Aug 01, 2018 14:44 Asia/Jakarta

Saat ini makanan menjadi produk strategis di dunia dan industri makanan serta yang berkaitan dengannya termasuk industri serta perdagangan besar dunia. Sejumlah organisasi internasional, seperti Bank Dunia memprediksikan bahwa hingga tahun 2050, populasi dunia akan mencapai sembilan miliar. Populasi ini paling tidak membutuhkan standar minimum di berbagai bidang untuk kelangsungan hidup mereka termasuk makanan.

Jaminan dan suplai makanan bagi bagi populasi ini sedikitnya mengharuskan peningkatan 50 persen produksi bahan makanan. Di sisi lain, lahan pertanian, ragam hayati, laut, hutan dan seluruh sumber daya alam lainnya mulai mengalami kepunahan. Perubahan iklim di dunia hingga kini telah menghapus lebih dari 25 persen potensi produk pertanian di berbagai negara. Menurut prediksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jika tingkat pertumbuhan penduduk hingga tahun 2050 stabil, 51 persen penduduk dunia di berbagai negara akan membutuhkan impor produk dari luar untuk menjamin kebutuhan pangan mereka.

Pengepakan dengan teknologi nano

Laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan meningkat masyarakat akan makanan di samping menurunnya sumber makanan termasuk salah satu isu penting yang menjadi perhatian pemerintah, pakar dan ilmuwan. Dalam hal ini, urgensitas pemanfaatan dengan baik sumber makanan yang ada dan penggunaan metode tepat untuk menjaga dan mencegah penghamburan produk pertanian, menjamin sumber makanan baru, kategorisasi tepat untuk menjaga dan memulihkan kualitas produksi termasuk hal-hal yang dicanangkan sebagai kebijakan strategis di bidang ketahanan pangan.

Selain itu, laju penduduk serta kemajuan teknologi dan industri mendorong menculnya pola makan baru di mana hal ini mendorong kebutuhan akan keragaman produk dan penemuan produksi makanan baru. Hubungan langsung antara makanan dan kesehatan masyarakat serta perhatian khusus pemerintah dan masyarakat akan kualitas serta kuantitas makanan membuat urgensitas industri makanan serta industri lain yang berkaitan dengannya.

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Kontrol kualitas, kesehatan bahan makanan, desain dan optimalisasi jalur produksi di perusahaan termasuk hal-hal yang dikerjakan teknisi industri makanan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk industri ini.  Dewasa ini ribuan perusahaan di tingkat dunia aktif di bidang produk makanan dan disebutkan bahwa nilai industri ini di seluruh dunia lebih dari delapan miliar dolar.

Iran negara yang luas dan relatif kering serta dari sisi georgafis dan keragaman iklimnya dengan didukung lahan pertanian yang subur serta sumber daya manusia unggul di sektor pertanian, peternakan dan perikanan mampu mempersiapkan kondisi produksi dan ekspor produk unggulan dengan bantuan industri makanan. Tanah Iran dengan 12 kondisi cuaca  dan kesuburan tanahnya, memiliki kemampuan memproduksi beragam produk wilayah beriklim sedang, subtropis dan tropis dengan kualitas tinggi.

Iran termasuk salah satu dari lima negara dunia produsen penting di produksi 20 produk pertanian seperti kacang pistachio, kurma, delima, anggur, tomat serta lemon. Mengingat bahwa sejumlah produk pertanian Iran melebihi kebutuhan dalam negeri, maka mereka dikonversi ke produk bernilai tambah demi mencegah terbuangnya produk dan kemudian dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri.

Dewasa ini di Iran telah aktif ribuan unit ekonomi konversi makanan ke produk bernilai tambah. Industri ini menjadi mata rantai dan penghubung antara industri dan pertanian serta membantu industri makanan memainkan peran penting di ekspor non migas Iran. Patut dicatat, saat ini industri makanan di Iran menempati 18 persen dari total industri negara ini. Ruang lingkup aktivitas industri ini sangat luas, mulai dari air mineral hingga minyak goreng, makanan bayi, beragam makanan olahan susu, teh, beras dan produk olahan protein.

Pengepakan kacang pistachio

Di sektor produk tanaman pertanian, para peniliti industri makanan mampu mengolah dedak padi yang dihasilkan dari perusahaan penggilingan padi menjadi minyak nabati atau dengan bantuan industri konversi, para ilmuwan ini mampu memanfaatkan dahan, daun, biji buah sejumlah pohon seperti kurma sebagai bahan industri lain seperti minyak, produk makanan seperti kue serta sisa-sisanya digunakan untuk bahan pakan ternak.

