Jalan Menuju Cahaya 991
Surah al-Hadid ayat 1-9
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (1) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (2) هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (3)
Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (57: 1)
Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (57: 2)
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (57: 3)
Surah Al-Hadid diturunkan di Madinah dan terdiri dari 29 ayat. Nama surah diambil dari ayat ke-25 yang menyinggung akan nikmat besi atau hadid. Besi adalah simbol kekuatan dan kekuasaan dan menjelaskan bahwa untuk menciptakan keadilan dan keamanan di tengah masyarakat harus memanfaatkan pasukan dan kekuasaan.
Sebagian surah al-Qur’an dimulai dengan pujian atau tahmid kepada Allah seperti surah al-Fatihah dan sebagian lain dengan bertasbih kepada Allah, seperti surah ini. Namun secara keseluruhan, ayat-ayat al-Qur’an lebih banyak menggunakan kata tasbih daripada tahmid. Dalam beberapa ayat, termasuk ayat pertama Surah Al-Hadid, perintah tasbih kepada Allah telah dinisbatkan kepada semua makhluk ciptaan Allah yang mencakup benda padat, tumbuhan, hewan dan manusia.
Bertasbih kepada Allah berarti mensucikan Allah dari segala kebodohan, kelemahan dan kekurangan. Secara pasti, penciptaan semua makhluk di alam semesta yang menunjukkan ilmu, kekuasaan dan kebijakan tak terhingga Allah menjadi bukti sucinya Zat Allah SWT dari segala kekurangan. Sebenarnya, semua makhluk senantiasa dalam kondisi bertasbih dan mensucikan Allah. Artinya, semua makhluk Allah mengakui dengan bahasa tubuhnya, sekalipun kita tidak memahaminya.
Dalam ayat-ayat ini telah menyinggung kepemilikan Allah akan alam semesta. Kepemilikan Allah atas alam semesta tidak termasuk kepemilikan konsensus, tetapi kepemilikan hakiki atas langit dan bumi. Dia melingkupi segala sesuatu dan semua alam semesta berada dalam genggaman kekuataan dan mengikuti kehendak-Nya.
Dari tiga ayat ini kita dapat memetik sejumlah pelajaran berharga sebagai berikut:
1. Alam semesta dengan segala keagungannya menjadi bukti akan kekuasaan, kebijakan dan tata kelola Allah yang membuat-Nya disucikan dari segala kekurangan dalam ilmu dan kekuasaan.
2. Pemilik dan pengelola hakiki dunia adalah Allah. Kita jangan bangga dengan berbagai kepemilikan dan kekuasaan yang bersifat konsensus dan akan sirna.
3. Mungkin sebagian beranggapan bahwa mereka memiliki ilmu, kekuasaan dan kebijakan seperti Allah, tetapi kita harus mengakui bahwa kehidupan dan kematian kita berada di tangan Allah dan hanya Dia yang abadi.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (4) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (5) يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (6)
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (57: 4)
Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (57: 5)
Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (57: 6)
Berdasarkan al-Qur’an, alam semesta dengan keagungannya yang kita saksikan saat ini, telah terbentuk dalam enam periode yang panjang dan Allah SWT menciptakan alam semesta secra bertahap berdasarkan hukum sebab akibat dan aturan yang ditentukan untuk dunia.
Bertentangan dengan pandangan sebagian orang yang percaya bahwa Allah sepert pembuat jam, di mana Dia menciptakan dunia dan kemudian menyetelnya, setelah itu membiarkannya. Tata kelola urusan dunia, menjaga dan mempertahankannya semua merupakan wewenang Allah. Tidak diragukan bahwa sistem alam dan begitu juga fenomena kecil dan besar yang terjadi di bumi dan langit semua berada di bawah ilmu dan kekuasaan Allah.
