Jan 27, 2021 21:13 Asia/Jakarta
  • Derita Muslim Rohingya
    Derita Muslim Rohingya

Arab Saudi termasuk investor di Myanmar, khususnya di negara bagian Arakan, tempat tinggal bersejarah etnis Muslim Rohingya dan mayoritas mereka diusir dari desa-desanya dan kini menjadi pengungsi serta mayoritas mereka ditempatkan sementara di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.

Namun demikian ternyata ada kolusi antara pemerintah Myanmar dan Arab Saudi di mana sebanyak 250 ribu warga Muslim Rohingya dikirim ke negara kaya minyak ini dan mereka ditempatkan di sekitar kota Mekah dan Madinah. Ironisnya mereka diperlakukan sebagai buruh murah di sana. Sekaitan dengan ini disebutkan bahwa Riyadh tamak dengan tanah subur petani Arakan dan secara sembunyi-sembunyi disebut-sebut terlibat dalam pengusiran warga Rohingya.

Keraguan atas peran Arab Saudi di konspirasi dan pengusiran Muslim Rohingya dari Arakan semakin meningkat ketika sebuah milisi radikal Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) yang menyatakan berafiliasi dengan Daesh (ISIS) dan menyerang sebuah pos pemeriksaan pemerintah di negara bagian Arakan di tahun 2017 serta menewaskan sejumlah militer Myanmar. Masalah ini kemudian menjadi alasan serangan besar-besaran ekstrimis Budha yang mendapat dukungan militer terhadap Muslim Rohingya dan mereka melakukan pembantaian besar-besaran di desa-desa Rohingya serta memaksa puluhan ribu orang termasuk perempuan dan anak-anak mengungsi ke Bangladesh.

Sejumlah sumber mengklaim bahwa ARSA dipimpin Ata Ullah Ammar Jununi, seorang warga Rohingya kelahiran Karachi, Pakistan dan besar di Arab Saudi. Ia juga disebut-sebut memiliki kedekatan dengan dinas keamanan Riyadh.

Alasan sebenarnya mengapa Arab Saudi, berkolusi dengan pemerintah dan tentara Myanmar, memindahkan 250.000 pengungsi Rohingya ke Arab Saudi adalah untuk merebut tanah subur mereka, meluncurkan proyek agro-industri di sana, dan pada saat yang sama untuk memberikan legitimasi atas hal ini, mereka membeli tanah para pengungsi tersebut, yang disambut baik oleh pemerintah Myanmar.

Sikap Riyadh yang mengiringi kejahatan Myanmar terhadap Muslim Rohingya terjadi ketika Yang Li, pelapor khusus PBB di Myanmar menyatakan, hanya dua pekan dari serangan tentara Myanmar ke berbagai wilayah Muslim negara ini, lebih dari 123 ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari kekerasan di negara ini dan berlindung ke Bangladesh. 

Pemerintah Myanmar membuat nyawa ribuan minoritas Muslim Rohingya dalam bahaya. Tentara Myanmar terlibat aksi kekerasan terhadap Muslim Rohingya karena kecenderungan agama etnis minoritas ini. Sementara sejak lama ekstrimis Budha menumpas keras kubu minoritas Muslim di negara ini. Adapun militer dan pemerintah Myanmar justru mendukung aksi-aksi brutal ekstrimis Budha. Menurut foto dan video yang dirlis jejaring sosial, ekstrimis Budha ini membakar hidup-hidup Muslim Rohingya, memenggal atau menguliti mereka.

Seperti yang dikatakan beberapa ahli pengungsi Rohingya, tujuan utama Arab Saudi membeli tanah pengungsi Rohingya adalah untuk menghasilkan makanan untuk jangka panjang dan untuk memenuhi kebutuhan negara yang terus meningkat akan produk-produk strategis seperti beras. Anne Kleiman, anggota Departemen Perdagangan Internasional AS, percaya bahwa Al Saud bermaksud menjadikan Negara Bagian Arakan sebagai tempat berlindung yang aman bagi pasokan makanan jangka panjangnya. Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan agroindustri Saudi disebut-sebut telah menggiatkan aktivitasnya di lahan yang dibeli dari pengungsi Rohingya.

