Feb 01, 2021 13:52 Asia/Jakarta
  • Imam Khomeini
    Imam Khomeini

Revolusi bangsa Iran tidak diragukan lagi adalah salah satu peristiwa paling penting dan berpengaruh di dunia kontemporer. Sebuah revolusi yang dibentuk dan dimenangkan berdasarkan nilai-nilai agama dan ide-ide Islam dan membentuk sistem Republik Islam.

Memasuki usia 42 tahun, Revolusi Islam Iran terus tumbuh dan berkembang. Pemuda revolusioner saat ini lebih aktif dalam perjuangan melawan penindasan dan arogansi global dibandingkan generasi sebelummnya pada tahun 1978. Meskipun mereka tidak melihat atau memahami korupsi dan penderitaan sebelum kemenangan revolusi, atau tidak memiliki pengalaman revolusi dan perang yang dipaksakan selama delapan tahun, tapi mereka sekarang lebih maju di banyak bidang budaya, sains, teknologi dan politik dibandingkan generasi pertama Revolusi Islam.

 

 

Revolusi bangsa Iran merupakan salah satu peristiwa paling penting dan berpengaruh di dunia kontemporer. Sebuah revolusi yang dibentuk dan dimenangkan berdasarkan nilai-nilai agama dan ide-ide Islam hingga terbentuk  Republik Islam.

Revolusi Islam muncul pada saat bangsa-bangsa di dunia harus memilih untuk menerima dominasi gagasan komunis dari Timur atau pandangan liberal kapitalisme Barat. Dengan demikian, para pemikir yang berbeda dan terkemuka dari perspektif yang berbeda mempelajari Revolusi Islam Iran.

Di antara berbagai teori yang membenarkan dan menafsirkan semua jenis revolusi dan pemerintahan, Revolusi Islam Iran adalah fenomena unik yang tidak sejalan dengan pandangan umum para politisi dan pemikir kontemporer dunia. Pasalnya, selama berabad-abad, agama tidak terlibat serius dalam politik dan keduanya dipisahkan dengan diadopsinya pemikiran sekularisme. 

Latar belakang sejarah gagasan pemisahan ranah agama dari politik di dunia Islam juga berasal dari masa pemerintahan Bani Umayyah dan Abbasiyah. Mereka memerintah dengan melakukan berbagai penindasan yang tak terhitung jumlahnya.

Sebagian ulama memisahkan urusan agama dan politik dengan pertimbangan untuk melestarikan agama dan membebaskan Islam dari pengaruh kotor politik. Tapi faktanya, mereka tidak menyelesaikan masalah utama melawan rezim lalim dan korup dengan membiarkan para penguasa menempatkan orang-orang yang tidak layak menempati posisi penting, sehingga kerusakan terjadi di mana-mana.

Tentu saja ada yang dengan nakal mengangkat isu bahwa Islam, agama dan ulama itu sakral, dan tidak boleh ikut campur dalam politik yang najis, karena dengan masuk politik, kesucian mereka rusak.

Sebagian mengajukan pandangan ekstrem dengan mengungkapkan bahwa agama dan politik memiliki sifat tersendiri dan wilayah sakral agama harus dijauhkan dari permainan kotor politik. Pandangan semacam ini telah diulangi begitu banyak dalam sejarah, hingga muncul orang-orang seperti Sheikh Muhammad Abduh yang banyak dipengaruhi oleh Sayyid Jamal al-Din Asadabadi yang mengoreksi pandangan demikian dengan mengatakan, "Saya mencari perlindungan kepada Tuhan dari politik dan kata politik serta artinya maupun setiap kata yang diucapkan mengenai politik dan dari setiap pemikiran tentang politik yang terlintas di benak saya dan dari setiap negeri di mana politik diajarkan dan dari setiap manusia yang berbicara tentang politik, atau pendidikan, atau pemikiran tentang politik!"

Imam Khomeini, arsitek besar Revolusi Islam Iran mengoreksi pandangan pemisahan antara agama dan politik dalam kitab Kasyf Al-Asrar yang ditulis sekitar tiga puluh tahun sebelum kemenangan Revolusi, pada tahun 1320-1321 Hs.

Imam Khomeini dalam buku yang dapat dianggap sebagai karya politik pertamanya ini menjadikan surah an-Nisa ayat 59 sebagai acuan, dengan mengatakan, “Allah swt memerintahkan pendirian pemerintahan Islam sampai hari kiamat dan jelaslah bahwa ketaatan kepada siapapun selain ini ketiganya (Allah swt, Nabi, dan Shahib Amr) tidak wajib. oleh karena itu, seluruh umat wajib menaati Ulil Amr. Lalu siapa yang dimaksud dengan Ulil Amr ?".

