Keutamaan Hari dan Bulan (Bagian-15)
Dzulkaidah adalah bulan kesebelas dalam kalender Islam. Bulan-bulan Hijriyah adalah Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadan, Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah. Ada empat bulan haram di antara 12 bulan tersebut yaitu, Muharram, Rajab, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah.
Di antara keistimewaan bulan-bulan haram adalah pahala amal ibadah akan dilipatgandakan dan balasan perbuatan buruk juga akan ditambah. Masyarakat dilarang melakukan pertumpahan darah dalam empat bulan haram dan keamanan publik juga harus ditegakkan. Allah Swt dalam surat al-Taubah, ayat 36, berfirman, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram."
Bulan Dzulkaidah juga termasuk di antara bulan-bulan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah haji. Pada bulan itu, para jamaah dari berbagai penjuru dunia mulai berdatangan ke kota suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, ada baiknya bagi orang-orang yang tidak mampu berhaji untuk memanfaatkan keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh bulan tersebut.
Mayoritas ulama menyebut Dzulkaidah sebagai bulan untuk taubat. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada hari Ahad bulan Dzulkaidah, Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya, "Wahai manusia! Adakah di antara kalian yang ingin bertaubat? Mereka menjawab, "Kami semua ingin bertaubat wahai Rasulullah." Beliau berkata, "Mandilah dan ambillah wudhu, dan kemudian tunaikanlah empat rakaat shalat. Bacalah surat al-Fatihah satu kali dalam setiap rakaat, tiga kali surat al-Ikhlas, satu kali surat al-Falaq dan surat an-Nas. Sesudah shalat, bacalah استغفرالله"" sebanyak 70 kali dan akhiri dengan membaca "لاحول ولا قوة الا بالله العلى العظيم" dan kemudian bacalah doa ini;
"يا عَزيزُ يا غَفّارُ، اِغْفِرْ لى ذ ُنُوبى وَ ذ ُنُوبَ جَميـعِ الْمُؤْمِنينَ وَالْمُؤْمِناتِ، فَاِنَّهُ لا يَغْفِرُ الذّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ"
Rasulullah Saw kemudian bersabda, "Tidak ada seorang pun dari umatku yang melakukan amalan itu kecuali datang seruan dari langit; 'Wahai hamba Tuhan! Mulailah perbuatanmu dari baru karena sesungguhnya taubatmu telah diterima dan dosa-dosamu telah diampuni.' Dan malaikat menyeru dari bawah Arsh; 'Wahai hamba Tuhan! Semoga keberkahan (shalat itu) tercurahkan kepadamu dan keturunanmu.' Penyeru yang lain juga berkata; 'Wahai hamba Tuhan! Sungguh engkau akan mati dalam keadaan beriman dan agamamu tidak akan dicabut darimu, kuburmu akan luas dan penuh cahaya.'"
Hari kesebelas bulan Dzulkaidah adalah hari di mana Imam Ali Ridha as menginjakkan kakinya ke dunia pada tahun 148 Hijriyah di Kota Madinah. Beliau adalah imam kedelapan Syiah dan dari keturunan suci Rasulullah Saw. Imam Ridha as memangku tampuk kepemimpinan umat pada usia 35 tahun. Masa kehidupan beliau bersamaan dengan kekuasaan para khalifah Dinasti Abbasiyah, yang selalu menerapkan kebijakan represif terhadap pemimpin umat tersebut. Pada akhirnya, Khalifah Makmun Abbasi meracuni Imam Ridha as pada usia 55 tahun. Keutamaan akhlak, kezuhudan, dan ketakwaan Imam Ridha as selalu menjadi daya tarik bagi semua orang bahkan musuh-musuh beliau.
