Fungsi dan Peran Masjid (31)
Masjid adalah rumah Allah Swt dan tempat untuk berkumpulnya berbagai lapisan masyarakat. Mereka berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban agama dan bertukar pandangan seputar persoalan umat Islam sehingga masjid menemukan dimensi agama-politik. Oleh karena itu salah satu fungsi masjid adalah berkiprah di bidang politik.
Di tengah masyarakat Muslim, tidak boleh ada jarak antara masyarakat dan para pemimpin. Dengan demikian, masyarakat Muslim dapat mengawasi dengan baik arah kebijakan pemerintah dan urusan-urusan publik serta menyuarakan sikapnya dalam masalah politik. Mereka dapat membantu pemerintahan Islam dengan memberikan gagasan dan program-program yang efektif.
Setelah mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, Rasulullah Saw menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pemerintah dan tempat untuk menunaikan kewajiban agama. Beliau mengajak partisipasi masyarakat Muslim dalam urusan pemerintah dan mengajari mereka tentang tujuan-tujuan politik Islam. Masjid berfungsi sebagai tempat kegiatan ibadah dan basis pemerintah dan lembaga-lembaga politik Islam.
Perlu dicatat bahwa masjid masih mempertahankan fungsinya di bidang politik pada periode setelah Rasulullah Saw. Kegiatan yang berhubungan dengan persoalan politik dan negara seperti, pengangkatan dan pengambilan sumpah khalifah, penunjukan atau pemecatan gubernur dan para pejabat lain, rapat kabinet, mempersiapkan masyarakat Muslim untuk jihad, dan lain-lain, semuanya dilakukan di masjid.
Masjid memulai kehidupan politiknya sejak masa Rasulullah Saw hingga permulaan Dinasti Abbasiyah. Selama periode itu, masjid menjadi pusat untuk seluruh kegiatan politik Dunia Islam. Sebagai contoh, Sayidah Fatimah Zahra as menyampaikan kasus Tanah Fadak di masjid dan terang-terangan mengkritik khalifah pertama.
Rasulullah melakukan semua kegiatan politiknya di masjid semenjak berdirinya pemerintahan Islam di Madinah. Di tempat itu pula, beliau menerima kunjungan delegasi dan utusan negara lain yang datang ke Madinah. Pembicaraan formal dilakukan di masjid dan salah satu tema utama yang diangkat oleh Rasulullah adalah kemunculan agama baru Islam dan politik yang bersandar pada ajaran baru itu.
Oleh sebab itu, salah satu tiang Masjid Nabawi dikenal sebagai Usthuwaanah al-Wufud, tempat Rasulullah menerima para tamu dan melakukan pembicaraan dengan berbagai delegasi kabilah, pemerintah asing, dan agama lain.
Setelah Islam tersebar ke berbagai negara, masjid menjadi simbol dari tegaknya pemerintahan Islam di kota dan desa-desa. Setelah setiap penaklukan, masyarakat Muslim membangun masjid jami' di pusat kota dan kemudian mendirikan tempat tinggal pemimpin yang lazim disebut Dar al-Imarah di sampingnya.
Di sebagian kota, masjid dibangun sangat dekat dengan Dar al-Imarah (kantor pemerintah) dan tampak kedua bangunan ini saling menempel. Kedekatan ini ingin mempertegas bahwa seluruh kekuatan politik dan agama berada di tangan pemimpin.
Pada dasarnya, hakikat intrinsik Islam adalah agama dan politik tidak dapat dipisahkan. Setiap pemimpin bertugas menjalankan kedua perkara itu secara beriringan, dan masjid berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan agama. Mengenai hubungan masjid dan pusat kegiatan politik juga dapat dilihat dari keberadaan baitul mal, yang selalu terletak di masjid jami' setiap kota.
Sejarah Masjid 'Adzam Qum
Masjid 'Adzam Qum adalah salah satu monumen tertua dan terbesar di kota suci Qum, Iran, yang selalu dipadati oleh masyarakat untuk mendirikan shalat. Masjid ini dibangun di samping komplek Makam Sayidah Maksumah as atas perintah Marja' Besar Syiah Ayatullah Sayid Husain Thabathabai Burujerdi pada tahun 1954 Masehi.
Arsitektur masjid ini dirancang oleh Hussein bin Muhammad Me'mar yang dikenal sebagai Master Lorzadeh. Masjid ini diberi nama 'Adzam karena ukurannya besar dan megah. Bangunan ini menjadi salah satu pusat penting untuk kegiatan pendidikan Hauzah Ilmiah Qum dan para ulama besar biasanya memberikan kuliah di tempat itu. Masjid 'Adzam juga dipakai untuk acara tahlilan para ulama, tempat i'tikaf, dan tempat belajar para santri di kota Qum.