Allah selalu bersama dengan semua ciptaan-Nya. Ilmu-Nya meliputi semua keadaan mereka dan kekuasaan-Nya membantu untuk melaksanakan sebagian pekerjaan yang mereka lakukan. Tidak hanya mengetahui pekerjaan hamba-hamba-Nya, tetapi apa yang terlintas dalam pikiran dan hati mereka, dan motivasinya juga diketahui-Nya.
Poin lain yang disinggung oleh ayat-ayat ini adalah masalah siang dan malam. Penciptaan dan pengurangan waktu malam dan siang serta terbentuknya empat musim sepanjang tahun berkat tata kelola Allah. Tidak diragukan lagi bahwa perubahan musim ini sangat banyak berkahnya bagi manusia.
Perubahan siang menjadi malam dan sebaliknya malam menjadi siang yang terjadi secara bertahap dan tenang, berdasarkan kebijakan Ilahi. Sifat bertahap ini menyebabkan makhluk berpindah secara perlahan dari siang yang terang menuju kegelapan malam dan begitu juga sebaliknya dari kegelapan malam ke siang yang terang.
Dari tiga ayat ini kita dapat memetik sejumlah pelajaran berharga sebagai berikut:
1. Kebijakan Ilahi menuntut sistem alam semesta tercipta secara bertahap dan perubahannya juga bertahap, tidak sekaligus.
2. Allah mengetahui setiap detil dari alam semesta.
3. Mengimani ilmu Allah berperan dalam mendidik batin dan lahir manusia.
4. Allah menciptakan dunia berdasarkan ilmu dan kebijakan tak terhingga-Nya dan juga mengelola urusan dunia.
5. Perputaran siang dan malam, serta pendek dan panjangnya siang dan malam adalah contoh dari pengelolaan Ilahi.
آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ (7) وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (8) هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آَيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (9)
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (57: 7)
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman. (57: 8)
Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. (57: 9)
Iman kepada Allah tidak terbatas pada urusan hati dan lisan, di mana seseorang percaya akan adanya Allah dalam hati dan mengikrarkannya dengan lisan, tetapi kelazimannya adalah manusia mengamalkan perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Ayat-ayat ini berbicara kepada orang-orang Mukmin dengan mengatakan, Berimanlah kepada Allah dan Nabi-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya, di mana salah satunya adalah melakukan infak di jalan Allah. Menginfakkan harta yang Anda warisi dari orang tua kalian dan saat ini berada di tangan kalian, sebagaimana suatu hari akan datang ketika kalian tidak ingin harta ini diberikan kepada para pewaris kalian.
Dengan demikian, bila kalian mengklaim keimanan, harus memperhatikan kelaziman iman dan hendaknya kalian melaksanakan perjanjian yang telah diambil oleh-Nya dan termaktub dalam di Kitab-Nya. Karena Al-Qur’an adalah kitab hidayah yang mengikis kegelapan kebodohan, kezaliman dan kekufuran dan menerangkan cahaya iman, makrifat dan kesadaran. Tentu saja manusia yang berada di bawah pancaran sinar Al-Qur’an, akan melangkah di jalur kebenaran dan dirinya akan diselimuti oleh pertolongan dan kasih-Nya yang tak terhingga.
Dari tiga ayat ini kita dapat memetik sejumlah pelajaran berharga sebagai berikut:
1. Iman kepada Allah tanpa memperhatikan makhluk Allah dan memenuhi kebutuhannya hanya sekadar pengakuan.
2. Para nabi mengajak manusia kepada Allah, tidak kepada dirinya, bahkan terkadang mereka kehilangan jiwanya di jalan ini.
3. Jalan keselamatan manusia dari kegelapan kebodohan, kesyirikan dan khurafat adalah mengarahkan wajah pada Al-Qur’an dan beramal sesuai dengan ajarannya.
4. Hidayah manusia lewat jalur para nabi dan Kitab Samawi merupakan tanda dan rahmat Allah kepada manusia.