Oleh karena itu, bukan tidak masuk akal jika Arab Saudi tetap diam menghadapi pembunuhan, pemerkosaan dan pengusiran Muslim Rohingya dari tanah leluhur mereka di Arakan dan menolak untuk mengambil sikap atas masalah ini. Misalnya, media Saudi paling sedikit bereaksi terhadap berita dan laporan terkait nasib menyakitkan Rohingya, dan sebagian besar tetap diam. Sementara itu, opini publik di dunia Islam mengharapkan Arab Saudi mengambil sikap yang mendukung dan transparan dalam pembunuhan Muslim Rohingya. Sebelumnya, ada laporan Arab Saudi bekerja sama dengan rezim Zionis di Myanmar melawan Muslim Rohingya.

Tentu saja, Arab Saudi tidak hanya berinvestasi di pertanian dan tanah Rohingya dalam kolusi dengan pemerintah Myanmar, tetapi selama dekade terakhir Aramco Arab Saudi telah berinvestasi besar-besaran di sektor minyak dan gas di Negara Bagian Arakan. Menarik untuk diketahui bahwa Aramco didaftarkan oleh Amerika di Myanmar dan kemudian aktif di industri minyak Saudi. Namun, Aramco telah banyak mendapat investasi dari Arab Saudi sejak 2001 dan bergerak ke arah ini serta aktif dalam infrastruktur minyak dan gas di Negara Bagian Arakan.

Selain aktivitas Arab Saudi di industri migas Arakan, pihaknya juga telah menandatangani kesepakatan dengan China untuk membangun pipa minyak. Pipa ini akan mengangkut minyak dan gas yang diekstraksi dari Arakan ke China. Pipa tersebut dikatakan memiliki kapasitas yang sangat tinggi dan dapat memasok sebagian besar kebutuhan minyak China dari sumber daya dan sumber daya Myanmar di Negara Bagian Arakan. Cina pendukung utama para  jenderal Myanmar, sementara, investor infrastruktur minyak dan gas terpenting Arakan.

Pada saat yang sama, beberapa ahli yang mengikuti perkembangan Muslim Rohingya di Negara Bagian Arakan Myanmar percaya bahwa Arab Saudi bukanlah satu-satunya negara Arab di selatan Teluk Persia yang telah bersekongkol dengan pemerintah Myanmar untuk mengusir Rohingya, UEA juga telah memasuki Negara Bagian Arakan dan telah memulai aktivitas ekstensif di bidang pertanian, pembebasan lahan, agroindustri dan fasilitas serupa. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tampaknya meramalkan kekurangan pangan yang parah untuk populasi yang terus bertambah dalam beberapa dekade mendatang, dan akses ke pertanian potensial dan ketahanan pangan jangka panjang, di mana Negara Bagian Arakan memiliki kondisi yang paling menguntungkan dalam strategi ini.

Arab Saudi telah menyusun strategi untuk masa depan, bahkan setelah sumber minyaknya menyusut, di bawah Rencana Pembangunan 2030. Dalam program ini, akses ke daerah-daerah di luar negeri, untuk investasi dan penyediaan sumber daya yang diperlukan, menjadi prioritas. Negara Bagian Arakan di Myanmar adalah salah satu area terpenting dan menguntungkan untuk realisasi rencana ambisius generasi baru pangeran Saudi. Arab Saudi berkolusi dengan jenderal tentara Myanmar dan menerima pengungsi Rohingya dan kemudian menipu mereka dan membeli tanah pertanian mereka adalah salah satu dimensi dari para pemimpin Riyadh yang mengkhianati Muslim dunia. Faktanya, seperti pengungsi Palestina yang tidak penting bagi Al-Saud dan rencana kompromi yang memalukan dengan rezim Zionis sedang dikejar, dalam praktiknya pengungsi Rohingya sama sekali tidak penting bagi Kerajaan Arab Saudi.

Faktanya Arab Saudi tidak sendirian di gerakan ini dan investasi di sektor pertanian serta energi di Negara Bagian Arakan Myanmar. Riyadh dalam hal ini mendapat dukungan Amerika Serikat melalui investasi bersama ARAMCO dengan perusahaan besar minyak AS. Dengan demikian dapat dibayangkan bahwa AS di persaingan dengan Cina dan mengeluarkan Myanmar dari pengaruh Beijing, telah mendorong Arab Saudi untuk hadir di Myanmar dan menanam investasi di negara bagian Arakan. JIka demikian maka kehadiran Arab Saudi di Myanmar juga dapat di nilai sebagai upaya untuk mempermudah masuknya pengaruh Amerika.