Tahanan Politik Bahrain Meninggal Dunia di Penjara
Seorang tahanan politik Bahrain meninggal dunia akibat terinfeksi Virus Corona dan pembiaran yang dilakukan rezim Al Khalifa atas keadaaan dan kesehatan tahanan.
Hussein Barakat meninggal dunia pada hari Rabu (9/6/2021) setelah mengalami koma karena infeksi paru-paru yang parah dan kekurangan oksigen.
Otoritas penjara Jau (Jaw) telah menolak permohonan cuti medis sementara untuk Barakat dan bahkan tidak memberi tahu keluarganya tentang kondisi kesehatannya.
Istrinya diberitahu tentang kematiannya melalui panggilan telepon dari rumah sakit pada Rabu pagi.
Selama beberapa bulan terakhir, pihak berwenang Bahrain telah dikritik karena melanggar hak para tahanan untuk mendapatkan perawatan kesehatan dan pasokan kebersihan yang memadai di tengah pandemi Covid-19 yang mematikan.
Rakyat Bahrain telah menggelar unjuk rasa damai untuk mendesak rezim Al Khalifah membebaskan tahanan di tengah kekhawatiran atas situasi yang mengkhawatirkan di penjara-penjara negara itu sehubungan dengan pandemi virus corona.
Para pengunjuk rasa menganggap rezim Al Khalifa bertanggung jawab atas kehidupan dan kesehatan para tahanan. Rezim Manama juga menutupi jumlah tahanan yang terinfeksi Covid-19.
Menurut laporan media, sedikitnya 220 tahanan politik telah terinfeksi virus corona. Otoritas rezim Al Khalifa telah berjanji untuk membebaskan total 199 tahanan, tetapi sejauh ini hanya 166 yang dibebaskan.
Ulama terkemuka Bahrain Sheikh Isa Qassim telah memperingatkan bahwa keselamatan tahanan politik terancam. Dia menuntut pembebasan segera mereka.
Kelompok oposisi utama, Masyarakat Islam Nasional al-Wefaq, juga menyerukan pembebasan para tahanan sejak merebaknya pandemi Covid-19.
Unjuk rasa damai digelar ketika rezim Al Khalifah melakukan tindakan keras terhadap oposisi dan aparat keamanan dilaporkan menyerang dan melukai puluhan tahanan di penjara-penjara Bahrain.
Protes terhadap Al Khalifa telah diadakan di Bahrain secara teratur sejak kebangkitan rakyat dimulai pada 14 Februari 2011. Mereka menuntut pembentukan sistem pemerintahan yang adil yang mewakili semua rakyat Bahrain.
Oposisi juga mengeluh tentang diskriminasi yang meluas terhadap mayoritas warga Syiah di Bahrain.
Namun rezim Al Khalifa menanggapi demonstrasi dengan tangan besi. Polisi rezim ini telah menahan para pegiat hak asasi, membubarkan partai-partai politik oposisi, mencabut kewarganegaraan beberapa aktivis pro-demokrasi dan mendeportasi mereka.
Menurut sumber-sumber tidak resmi dan yang diumumkan oleh partai-partai politik Bahrain, termasuk al-Wefaq, ada sekitar 5.000 warga Bahrain yang terlibat dalam politik, hukum, dan kegiatan ideologis telah dijebloskan di penjara. (RA)