Fungsi dan Peran Masjid (40)
Masjid telah menjadi tempat utama perkumpulan kaum Muslim sejak kehadiran Rasulullah Saw di Madinah. Seluruh pertemuan dan pidato Rasul berlangsung di tempat suci ini. Masjid selain sebagai pusat kegiatan dakwah dan bimbingan masyarakat, juga berfungsi sebagai tempat menerima delegasi bangsa-bangsa lain yang ingin bertemu Rasulullah.
Pada masa khalifah, masjid mempertahankan fungsinya sebagai basis pemikiran, ibadah, politik, dan sosial bagi masyarakat Muslim. Keputusan-keputusan penting yang terkait dengan urusan kaum Muslim dibuat di tempat tersebut.
Dalam Islam, berhubungan dengan Allah Swt tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu, berbeda dengan agama lain yang menetapkan tempat khusus untuk menyeru Tuhan seperti gereja atau kuil.
Individu Muslim wajib untuk menyesuaikan dirinya dengan hukum Islam di semua kondisi dan kewajiban ini juga perlu disampaikan ke orang lain. Prinsip amar makruf dan nahi munkar dalam Islam berangkat dari kewajiban ini. Meski demikian, kaum Muslim membutuhkan sebuah basis yang kuat sehingga hukum Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sosial dan politiknya. Basis yang kuat ini tidak lain kecuali masjid yang bertugas memperkuat landasan pemikiran dan akidah kaum Muslim.
Masjid memainkan peran penting dalam menjaga dan memperkuat landasan pemikiran dan budaya Islam. Di tempat suci ini, parameter dan nilai-nilai agama diajarkan kepada masyarakat sehingga mereka terjaga dari serangan budaya, politik, dan bahkan militer musuh.
Di antara semua aspek itu, budaya sangat rentan terhadap serangan dan pengaruh asing. Serangan budaya merupakan salah satu jenis invasi yang paling umum dan cara efektif untuk mencapai tujuan imperialisme. Dengan mengubah budaya, sebuah negara dapat ditaklukkan tanpa perlu pengerahan pasukan.
Pada dasarnya, serangan budaya adalah sebuah serbuan musuh untuk menjajah identitas dan pemikiran orang-orang. Penjajahan model ini kadang sangat frontal sehingga berpengaruh pada perilaku masyarakat.
Masjid – sebagai basis utama dakwah dan pendidikan agama – memiliki peran penting dalam menangkal serangan ini. Strategi serangan budaya umumnya sangat rapi sehingga bukan hanya individu masyarakat yang tidak menyadari invasi ini, tetapi juga menganggap transformasi budaya sebagai syarat untuk pertumbuhan dan mobilitas, serta menyebutnya sebagai dinamika budaya.
Untuk itu, salah satu prioritas setiap masyarakat Muslim adalah mengenal gerakan serangan budaya, mempelajari metode serangan, dan menyiapkan cara-cara untuk menangkalnya.
Salah satu fungsi utama masjid adalah melawan konspirasi musuh-musuh Islam, menyadarkan masyarakat Muslim dari serangan budaya, memperkenalkan strategi untuk mencegahnya, dan mengajari cara-cara untuk menangkalnya.
Ceramah, pengajian, dan perkumpulan keagamaan dapat menjadi salah satu cara untuk menangkal serangan budaya, dan masjid adalah wadah terbaik untuk aktivitas ini. Masyarakat bisa menerima pendidikan agama dan budaya serta mengetahui tentang bentuk serangan musuh, dan mempelajari cara-cara untuk melindungi budayanya. Mereka juga akan mengetahui sejarah serangan budaya di negara-negara Muslim dan mengambil pelajaran darinya.
Sejarah Masjid Jamek Yazd (Jameh Mosque of Yazd)
Masjid Jamek Yazd adalah sebuah bangunan bersejarah yang berusia lebih dari 900 tahun yang terletak di Provinsi Yazd, Iran. Masjid ini dibangun pada masa Dinasti Al-e Bouyeh. Dokumen sejarah menyebutkan beberapa nama lain masjid ini seperti, Masjid Jum'eh Shahrestan, Masjid Jamek Atiq, Masjid Jum'eh Qadim, dan Masjid Jamek Nouw.
Masjid ini menjadi bukti bagi kehebatan para arsitek Iran di masa lalu dengan pengetahuan dan keahlian yang sangat sempurna. Masjid dengan menara yang menjulang tinggi dan ubin biru ini juga berfungsi sebagai mercusuar bagi orang-orang di gurun untuk menemukan jalan mereka.
Masjid Jamek Yazd menggunakan bentuk ubin seperti mosaik, tersusun dari potongan-potongan warna yang berbeda dan kemudian gabungkan untuk menghasilkan pola yang unik.
