Mar 02, 2023 10:40 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 2 Maret 2023

Hari ini Kamis, 2 Maret 2023 bertepatan dengan 9 Sya'ban 1444 Hijriah Qamariah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 11 Isfand 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Ibnu Anbari, Ahli Bahasa Wafat

 

867 tahun yang lalu, tanggal 9 Sya’ban 577 HQ, Abu al-Barakat, Kamaluddin Abdurrahman bin Muhammad yang lebih dikenal dengan Ibnu Anbari meninggal dunia.

 

Ibnu Anbari menyelesaikan pendidikannya di Nizhamiyah, Baghdad dan dikarenakan kecerdasannya, beliau mampu meraih derajat keilmuwan yang tinggi di bidang fiqih dan sastra, sekaligus mengajar di sana. Setelah menyelesaikan pendidikan lebih tinggi, beliau akhirnya menjadi guru besar di masanya.

 

Sejak saat itu, karya-karya tulisnya semakin populer dan para pelajar ilmu agama dari pelbagai penjuru dunia Islam mulai berguru kepadanya. Ibnu Anbari punya kelebihan dalam mendidik murid. Karena setiap orang yang belajar kepadanya di kemudian hari menjadi terkenal. Semua itu berkat kepribadiannya yang senantiasa bertakwa, zuhud dan ikhlas dalam segala perbuatannya.

 

Ibnu Anbari memenuhi waktunya dengan menulis buku-buku nahwu. Beliau berusaha untuk mendekatkan kaidah ushul fiqih dan nahwu. Itulah mengapa dalam memahami nahwu, beliau lebih menggunakan metode para ahli fiqih. Ia meninggalkan banyak buku dan risalah. Yang paling terkenal dari karyanya adalah buku Asrar al-Arabiah.

 

Morteza Hananeh Lahir

 

100 tahun yang lalu, tanggal 11 Isfand 1301 HS, Morteza Hananeh, seorang musisi kontemporer Iran, terlahir ke dunia.

 

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Hananeh masuk ke sanggar musik untuk mengembangkan kemampuannya di bidang musik. Dia kemudian memimpin Orkestra Simfoni Tehran dan kemudian bergabung dengan Radio Iran.

 

Morteza Hananeh juga menjadi guru musik dan menulis berbagai buku musik, di antaranya  berjudul "Langkah-Langkah Yang Hilang". Morteza Hananeh meninggal dunia pada 24 Mehr 1367 HS di usia 67 tahun.

 

Pejabat Sri Lanka Dibom

 

32 tahun yang lalu, tanggal 2 Maret 1991, sedikitnya 19 orang tewas dan 73 lainnya terluka saat sebuah bom mobil meledak di ibukota Sri Lanka, Kolombo.

 

Serangan bom itu membunuh Wakil Menteri Pertahanan Sri Lanka, Letnan Kolonel Ranjan Wijeratne. Saat kejadian, Wijaratne beserta lima orang pengawalnya tengah melintas di dekat lokasi pengeboman dan turut tewas bersama 13 korban lainnya.

Sejak menjabat sebagai orang nomor dua di Kementerian Pertahanan Sri Lanka, Wijeratne mengambil sikap tegas dan tanpa kompromi terhadap pemberontak Macan Tamil (LTTE). Berkali-kali ia menolak upaya damai dan lebih memilih aksi militer untuk menyelesaikan konflik dengan suku Tamil, yang telah berlangsung selama 14 tahun.

Kematian Wijeratne memicu kekerasan lebih lanjut antara pemerintah Sri Lanka dengan pemberontak Tamil. Selang sebulan kemudian, seorang pengebom bunuh diri membunuh mantan perdana menteri India, Rajiv Gandhi.

Gandhi dianggap memusuhi kaum Tamil karena mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Sri Lanka pada tahun 1987. Selanjutnya, pada bulan Mei 1992, giliran Presiden Sri Lanka, Ranasinghe Premadasa, yang tewas dalam serangan bom mobil. 

Warga minoritas Tamil di bawah pimpinan LTTE telah memberontak terhadap pemerintah Sri Lanka yang didominasi etnis Singhala sejak tahun 1983. Hingga tahun 2002, perang saudara yang terjadi di bekas koloni Inggris tersebut telah memakan korban jiwa tidak kurang dari 65.000 orang.