Imam Ridha as memperlakukan masyarakat dengan penuh kesantunan dan kelembutan, dan sama sekali tidak menjaga jarak dengan mereka. Raja' ibn Zahak adalah orang yang ditugasi oleh Makmun Abbasi untuk membawa Imam Ridha as dari Madinah ke Marv, Iran. Dia berkata, "Tidak ada kota yang dimasuki oleh Ali Ridha kecuali masyarakat dari berbagai penjuru datang mengeruminya dan mereka menanyakan perkara-perkara agama kepada imam. Beliau juga menjawab pertanyaan mereka dan memberi penjelasan tentang sejumlah hadis Rasulullah dan Imam Ali. Aku pergi menemui Khalifah Makmun begitu sampai di Marv. Dia menanyakan tentang sikap Imam di sepanjang perjalanan dan aku juga mengisahkan apa yang aku saksikan. Makmun berkata, 'Benar wahai Ibn Zahak! Dia adalah manusia terbaik, terpandai, dan teralim di muka bumi.'"
Malam pertengahan bulan Dzulkaidah adalah malam yang mulia dan Allah Swt memandang para hambanya dengan rahmat. Rasulullah Saw bersabda, "Ada satu malam yang berkah di bulan Dzulkaidah dan itu adalah malam ke-15, di mana Tuhan menatap orang-orang Mukmin dengan rahmat dan barang siapa yang menaati Tuhan pada malam itu, maka pahalanya sama seperti pahala seratus orang yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah walau sekilas kedipan mata." Oleh karena itu, manusia harus menyibukkan dirinya dengan ibadah dan munajat pada pertengahan malam ke-15 bulan Dzulkaidah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa, "Seseorang tidak memohon sesuatu kepada Tuhan pada malam itu kecuali akan diberikan kepadanya."
Salah satu hari penting lainnya di bulan tersebut adalah hari ke-25 Dzulkaidah atau yang lebih dikenal dengan hari dibentangkannya bumi atau “Dahwul Ardh.” Dahwul berarti membentangkan atau menghamparkan. Maksud dari kalimat Dahwul Ardh adalah bahwa pada permulaan penciptaan, seluruh permukaan bumi dipenuhi oleh air yang berasal dari hujan deras. Air tersebut secara perlahan memenuhi titik-titik terendah di bumi dan daratan mulai muncul dari bawah air dan semakin terbentang dari hari ke hari. Dari sisi lain, bumi pada awal kemunculannya tidak rata dan tidak layak untuk dihuni. Kemudian hujan yang terus-menerus meratakan titik-titik yang tinggi di bumi dan menutupi jurang-jurang yang dalam.
Dalam sejumlah riwayat disebutkan bahwa pada tanggal 25 Dzulkaidah, titik bumi yang pertama keluar dari dalam air adalah tempat bangunan Ka'bah. Pada hari itu juga, Nabi Adam as diturunkan dari surga ke bumi, Nabi Ibrahim as dan Nabi Isa as juga dilahirkan pada hari itu. Sebuah hari di mana rahmat Ilahi memancar di permukaan bumi.
Imam Ali as berkata, "Rahmat pertama yang turun dari langit ke bumi terjadi pada hari ke-25 bulan Dzulkaidah. Barang siapa yang berpuasa pada hari itu dan menghidupkan malamnya dengan ibadah, maka ia akan memperoleh pahala seperti pahala ibadah 100 tahun, di mana hari-harinya dijalani dengan puasa dan malam-malamnya dengan ibadah. Pada hari itu, setiap kelompok yang berkumpul untuk mengingat Tuhan, mereka tidak akan berpisah kecuali permintaan-permintaan mereka telah dikabulkan."
Oleh karena itu, hari Dahwul Ardh adalah hari yang penuh berkah dan memiliki beberapa amalan khusus untuk menyambut momen tersebut. Dahwul Ardh termasuk salah satu dari empat hari di sepanjang tahun yang dianjurkan berpuasa. Pahala puasa di hari itu sama seperti pahala 70 tahun berpuasa dan dalam sebuah riwayat lain disebutkan bahwa pahalanya dapat menjadi penghapus 70 tahun dosa. Selain puasa, ada juga amalan lain yang disunnahkan pada hari itu antara lain, mandi, berdoa, dan menunaikan shalat.
