shafar 38 HQ, pelucutan khilafah Imam Ali as pasca peristiwa Hakamain.

Kuburan Imam Ali as di Najaf al-Asyraf

Pasca pertemuan di Daumah al-Jandal, keesokan harinya, 13 Shafar 38 Hq, di hadapan dua pasukan, Abu Musa al-Asy’ari berkata kepada Amr bin Ash, “Engkau harus melengserkan Muawiyah sebagai penguasa agar saya juga melepaskan Ali bin Abi Thalib dari khilafah.”

Amr bin Ash berkata, “Saya tidak akan mendahuluimu sebagai anak buah Abu Bakar dan Umar serta orang yang lebih dahulu beriman dan berhijrah.!”

Ibnu Abbas mengingatkan, “Abu Musa! Jangan sampai anak licik ini menipumu.”

Yang terjadi adalah Abu Musa tidak mendengar ucapan Ibnu Abbas dan kemudian berdiri lalu mengeluarkan cincin dari jarinya dan berkata, “Saya melucuti Ali dan Muawiyah dari khilafah.”

Setelah itu, Amr bin Ash berdiri dan berkata, “Kalian semua telah mendengar bahwa Abu Musa telah melucuti Ali dari khilafah, saya juga melucutinya dari khilafah dan kekhalifahan kuberikan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Karena ia lebih layak. Sebagai simbol pengangkatan itu, saya memakaikan cincin ke jariku!”

Peristiwa itu membuat kedua pihak saling bermusuhan akibat tipu muslihat Amr bin Ash. Abu Musa al-Asy’ari yang ketakutan akan kemarahan para sahabat Imam Ali as menyembunyikan dirinya di Mekah. Semua peristiwa ini tetap terjadi padahal Rasulullah Saw pada perang Daumah al-Jandal telah mengabarkan kepada Abu Musa tentang perbuatannya di masa mendatang. Beliau bersabda, “Hakamain di Daumah al-Jandal adalah sesat dan menyesatkan orang-orang yang mengikutinya. (Muntakhab at-Tawarikh, hal 167, Tatimmah al-Muntaha, hal 30-31, Syarah Ibnu Abi al-Hadid, jilid 13, hal 315)

Penandatanganan Perjanjian Saint Germain
 
103 tahun yang lalu, tanggal 10 September 1919, ditandatangani perjanjian Saint Germain antara negara-negara pemimpin Perang Dunia Pertama dengan kaisar Austria.

Menurut perjanjian ini, wilayah imperium Austria dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Austria, Hongaria, dan Chekoslovakia. Beberapa bagian dari wilayah Austria juga diserahkan kepada Italia, Yugoslavia, Soviet, Polandia, dan Romania.
 
Dalam perjanjian ini juga disebutkan bahwa perjanjian antara Austria dan Jerman yang telah ditandatangani sebelumnya, dibatalkan dan Austria dilarang mengikat perjanjian apapun dengan Jerman. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah Austria dan Jerman  membentuk kembali sebuah kekuatan besar.

Ayatullah Sayid Mahmoud Taleghani Wafat

43 tahun yang lalu, tanggal 19 Shahrivar 1358 HS, Ayatullah Sayid Mahmoud Taleghani meninggal dunia pada dalam usia 69 tahun dan dikuburkan di Behesht Zahra, Tehran.

Ayatullah Sayid Mahmoud Taleghani

Ayatullah Sayid Mahmoud Taleghani lahir di kota Taliqan pada 1289 HS. Setelah mempelajari pendidikan agama di kotanya, beliau pergi ke kota Qom untuk lebih memperdalam pendidikan agamanya. Di Qom beliau ikut kuliah-kuliah Ayatullah Sayid Mohammad Hojjat Kouh Kamareh-i, Sayid Mohammad Taqi Khonsari untuk tingkat mujtahid dan memperoleh ijazah berijtihad dari Ayatullah Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi.

Aktivitas perjuangan Ayatullah Taleghani telah dimulai semenjak beliau memasuki hauzah ilmiah Qom. Pada 1318 HS, untuk pertama kalinya beliau mengeluarkan pernyataan kebenciannya terhadap rezim Shah Pahlevi terkait peristiwa Kashf Hejab (pelarangan memakai hijab). Menyusul pernyataan yang dikeluarkan, Ayatullah Taleghani ditangkap dan dipenjarakan. Pasca bulan Shahrivar 1320 HS, beliau secara resmi menyatakan perjuangannya menentang Shah Pahlevi. Beliau akhirnya dipenjara lagi dengan tuduhan menyembunyikan Syahid Navvab Shafavi.

Pada tahun 1330 dan 1331 HS beliau melakukan kunjungan ke negara Mesir dan Yordania atas usulan Ayatullah Boroujerdi untuk ikut dalam kerjasama antara Muslimin. Pada tahun 1342 HS, Ayatullah Taleghani kembali terjun ke medan perjuangan mengikuti Imam Khomeini ra dan beberapa kali beliau kembali dipenjarakan oleh rezim Shah.

Selama dipenjara, beliau mendapat kesulitan yang luar biasa, tapi Ayatullah Taleghani tidak pernah menunjukkan keletihan. Beliau melewati lebih dari 11 tahun di penjara dan senantiasa menjadi teladan perjuangan. Setiap kali beliau dibebaskan, maka yang dilakukannya adalah melanjutkan jalan perjuangan yang telah ditempuh sebelumnya. Setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1357 HS, beliau memainkan peran penting dalam pawai-pawai akbar tanggal 9 dan 10 bulan Muharram.

Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Ayatullah Taleghani terpilih mengetuai Dewan Revolusi dan dalam pemilu anggota Dewan Ahli Kepemimpinan (Majelis Khubregan Rahbari) beliau terpilih mewakili warga Tehran. Pada awal bulan Mordad 1358 HS, beliau diangkat oleh Imam Khomeini ra sebagai Imam Jumat Tehran. Shalat Jumat terakhir yang dipimpin oleh Ayatullah Taleghani terjadi pada peringatan Jumat Berdarah 17 Shahrivar di pekuburan Behehst-e Zahra.

Selain berjuang, beliau ternyata tidak melupakan aktivitas budaya dan keilmuan. Ayatullah Taleghani meninggalkan sejumlah karya ilmiah seperti Tafsir Partovi az Quran dalam 6 jilid, Partovi az Nahjul Balaghah, Azadi va Istibdad, Darsi az Quran dan Dars-e Vahdat.