Selain itu, industri makanan Iran juga aktif di produksi makanan olahan seperti makanan kaleng, selai, jeli, buah, sayuran kering atau beku, asinan, bumbu-bumbu serta makanan siap saji.

Saat ini lebih dari 15 persen protein yang dikonsumsi masyarakat dunia dari budidaya perikanan, laut atau produk olahan darinya. Konsumsi produk perikanan dewasa ini terus meningkat mengingat keragaman pilihan, rasa serta pengepakan yang tepat. Iran yang memiliki jalur pantai sepanjang 600 km di Laut Kaspia dan lebih dari 1800 km di Teluk Persia dan Laut Oman, memiliki akses tinggi ke sumber daya laut.

Garis perbatasan laut yang panjang dan keberadaan beragam spesies ikan sangat menguntungkan eksportir Iran. Petambak Iran dewasa ini dengan bantuan industri konversi dan dengan menambah waktu penyimpanan serta masa kedaluwarsa makan, berhasil memproduksi daging produk laut menjadi beragam produk seperti sosis, ikan burger, fish stick, sup siap saji dan ikan kaleng yang lezat serta berprotein tinggi untuk dipasarkan di dalam dan luar negeri.

Di industri makanan, industri kemasan memiliki posisi istimewa. Pengemasan atau pengepakan selain memainkan peran penting di pasar dan menarik konsumen, juga membuat produk tahan lama dan mengurangi biaya transportasi. Kecenderungan konsumen terhadap makanan yang sehat dan yang dikemas dengan baik mendorong nanto teknologi di bidang industri makanan semakin maju.

Nanoteknologi termasuk teknologi modern terpenting di abad 21 yang berpengaruh banyak pada pemulihan ekonomi dan standar kehidupan manusia. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk produksi, penyimpanan bahan makanan, disinfeksi peralatan pabrik makanan dan sensor biologis untuk mendeteksi polusi yang menimbulkan wabah penyakit.

Pengemasan/Packaging produk tercatat sebagai salah satu masalah utama di bidang keamanan pangan dan penggunaan nanoteknologi terbesar di sektor industri makanan berkaitan dengan pengemasan, diteksi faktor-faktor yang menimbulkan penyakit dari makanan serta perbaikan struktur bahan ditingkat molekuler. Penggunaan nanoteknologi dapat memperbaiki kualitas dan efektivitas bahan pengemasan sehingga keamanan makan dapat dicapai.

Buah-buahan yang dikemas

Nanoteknologi memungkinkan perancang untuk merubah struktur material pada skala molekular, untuk mendapatkan material dengan sifat yang diinginkan. Tren nanoteknologi pada kemasan pangan di pasaran saat ini antara lain dirancang untuk dapat meningkatkan tampilan dari material kemasan, memperpanjang masa simpan (shelf life), kemasan antimikroba, dan kemasan interaktif.

Di Iran ada ribuan peneliti dan ilmuwan di lebih dari 260 universitas dan pusat riset yang terlibat di nanoteknologi. Iran bahkan berhasil menempati posisi keenam di 10 negara terdepan di bidang nanoteknologi. Terkait pemanfaatan nanoteknologi di bidang pengemasan produk makanan dan farmasi, para ilmuwan Iran baru-baru ini berhasil memproduksi kemasan nanokomposit. Kemasan nanokomposit ini memiliki keunggulan mampu menambah masa penyimpanan produk.

Saat ini tercatat puluhan perusahaan Iran aktif di bidang nano dan dengan produksi lebih dari 300 produksi di berbagai sektor kesehatan, peralatan produksi, peralatan rumah tangga, bahan nano, farmasi dan kedokteran, peralatan diagnosa, tekstil dan pakaitan, kendaraan dan tranportasi, konstruksi dan bangunan, energi, minyak dan olahannya, air dan lingkungan hidup, pertanian dan industri makanan.

Pada satu sisi kemasan pangan yang menggunakan nonoteknologi menawarkan banyak keunggulan, akan tetapi di sisi lain juga memunculkan risiko kesehatan yang baru terkait dengan kemungkinan masuknya nanomaterial ke dalam tubuh manusia dan berpotensi menimbulkan risiko baru terhadap kesehatan.

Nanomaterial dapat bermigrasi dari kemasan ke produk pangan, seperti halnya zat kontak pangan dalam kemasan pangan konvensional. Sementara itu, ukuran nanomaterial yang sangat kecil (1-100 nm) menyebabkan luas permukaan yang kontak dengan pangan akan semakin besar, sehingga migrasinya ke dalam pangan akan meningkat drastis dibandingkan dengan migrasi bahan dengan ukuran yang lazim dikenal. Padahal dalam jumlah yang kecilpun nanomaterial dalam pangan dapat menyebabkan risiko toksisitas yang serius.