Shalat hari Dahwul Ardh terdiri dari dua rakaat dan dalam setiap rakaat setelah surat al-Fatihah, kita dianjurkan membaca surat ash-Shams sebanyak lima kali dan sesudah shalat, kita membaca zikir berikut, "لا حَوْلَ وَ لا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ الْعَلِیِّ الْعَظِیمِ" dan kemudian membaca doa ini;
"یَا مُقِیلَ الْعَثَرَاتِ أَقِلْنِی عَثْرَتِی یَا مُجِیبَ الدَّعَوَاتِ أَجِبْ دَعْوَتِی یَا سَامِعَ الْأَصْوَاتِ اسْمَعْ صَوْتِی وَ ارْحَمْنِی وَ تَجَاوَزْ عَنْ سَیِّئَاتِی وَ مَا عِنْدِی یَا ذَا الْجَلالِ وَ الْإِکْرَامِ"
Kemudian juga disunnahkan membaca doa ini;
"اللَّهُمَّ دَاحِیَ الْکَعْبَةِ وَ فَالِقَ الْحَبَّةِ وَ صَارِفَ اللَّزْبَةِ وَ کَاشِفَ کُلِّ کُرْبَةٍ أَسْأَلُکَ فِی هَذَا الْیَوْمِ مِنْ أَیَّامِکَ الَّتِی أَعْظَمْتَ حَقَّهَا وَ أَقْدَمْتَ سَبْقَهَا وَ جَعَلْتَهَا عِنْدَ الْمُؤْمِنِینَ وَدِیعَةً وَ إِلَیْکَ ذَرِیعَةً وَ بِرَحْمَتِکَ الْوَسِیعَةِ أَنْ تُصَلِّیَ عَلَی مُحَمَّدٍ عَبْدِکَ الْمُنْتَجَبِ فِی الْمِیثَاقِ الْقَرِیبِ یَوْمَ التَّلاقِ فَاتِقِ کُلِّ رَتْقٍ وَ دَاعٍ إِلَی کُلِّ حَقٍّ وَ عَلَی أَهْلِ بَیْتِهِ الْأَطْهَارِ الْهُدَاةِ الْمَنَارِ دَعَائِمِ الْجَبَّارِ وَ وُلاةِ الْجَنَّةِ وَ النَّارِ وَ أَعْطِنَا فِی یَوْمِنَا هَذَا مِنْ عَطَائِکَ الْمَخْزُونِ غَیْرَ مَقْطُوعٍ وَ لا مَمْنُوعٍ [مَمْنُونٍ ] تَجْمَعُ لَنَا بِهِ التَّوْبَةَ وَ حُسْنَ الْأَوْبَةِ یَا خَیْرَ مَدْعُوٍّ وَ أَکْرَمَ مَرْجُوٍّ یَا کَفِیُّ یَا وَفِیُّ یَا مَنْ لُطْفُهُ خَفِیٌّ الْطُفْ لِی بِلُطْفِکَ وَ أَسْعِدْنِی بِعَفْوِکَ وَ أَیِّدْنِی بِنَصْرِکَ وَ لا تُنْسِنِی کَرِیمَ ذِکْرِکَ بِوُلاةِ أَمْرِکَ وَ حَفَظَةِ سِرِّکَ وَ احْفَظْنِی مِنْ شَوَائِبِ الدَّهْرِ إِلَی یَوْمِ الْحَشْرِ وَ النَّشْرِ وَ أَشْهِدْنِی أَوْلِیَاءَکَ عِنْدَ خُرُوجِ نَفْسِی وَ حُلُولِ رَمْسِی وَ انْقِطَاعِ عَمَلِی وَ انْقِضَاءِ أَجَلِی اللَّهُمَّ وَ اذْکُرْنِی عَلَی طُولِ الْبِلَی إِذَا حَلَلْتُ بَیْنَ أَطْبَاقِ الثَّرَی وَ نَسِیَنِیَ النَّاسُونَ مِنَ الْوَرَی وَ أَحْلِلْنِی دَارَ الْمُقَامَةِ وَ بَوِّئْنِی مَنْزِلَ الْکَرَامَةِ وَ اجْعَلْنِی مِنْ مُرَافِقِی أَوْلِیَائِکَ وَ أَهْلِ اجْتِبَائِکَ وَ اصْطِفَائِکَ وَ بَارِکْ لِی فِی لِقَائِکَ وَ ارْزُقْنِی حُسْنَ الْعَمَلِ قَبْلَ حُلُولِ الْأَجَلِ بَرِیئا مِنَ الزَّلَلِ وَ سُوءِ الْخَطَلِ."