Dalam buku ini, Imam Khomeini juga mempertimbangkan pengawasan ulama terhadap pemerintah dengan menulis, "Satu-satunya pemerintah yang dipandang benar dan diterima dengan tangan terbuka adalah pemerintahan Tuhan ... Kami tidak mengatakan bahwa pemerintahan harus dilakukan oleh faqih, tetapi pemerintahan harus diatur oleh hukum Tuhan demi kepentingan negara dan rakyat, dan ini tidak boleh dilakukan tanpa pengawasan ulama,".

Di bagian lain dari buku yang sama, Imam Khomeini menjelaskan, "Kami yang mengatakan bahwa pemerintah dan wilayah pada saat ini berada di tangan para faqih, ... yaitu, parlemen negara ini harus terdiri dari ahli hukum agama atau berada di bawah pengawasannya,". 

Tidak diragukan lagi, Imam Khomeini adalah tokoh penting yang menghidupkan kembali agama Islam baik dalam dimensi spiritual maupun praktisnya. Dari sudut pandang Imam Khomeini, rezim Pahlavi seperti pemerintahan Umayyah dan Abbasiyah yang seolah-olah menerima Islam, tetapi menghalangi terwujudnya Islam yang benar. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan Islam sejati, Imam Khomeini menggunakan istilah "Islam Muhammadi" dan memperkenalkan Islam yang menyimpang, dengan menggunakan istilah "Islam Amerika".

 

Imam Khomeini

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei menjelaskan dua istilah ini, dalam pernyataannya, "Islam Amerika menggunakan nama Islam demi melayani kepentingan kekuatan yang arogan ... Islam Amerika adalah model Islam yang tidak memiliki perikemanusiaan, sehingga mereka hanya memikirkan dirinya sendiri saja dan kesejahteraan hewani mereka. Tuhan dan agama dipandang sebagai ibu kota para pedagang, sarana untuk mendapatkan emas atau kekuasaan, dan semua ayat maupun riwayat yang bertentangan dengan keinginan dan kepentingan mereka dilupakan atau ditafsirkan secara kasar tanpa malu-malu. ... Ya, inilah Islam Amerika yang menjauhkan orang dari politik dan pemahaman politik sejati." 

Rahbar menegaskan, "Islam Muhammadi memanang politik sebagai bagian dari agama dan keduanya tidak dapat dipisahkan, dan menyerukan kepada semua Muslim untuk memahami dan mempraktikkan politik dalam makna sebenarnya. Inilah sesuatu yang harus selalu diingat oleh bangsa-bangsa Muslim dari almarhum Imam Khomeini mengenai pandangannya tentang Islam yang fasih,".

 

Ayatullah Khamenei

 

Rezim penguasa Iran sebelum revolusi mencoba untuk menghancurkan dan melemahkan keyakinan, keimanan dan pemikiran keagamaan rakyatnya. Rezim Shah melakukan upaya ekstensif untuk menciptakan pesimisme terhadap pemimpin agama, memperkuat sekte sesat, dan menjadikan budaya Barat sebagai pengganti budaya Islam. Namun terlepas dari aktivitas ini, Islam adalah fokus utama budaya Iran. Sebab agama ini menjamin keadilan, kebebasan, perdamaian dan keamanan serta kemajuan spiritual umat manusia, yang memotivasi gerakan dan revolusi jutaan orang Iran.

Imam Khomeini memulai wacana kritisnya pada tahun 1341 setelah disahkannya Undang-Undang tentang provinsi dan daerah. Sebab undang-undang ini, lebih dari segalanya, memberikan dasar bagi lebih banyak pengaruh dan dominasi AS dan Israel atas Iran. Protes politik-agama yang disampaikan dalam pidato Imam Khomeini memicu perlawanan 15 Khordad, yang ditumpas oleh rezim lalim Shah secara keji. Namun 15 tahun kemudian, kemarahan rakyat berkobar lagi dan membakar rezim despotik hingga akhirnya tumbang dan terjadi kemenangan Revolusi Islam.

 

 

Kini, Republik Islam Iran memasuki usia empat puluh dua tahun telah mengalami kemajuan di berbagai bidang. Iran tumbuh menjadi negara yang bebas, kuat, bermartabat, religius, maju dalam sains, pemegang rekor dalam kemajuan ilmiah, serta berpengaruh dalam perimbangan kekuatan global.

Pertumbuhan dan perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, budaya, politik dan militer yang telah mencengangkan seluruh dunia telah dicapai di bawah bendera Republik Islam. Sebagaimana ditegaskan Imam Khomeini yang memperkenalkan Revolusi Islam sebagai "anugerah ilahi dan hadiah tak terlihat", dengan mengatakan, "Tidak ada keraguan bahwa Revolusi Islam Iran terpisah dari semua revolusi, baik dalam asal-usul dan kualitas perjuangan maupun motivasi revolusi dan perjuangannya. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa ini adalah anugerah ilahi dan hadiah tak terlihat dari Allah swt untuk bangsa yang tertindas dan dijarah ini."(PH)

 

Tags