Bangunan dasar Masjid Jamek Yazd dibangun oleh banyak penguasa pada periode ke-6 Hijriyah. Masjid ini didirikan dari gabungan tiga masjid tua pada periode yang berbeda selama 100 tahun. Ini memakan waktu lama karena setiap sudut dari bangunan kuno ini dibangun oleh orang yang berbeda.
Mungkin orang pertama yang mendirikan Masjid Jamek Yazd adalah penguasa Safari, Amr Leith. Namun, pendiri yang paling terkenal adalah A'la Al Dowleh Kalanjar, gubernur Yazd antara tahun 1095 Masehi hingga 1119 M. Masjid ini pernah mengalami rusak total dan bangunan yang ada sekarang dibangun oleh Sayid Rukn al-Din Mohammad Qazi. Pemugaran dan renovasi terus dilakukan hingga satu dekade terakhir.
Tempo dulu, para penguasa memilih pusat kota Yazd sebagai lokasi pembangunan masjid besar ini. Luas pondasi masjid mencapai 9.800 meter persegi, sementara area yang dihiasi ubin, pola dekoratif, dan sudut-sudut lain sekitar 500 meter persegi. Panjang bangunan mencapai 104 meter dan lebarnya 99 m dengan tujuh gerbang yang terkoneksi ke banyak jalan dan gang.
Struktur Masjid Jamek Yazd terdiri dari sebuah pintu masuk utama yang tinggi, sepasang menara, dua aula utama, dua ruang untuk musim dingin di sisi timur dan barat aula utama, kolong kubah, dan sebuah halaman yang luas. Ruang-ruangg masjid ini didesain khusus untuk setiap musim. Karena iklim yang panas dan kering di daerah gurun, ruangan dirancang untuk tetap sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin.
Masjid ini memiliki sebuah pintu masuk yang sangat tinggi dan cukup populer sehingga menarik setiap pengunjung ke arahnya. Tinggi gerbang ini mencapai 24 meter dan seluruh sisinya dipercantik dengan ubin mosaik yang indah khas Persia. Pintu ini juga dihiasi dengan ayat-ayat al-Quran, pola bunga, dan prasasti yang berisi catatan renovasi.
Sepasang menara menjadi mahkota gerbang tersebut dan ia dikenal sebagai menara tertinggi di Iran. Kedua menara ini ditambahkan pada era Safawi dan memiliki tinggi 52 meter. Selain tingginya yang mencolok, seluruh permukaan menara dilapisi dengan ubin mosaik yang sangat indah sehingga terlihat benar-benar menakjubkan dan megah.
Diameter bangunan dasar menara sekitar 6 meter dan semakin ke atas, diameternya semakin berkurang. Hanya satu dari menara ini yang memiliki tangga dan dapat dinaiki.
Masjid ini memiliki sebuah kubah megah double-shell yang dihiasi dengan ubin bentuk geometris warna pirus dan putih serta bentuk bunga saponaria vaccaria. Kalimat al-Mulku Lillah tertulis di lingkaran batang kubah dengan khat kufi.
Interior kubah masjid sangat menakjubkan dengan menggunakan pola dekoratif arabesque dan empat skylight dengan bentuk geometris. Ayat-ayat al-Quran yang ditulis di pinggir kubah telah menambah kemuliaan dan keindahannya.
Seluruh permukaan mibrab dilapisi dengan ubin mosaik yang membentuk pola-pola bunga yang indah. Nama arsitek dan tanggal pembangunan masjid tertulis di atas dua potong ubin dengan pola bintang yang dipasang di salah satu sudut mihrab. Langit-langit mibrab menggunakan dekorasi muqarnas yang dilapisi dengan ubin mosaik warna biru.
Ubin mosaik warna lapis lazuli dan pirus dengan desain slavia dan geometrik terlihat di berbagai sudut masjid. Ubin mosaik ini ditata dengan sangat indah dan rapi oleh para seniman Iran di dinding masjid.
Masjid Jamek Yazd terletak di distrik kota tua Yazd dan merupakan salah satu objek wisata paling populer di kota ini. Masjid abad ke-12 ini masih digunakan sampai sekarang. Ia adalah model mosaik Persia terbaik dan telah terdaftar sebagai Situs Warisan Nasional Iran.
Mengingat suasananya yang tenang, seseorang dapat menghabiskan berjam-jam untuk beribadah atau hanya menikmati karya arsitektur Islam Persia yang dihiasi dengan harmoni unik dari desain artistik. Pencahayaan tidak langsung yang berasal dari pantulan cahaya dinding merupakan salah satu fitur unik dari masjid kuno ini. (RM)