Ayatullah Burujerdi percaya bahwa di samping komplek Makam Sayidah Maksumah as harus dibangun sebuah masjid seperti Masjid Goharshad di dekat komplek Makam Imam Ali Ridha as. Dia juga yakin bahwa Hauzah Ilmiah Qom ke depan membutuhkan tempat yang lebih luas untuk kegiatan belajar-mengajar dan alangkah baiknya jika tempat itu dibangun di samping komplek Makam Sayidah Maksumah dengan nama masjid.
Ayatullah Burujerdi kemudian melakukan pembebasan tanah dan meresmikan pembangunan Masjid 'Adzam Qum pada tahun 1954. Beliau menanggung sebagian dari dana pembangunan masjid ini dan sisanya bersumber dari sumbangan masyarakat. Pembangunan masjid selesai pada tahun 1961 dan sejak itu, kegiatan shalat dan ritual keagamaan lainnya secara teratur diadakan di tempat ini.
Masjid 'Adzam Qum memiliki luas total 12.000 meter persegi dan dibangun dengan gaya arsitektur Islam. Kubah besar masjid memiliki diameter 30 meter dan tingginya dari dasar atap masjid mencapai 15 meter dan 35 meter dari lantai. Tinggi menara masjid mencapai 45 meter dari ruang bawah tanah. Bagian atas menara memiliki ruangan sebagai tempat azan dengan ketinggian 5 meter. Sebuah menara jam terletak di utara masjid dan menara ini dapat dilihat dari semua empat sisi masjid.
Masjid 'Adzam memiliki empat aula dan luas ruangan di kolong kubah mencapai 400 meter persegi, sementara aula-aula di sekitarnya masing-masing berukuran 900 meter persegi. Di sisi utara masjid, terdapat sebuah ruangan di bawah menara jam dengan luas sekitar 300 meter persegi. Tinggi setiap atap ruangan sekitar 10 meter.
Sisi barat Masjid 'Adzam Qum dilengkapi dengan tempat wudhu dan toilet serta tempat istirahat untuk para pengurus. Di sisi ini juga dibangun sebuah perpustakaan yang sangat luas dengan dua ruang belajar. Ayatullah Burujerdi awalnya ingin membangun perpustakaan terpisah di kota Qom, tetapi setelah Masjid 'Adzam rampung, para ulama mengusulkan pembangunan sebuah perpustakaan untuk masjid.
Pada 13 Februari 1960, Ayatullah Burujerdi memerintahkan pembangunan sebuah perpustakaan besar Masjid 'Adzam yang terbuka untuk umum. Dia meminta arsitek Hossein Lorzadeh untuk mencari lokasi untuk perpustakaan. Hossein Lorzadeh kemudian memilih sisi barat masjid yang sebelumnya dibangun sebagai aula.
Perpustakaan ini menyimpan 7.096 manuskrip, 8.000 judul buku dalam cetakan litografi, 200 judul buku cetak bergerak (movable type) yang sangat bernilai tinggi, dan lebih dari 660 manuskrip bergambar, artikel-artikel ilmiah, dan buku pelajaran baru pada periode Qajar.
Saat ini perpustakaan Masjid 'Adzam Qum tercatat sebagai salah satu perpustakaan yang paling penting dalam melestarikan warisan budaya Syiah, dan menyimpan sebagian besar dari buku diktat pelajaran, buku-buku tulisan tangan, dan jurnal-jurnal terkenal. Kitab-kitab kuno di perpustakaan ini telah direkam dalam bentuk CD sehingga bisa diakses oleh para pengunjung. Saat ini perpustakaan Masjid 'Adzam dikelola oleh Hauzah Ilmiah Qum.
Makam almarhum Ayatullah Sayid Husain Thabathabai Burujerdi terletak di sebelah barat Masjid 'Adzam. Menurut keterangan cucunya, Mohammad Javad Alavi Burujerdi, tempat tersebut dulunya sebuah rumah kecil dengan ukuran 60 meter persegi yang dibeli oleh Ayatullah Burujerdi. Setelah ia menentukan tempat pemakamannya, sisa tanah tersebut diwakafkan untuk masjid.
"Tempat ini terletak di lorong pintu masuk menuju makam suci (Sayidah Maksumah as). Makamkan aku di sini sehingga tapak kaki para peziarah melintas di atas makamku," kata Ayatullah Burujerdi. (RM)