Mar 02, 2018 14:18 Asia/Jakarta

Hari ini, Jumat tanggal 2 Maret 2018 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 13 Jumadil Akhir 1439 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 11 Isfand 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.

Ummul Banin, Istri Imam Ali as Wafat

1375 tahun yang lalu, tanggal 13 Jumadil Tsani 64 HQ, Ummul Banin, istri Imam Ali as meninggal dunia di Madinah dan dimakamkan di kota ini.

Setelah bertahun-tahun ditinggal oleh istrinya, Sayidah Fathimah az-Zahra as, Imam Ali as menikah dengan Fathimah Kilabiyah, lewat usulan saudaranya, Aqil yang merupakan ahli nasab yang mengetahui dengan baik keturunan Arab. Dari Fathimah Kilabiyah ini, Imam Ali as dikaruniai empat orang anak laki-laki; Abbas, Jakfar, Abdullah dan Utsman. Karena melahirkan empat orang anak laki-laki, akhirnya Fathimah Kilabiyah dijuluki Ummul Banin yang berarti ibu dari anak-anak laki.

Keempat anaknya mereguk cawan syahadah dalam peristiwa Karbala, dan ibu mereka tampak tegar dan sabar menghadapi cobaan ini.

Ketika beliau mendapat informasi tentang peristiwa Asyura, beliau membawa Ubaidullah, anak Abbas ke kuburan Baqi' dan membacakan puisi memuji anak-anaknya. Rakyat Madinah yang mendengarkan puisi yang dibacakan Ummul Banin berkumpul di Baqi' dan menangis bersama beliau.

Ummul Banin

Morteza Hananeh Lahir

95 tahun yang lalu, tanggal 11 Isfand 1301 HS, Morteza Hananeh, seorang musisi kontemporer Iran, terlahir ke dunia.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Hananeh masuk ke sanggar musik untuk mengembangkan kemampuannya di bidang musik. Dia kemudian memimpin Orkestra Simfoni Tehran dan kemudian bergabung dengan Radio Iran.

Morteza Hananeh juga menjadi guru musik dan menulis berbagai buku musik, di antaranya  berjudul "Langkah-Langkah Yang Hilang". Morteza Hananeh meninggal dunia pada 24 Mehr 1367 HS di usia 67 tahun.

Sejarah

Pejabat Sri Lanka Dibom

27 tahun yang lalu, tanggal 2 Maret 1991, sedikitnya 19 orang tewas dan 73 lainnya terluka saat sebuah bom mobil meledak di ibukota Sri Lanka, Kolombo.

Serangan bom itu membunuh Wakil Menteri Pertahanan Sri Lanka, Letnan Kolonel Ranjan Wijeratne. Saat kejadian, Wijaratne beserta lima orang pengawalnya tengah melintas di dekat lokasi pengeboman dan turut tewas bersama 13 korban lainnya.

Sejak menjabat sebagai orang nomor dua di Kementerian Pertahanan Sri Lanka, Wijeratne mengambil sikap tegas dan tanpa kompromi terhadap pemberontak Macan Tamil (LTTE). Berkali-kali ia menolak upaya damai dan lebih memilih aksi militer untuk menyelesaikan konflik dengan suku Tamil, yang telah berlangsung selama 14 tahun.

Kematian Wijeratne memicu kekerasan lebih lanjut antara pemerintah Sri Lanka dengan pemberontak Tamil. Selang sebulan kemudian, seorang pengebom bunuh diri membunuh mantan perdana menteri India, Rajiv Gandhi.

Gandhi dianggap memusuhi kaum Tamil karena mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Sri Lanka pada tahun 1987. Selanjutnya, pada bulan Mei 1992, giliran Presiden Sri Lanka, Ranasinghe Premadasa, yang tewas dalam serangan bom mobil. 

Warga minoritas Tamil di bawah pimpinan LTTE telah memberontak terhadap pemerintah Sri Lanka yang didominasi etnis Singhala sejak tahun 1983. Hingga tahun 2002, perang saudara yang terjadi di bekas koloni Inggris tersebut telah memakan korban jiwa tidak kurang dari 65.000 orang.

Bendera Sri Lanka