Konsekuensi dari Kepresidenan Trump (8)
Donald Trump pada dasarnya memiliki pandangan negatif dan buruk terhadap berbagai konvensi dan organisasi dunia.
Mantan presiden Amerika ini juga menilai berbagai konvensi dan organisasi ini dari sudut pandang perdagangan adalah organisasi dan lembaga yang menyalahgunakan kredibilitas dan anggaran belanja Amerika Serikat. Sementara menurut klaim Trump, organisasi ini memiliki pengaruh paling sedikit di Amerika Serikat.
Sudut pandang ini, khususnya sejak maraknya pandemi COVID-19 semakin intens dan paling penting dari perspektif Trump iin adalah pandangan negatifnya terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump seraya mengklaim pengaruh Cina di WHO, menyatakan keluar dari organisasi penting dunia ini. Trump telah membawa negaranya keluar dari sejumlah konvensi dan organisasi dunia, dan jika ia terpilih kembali sebagai presiden AS, juga ingin keluar dari sejumlah organisasi lainnya.
Sebagian perjanjian dan organisasi yang Amerika keluar darinya selama pemerintahan Trump adalah:
- Kesepakatan nuklir dengan Iran (JCPOA)
- Traktat Perubahan Iklim Paris. Trump menyatakan alasannya keluar dari perjanjian ini adalah untuk mendukung kepentingan ekonomi AS dan memperkuat industri batu bara. Trump menilai komitmen AS di perjanjian ini tidak adil dan menjadi ancaman bagi lapangan kerja dan Produk Domestik Bruto (PDB).
- Dewan HAM PBB. Alasan Washington keluar dari lembaga ini adalah klaim pengabaian HAM di negara-negara seperti Venezuela, klaim pendekatan anti-Zionis lembaga ini, tidak terealisasinya reformasi yang diinginkan AS dan upaya yang tidak cukup sekutu Washington dalam mengiringi kebijakan AS.
- Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Donal Trump menilai NAFTA sebagai ancaman ekonomi, lapangan kerja dan produksi di Amerika, dan seraya mengancam keluar dari perjanjian ini, ia mensyaratkan reformasi mendasar di traktat tersebut. Pada akhirnya dengan diterimanya reformasi yang diinginkan Trump, selama KTT G-20 Beunes Aries, para pemimpin AS, Kanada dan Meksiko menandatangani kesepakatan yang diberi nama Kesepakatan AS-Meksio dan Kanada.
- UNESCO. Amerika selama periode kepemimpinan Trump dan demi mendukung rezim Zionis Israel juga keluar dari UNESCO. UNESCO berulang kali mengkritik langkah rezim penjajah Quds yang merusak warisan budaya Palestina.
Selain yang disebutkan di atas, Trump selalu menentang NATO dan mengkritik organisasi ini, terutama anggaran finansialnya. Kritik ini sebelumnya diajukan pada KTT NATO di Wales, di mana diputuskan bahwa negara-negara anggota akan mengalokasikan 6 persen dari produk domestik bruto untuk biaya pertahanan organisasi. Trump telah berulang kali menyatakan ketidaksenangannya dengan perjanjian ini sambil mengingat tidak terpenuhinya masalah ini. Dia bahkan mengusulkan alokasi 4 persen dari PDB pada KTT NATO, yang tidak diterima oleh para anggota.
Vahid Karimi, seorang pakar isu-isu Amerika, percaya: "Trump bermaksud untuk menarik diri dari perjanjian NATO, terutama karena Trump memiliki hubungan yang baik dengan Rusia, tetapi Inggris mencegah tindakan Trump dengan" kebijakan ketidakpedulian". Selama era Trump, Inggris menempatkan Cina di pusat ancaman NATO, sehingga mengurangi keinginan Trump untuk mundur dari NATO, namun setelah berakhirnya masa jabatan Trump, Rusia kembali menjadi pusat ancaman NATO."
Dengan tujuan mengurangi biaya dan mempromosikan industri dalam negeri Amerika, melindungi pekerja Amerika dan meningkatkan upah, pemerintahan Trump menarik diri dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) dan menandatangani perintah untuk membatalkannya. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB), sebagai landasan terpenting tatanan internasional setelah Perang Dunia II, tak luput dari kritik Trump; Ia menilai kinerja organisasi ini tidak sesuai dengan kapasitas potensinya. Trump juga menggambarkan tanggung jawab Amerika Serikat untuk menyediakan 22 persen dari anggaran reguler PBB sebagai tidak adil dan mengurangi sebagian dari jumlah tersebut.
Menurut pendekatan Trump, jika dia terpilih kembali menjadi presiden, ada kemungkinan Amerika Serikat akan menarik diri dari konvensi dan organisasi baru, tetapi proses ini dihentikan ketika Joe Biden berkuasa, dan bahkan kembalinya Amerika Serikat untuk perjanjian masa lalu sedang berlangsung.
Revisi keanggotaan dalam organisasi dan perjanjian tersebut selama era Trump telah secara drastis mengubah strategi Amerika Serikat terhadap isu-isu global dan jalur yang berbeda telah dibentuk.
Jeffrey Sachs, seorang profesor di Universitas Columbia, percaya bahwa, "Amerika Serikat tidak berada dalam posisi yang lebih baik dalam kebijakan luar negeri dan dengan cepat kehilangan pengaruhnya. Selama masa jabatan Trump, Amerika Serikat telah menemukan musuh di seluruh belahan dunia, bahkan di antara sekutu tradisional di Kanada dan Uni Eropa, atau seperti Cina dan Rusia, Iran, dan negara lain. Slogan "America First" bersifat provokatif bagi seluruh dunia dan telah menyebabkan pelanggaran perjanjian, perang dagang dan tindakan sepihak, konflik dengan perjanjian tradisional, dan ketegangan yang muncul dan meluas. Langkah-langkah stimulus Trump telah memperluas dan merusak pola pikir eksepsionalisme yang sudah lama ada."
Bertentangan dengan pandangan optimis yang meyakini bahwa dengan keluarnya Trump dari Gedung Putih, Amerika akan kembali ke perjanjian dan kesepakatan ini serta kerja sama keamanan di tingkat global akan diupayakan dengan cara yang dapat diterima, tampaknya konsekuensi dari tindakan Trump akan berdampak jangka panjang pada kebijakan luar negeri Amerika. Karena strategi Trump ini menyebabkan hilangnya kepercayaan sekutu dan meningkatnya kekhawatiran tentang prosedur tindakan tersebut, dan berdampak besar pada peningkatan kekacauan dalam sistem internasional. Kerapuhan dan disintegrasi sistem keamanan global, membahayakan perdamaian, menyuntikkan keraguan tentang norma hukum internasional dan menantang komponen utama stabilitas strategis lingkungan pasca-Perang Dingin hanyalah sebagian dari konsekuensi tindakan Amerika yang menarik diri dari konvensi dan organisasi internasional pada periode Trump.
Sejatinya dengan mencermati list panjang keluarnya AS dari berbagai pakta dan perjanjian internasional serta tidak adanya kepatuhan terhadap perjanjian ini telah memunculkan satu poin penting dan kunci, yakni penekankan irrasional Washington terhadap kebijakan America First dan ketidakpedulian terhadap pendekatan multilateralisme dengant ujuan memperkuat hegemoni negara ini di urusan internasional.
Tapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil bagi Amerika kecuali keterkucilan, eskalasi tensi, menurunnya pengaruh, kritik dan menjauhnya sekutu tradisional dari Amerika. Sementara itu, berkuasanya Joe Biden menggantikan Donald Trump juga tidak banyak berpengaruh dalam memulihkan proses ini.