Lintasan Sejarah 23 Oktober 2022
Hari ini Ahad, 23 Oktober 2022 bertepatan dengan 26 Rabiul Awal 1444 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 1 Aban 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Imam Hasan as Berdamai dengan Muawiyah
1403 tahun yang lalu, tanggal 26 Rabiul Awal 41 HQ, Imam Hasan as berdamai dengan Muawiyah.
Setelah syahadah Imam Ali as, pengikut Syiah di Kufah membaiat Imam Hasan as, anak Imam Ali as dan memilihnya sebagai khalifah, pengganti ayahnya. Imam Hasan as mengirim 12 ribu pasukan yang dipimpin oleh Qais bin Saad untuk memerangi Muawiyah dan beliau sendiri pergi ke kota Madain.
Sebelum terjadi perang terhembus isu kematian Qais bin Saad yang membuat pasukan Imam Hasan as tidak solid lagi. Sebagian pada waktu itu sampai berani menjarah bendera Imam Hasan dan yang lain menusuk paha beliau dengan pisau. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan Imam Hasan as dan melanjutkan perang tidak ada gunanya dengan pasukan yang rendah semangatnya.
Oleh karenanya, Imam Hasan as menulis surat kepada Muawiyah yang berujung pada perundingan. Pada tanggal 26 Rabiul Awal 41 Hijriah perundingan terjadi yang hasilnya Imam Hasan as harus mengundurkan diri dari kursi kekhalifahan dengan syarat, pasca pemerintahan Muawiyah, ia tidak berhak menunjuk anaknya sebagai penggantinya. Syarat lainnya adalah Muawiyah tidak menjelek-jelekkan Imam Ali as.
Sekalipun batin Imam Hasan as tidak menerima hasil perundingan itu, kondisi yang ada memaksanya menerima itu. Akhirnya setelah lewat lima setengah bulan dari pengunduran dirinya dari kursi kekhalifahan, Imam Hasan as dan keluarganya pergi ke Madinah.
Doktor Mosaddegh Bentuk Front Nasional Iran
73 tahun yang lalu, tanggal 1 Aban 1328 HS, Doktor Mosaddegh membentuk Front Nasional Iran.
Pada tanggal 18 Mehr 1328 yang bertepatan dengan 10 Oktober 1949 sebanyak 19 orang tokoh politik, termasuk Doktor Mohammad Mosaddegh pergi dan berkumpul di istana Shah Pahlevi sebagai bentuk protes atas pemilu legislatif ke-16. Kemudian pada tanggal 1 Aban (23 Oktober) mereka berkumpul di rumah Doktor Mosaddegh dan membentuk Front Nasional Iran. Mereka juga sepakat menjadikan Doktor Mosaddegh sebagai pemimpin organisasi yang baru terbentuk.
Usaha keras yang dilakukan oleh front ini menuai keberhasilan yang berujung pada pembatalan pemilu di Tehran dan sekitarnya. Sekalipun Front Nasional Iran bukan sebuah partai politik, tapi banyak pemimpin kelompok dan partai politik yang menjadi anggotanya. Hal ini membuat organisasi yang baru dibentuk ini memiliki banyak aliran pemikiran, bahkan saling kontradiksi.
Ketika tokoh-tokoh Front Nasional Iran berhasil menjadi anggota parlemen, mereka menjadi kelompok anti-imperialisme di sana yang mendapat dukungan ulama dan rakyat serta berusaha keras bersaing dengan Amerika dan Inggris demi kepentingan nasional.
Pekerjaan penting yang dilakukan di awal-awal perjuangan Front Nasional Iran adalah menasionalisasikan industri minyak Iran.
Pasca kebangkitan 30 Tir 1331 (21 Juli 1952), Front Nasional Iran mulai dihadapkan masalah friksi internal. Sebuah kelompok di dalam organisasi ini, khususnya dari kelompok agamis yang dipimpin oleh Ayatullah Kashani, tokoh yang sangat berpengaruh di Front Nasional Iran memisahkan diri dari Doktor Mosaddegh. Peristiwa ini membuat organisasi ini melemah.
Dampak dari friksi ini adalah kudeta 28 Mordad 1332 (19 Agustus 1953) yang berujung pada lengsernya Doktor Mosaddegh. Pasca kudeta dan penangkapan para pemimpin dan penumpasan anggota Front Nasional Iran, praktis organisasi ini telah bubar, namun pada tahun-tahun selanjutnya rakyat Iran membentuk Front Nasional Iran Kedua, Ketiga dan Keempat.
Bom Meledak di Barak Angkatan Laut Amerika
39 tahun yang lalu, tanggal 23 Oktober 1983, sebuah truk berisi dinamit ditabrakkan ke barak Angkatan Laut Amerika di Beirut.
Sebanyak 241 tentara AS tewas akibat bom mati syahid seorang pejuang Lebanon ini. Dalam serangan mati syahid yang lain di hari yang sama, 58 tentara Perancis juga tewas. Tentara AS, Perancis, Inggris, dan Italia merupakan bagian dari pasukan multinasional yang pada bulan agustus 1982, dikirim ke lebanon untuk mengawasi pengusiran orang-orang Palestina dari negara itu.
Sejak tahun 1975, pecah perang antara orang-orang Palestina di Lebanon dengan kelompok Christian Phalange Party (Partai Kristen Palangis) dan kelompok-kelompok lainnya. Pada bulan Juni 1982, tentara Zionis memasuki Lebanon dengan tujuan untuk mengusir angkatan bersenjata Organisasi Pembebasan Palestina(PLO). Pada tanggal 17 September 1982, kelompok Christian Phalange Party dengan dukungan Israel, menyerbu kamp pengungsi Shabra Shatilla. Dalam penyerbuan selama 40 jam itu, para Phalangist memperkosa kaum perempuan palestina di kamp itu, serta membunuh 3300 orang, sebagian besar wanita, anak-anak, dan orangtua.
Alih-alih mendapat pembelaan, orang-orang Palestina malah diusir keluar dari Lebanon dan pengusiran itu diawasi oleh pasukan multinasional di bawah pimpinan Amerika.
Banyaknya tentara AS yang tewas akibat bom bunuh diri itu, membuat Presiden Ronald Reagan banyak mendapat kecaman. Akhirnya, pada bulan Februari 1984, tentara AS ditarik mundur dari Lebanon.