Peringatan Kebangkitan Rakyat Bahrain Melawan Rezim Al Khalifa
Warga Bahrain turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk menandai peringatan sepuluh tahun kebangkitan rakyat melawan rezim Al Khalifa yang otoriter.
Demonstrasi berlangsung pada Sabtu (13/2/2021) malam, yang merupakan malam peringatan kebangkitan rakyat Bahrain pada tahun 2011.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang rezim Al Khalifah dan Raja Hamad bin Isa Al Khalifah.
14 Februari menandai hari kebangkitan rakyat Bahrain yang menuntut rezim Al Khalifa melepaskan kekuasaan dan mengizinkan pembentukan sistem pemerintahan yang adil. 10 tahun telah berlalu, namun tindakan keras rezim Al Khalifa terhadap para demonstrans dan pro-demokrasi masih berlanjut.
Kebangkitan rakyat Bahrain melawan kediktatoran rezim Al Khalifa meletus pada 14 Februari 2011. Kebangkitan ini berbeda dengan transformasi lain di dunia Arab, bahkan tergulingnya Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia dan Hosni Mubarak di Mesir. Perbedaannya adalah kebangkitan rakyat Bahrain terjadi di dekat Arab Saudi. Kebangkitan ini menimbulkan ketakutan terhadap Arab Saudi sebagai pemimpin utama kubu anti revolusi Arab.
Sebulan setelah meletusnya kebangkitan 14 Februari, rezim Al Saud mengirim pasukan ke Bahrain dengan kedok apa yang disebut sebagai rencana Perisai al-Jazeera negara-negara pesisir Teluk Persia (P-GCC), padahal pasukan ini dibentuk untuk mendukung negara-negara anggota dari serangan pihak asing.
Setelah sepuluh tahun kebangkitan rakyat Bahrain berlalu, militer Arab Saudi masih tetap ditempatkan di Uni Emirat Arab (UEA) dan bersama tentara bayaran Al Khalifa, mereka aktif menumpas protes rakyat, aktivis sosial dan gerakan anti-rezim.
Rakyat Bahrain memperingati sepuluh tahun kebangkitan anti rezim Al Khalifa ketika rezim ini secara resmi telah menjalin hubungan diplomatik dengan rezim Zionis Israel. Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) telah menandatangani normalisasi hubungan dengan Israel pada 15 September 2020.
Hubungan Manama dan Tel Aviv sebelumnya dilakukan secara rahasia, namun pada tahun 2020 dilakukan secara resmi. Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al Zayani juga telah berkunjung ke Israel pada Oktober 2020.
Masalah tersebut sejak awal mendapat penentangan dan protes keras dari rakyat Bahrain. Pada demonstrasi menjelang peringatan kesepuluh kebangkitan 14 Februari, warga Bahrain menyuarakan penentangan atas normalisasi hubungan negaranya dengan Israel.
Sampai saat ini masih belum jelas prospek berakhirnya kekerasan rezim Al Khalifa terhadap rakyat Bahrain. Rezim Al Khalifa sejak 14 Februari hingga kini telah menangkap lebih dari 11.000 warganya dengan alasan tak jelas dan tujuan palsu. Rezim juga mencabut kewarganegaraan warga yang menentangnya. Normalisasi hubungan dengan Israel juga mendorong rezim Al Khalifa semakin tenang untuk melanjutkan kekerasannya. Kebungkaman kekuatan Barat terhadap kekerasan tersebut telah mendorong keberanian Al Khalifa melanjutkan kekejamannya. (RA)