Ini Sebab Kejatuhan Netanyahu dari Arena Politik Israel
(last modified Tue, 22 Jun 2021 08:52:59 GMT )
Jun 22, 2021 15:52 Asia/Jakarta
  • Benjamin Netanyahu
    Benjamin Netanyahu

Benjamin Netanyahu meski banyak melakukan upaya dan sabotase terhadap rivalnya, pada akhirnya 13 Juni 2021 terpaksa menyerahkan kursi perdana menteri kepada Naftali Bennett. Lantas apa saja yang membuat kejatuhan Netanyahu dari kancah politik Israel.

Benjamin Netanyahu pertama kali menjabat perdana menteri Israel pada 18 Juni 1996 dan menjabat hingga 6 Juli 1999. Setelah kalah di pemilu 1999, ia mengundurkan diri dari posisi ketua Partai Likud, dan ia menjabat sebagai ketua kubu oposisi. Netanyahu tahun 2002 menempati posisi menteri luar negeri di kabinet Ariel Sharon dan tahun 2009 dengan kemenangan Partai Likud di pemilu ke-18 Knesset, ia kembali menjabat perdana menteri hingga Juni 2021.

Netanyahu di periode 12 perdana menteri, memimpin enam kabinet. Dengan kata lain, usia kabinet Netanyahu hanya dua tahun, dan ini mengindikasikan selama 12 tahun kepemimpinannya, Israel mengalami instabilitas politik. Seiring dengan runtuhnya kabinet Israel pada Desember 2018, Netanyahu sejak saat itu hingga lengser dari kekuasaan, untuk sementara menjabat perdana menteri. Netanyahu juga dikenal sebagai perdana menteri terlama Israel. Sebelumnya, Ben Gurion menjabat perdana menteri Israel selama 14 tahun, tapi Netanyahu total 15 tahun menempati posisi perdana menteri Israel.

Naftali Bennett dan Benjamin Netanyahu

Setelah penyelenggaraan empat pemilu di bumi Palestina pendudukan, Netanyahu gagal membentuk kabinet baru, dan rivalnya memulai gerakan serius untuk membentuk kabinet. Netanyahu dengan membuat atmosfer di kondisi ketat keamanan, melalui bentrokan dengan kubu muqawama, berusaha mensabotase pembentukan kabinet baru. Interpretasi Netanyahu adalah melalui pengobaran perang baru, ia akan mampu bertahan di kursi kekuasaan. Meski demikian, perang 12 hari bukan saja tidak membantu Netanyahu, bahkan sebaliknya menjadi ancaman baginya, dan pada akhirnya para rival kuatnya berhasil membentuk kabinet baru dan Netanyahu setelah 12 tahun berturut-turut berkuasa akhirnya tersingkir.

Banyak alasan terkait jatuhnya Netanyahu dari puncak kekuasaan Israel, tapi yang terpenting berkaitan dengan teladan perilaku politik serta kepribadian Netanyahu. Benjamin Netanyahu dari sisi politik, sosok individualis di mana ia bahkan menolak mengundurkan diri dengan imbalan Likud tetap berkuasa.

Netanyahu selama beberapa tahun terakhir tidak segan-segan melakukan segala upaya untuk tetap berkuasa. Upaya penuhnya ini mulai dari sabotase, penipuian dan bahkan memaksakan biaya besar ekonomi kepada Israel karena menggelar empat kali pemilu, mendorong para rivalnya mencapai kesepakatan untuk menggulingkannya.

Selain itu, Netanyahu dari sisi politik adalah sosok yang ahli menghapus rivalnya dan masalah ini mendorong mitra lamanya berbalik darinya. Yair Lapid, menteri ekonomi, Moshe Yaalon menteri peperangan, Avigdor Lieberman menteri peperangan, Naftali Bennett menteri pendidikan dan peperangan dan Benny Gantz menteri peperangan adalah tokoh-tokoh yang sempat duduk di kabinet Netanyahu. Gideon Sa'ar juga anggota Partai Likud. Tapi seluruh tokoh ini memilih pisah dari Netanyahu dan hal ini mendorong mereka semakin bertekad menggulingkan Netanyahu.

Selain Yair Lapid dan Benny Gantz, seluruh tokoh lainnya di atas adalah dari partai sayap kanan dan satu kamp dengan Netanyahu, namun pada akhirnya mereka mencapai kesepakatan dengan kubu sayap kiri untuk menggulingkan Netanyahu. Oleh karena itu, salah satu alasan utama lengsernya Netanyahu dari puncak kekuasaan adalah beralihnya mitra tradisionalnya di kubu sayap kanan.

Perilaku Netanyahu ini bahkan mendorong sejumlah rivalnya keluar dari Partai Likud dan membentuk partai baru dan bersiap berkompetisi dengannya. Ini tentu saja berpengaruh pada tumbangnya Nentanyahu, karena individu ini berhasil meraih sejumlah kursi di parlemen dan selain mengurangi perolehan kursi Partai Likud, mereka juga mencapai kesepakatan dengan kubu sayap kiri untuk membentuk kabinet baru dan menggulingkan Netanyahu dari kekuasaan.

Indeks politik ketiga Netanyahu yang pada akhirnya mendorong permusuhan kepada dirinya adalah sikapnya yang tidak dapat dipercaya. Netanyahu setelah pemilu Maret 2020 dan dengan tujuan mencegah digelarnya pemilu keempat ketika pandemi Corona di bumi pendudukan meningkat tajam, berkoalisi dengan Benny Gantz, ketua Partai Biru dan Putih untuk membentuk kabinet yang akan dipimpin secara bergilir, tapi tidak pernah tercapai kepercayaan antara Netanyahu dan Gantz.

Pada akhirnya ketidakpercayaan ini berujung pada bubarnya kabinet koalisi dan di sisi lain, setelah pemilu Maret 2021, juga tidak ada tokoh yang bersedia bergabung dengan Netanyahu membentuk kabinet karena mereka tidak percaya dengannya. Netanyahu ketika menyadari para rivalnya serius membentuk kabinet, mengusulkan kepada Naftali Bennett perdana menteri bergilir, tapi Bennett tidak bersedia untuk jatuh ke kondisi Benny Gantz.

Salah satu alasan lain tumbangnya Netanyahu dari kekuasaan, adalah skandal besar yang melilitnya. Di periode pertama kepemimpinannya, di dekade 1990 pada akhirnya lolos dari tudingan korupsi di pengadilan, tapi pada tahun 2009 dan seterusnya, ia senantiasa dililit oleh skandal korupsi. Netanyahu dan istrinya Sara terlibat di berkas 1000 dengan dakwaan menerima hadiah mahal termasuk cerutu yang sangat mahal. Netanyahu di berkas 2000 didakwa mencapai kesepakatan dengan Arnon Mozes, penerbit Koran Yediot Ahronot untuk meliput berita yang mendukungnya dengan imbalan pembatasan terhadap Koran Israel today, yang menjadi rival koran ini.

Yair Lapid dan Netanyahu

Berkas 3000, juga berkaitan dengan pembelian kapal selam dari Jerman dengan imbalan suap dan Berkas 4000 berkaitan dengan pelanggaran di kementerian telekomunikasi dan perusahaan Bezeq, di mana di berkas ini Netanyahu juga terlibat. Empat berkas skandal korupsi ini juga menjadi motivasi Netanyahu untuk tetap berkuasa dan memicu protes luas dan berkesinambungan terhadap mantan perdana menteri Israel ini di bumi pendudukan. Para demonstran menuntut pengunduran diri Netanyahu dan pada akhirnya mereka mencapai tujuannya.

Teladan perilaku Netanyahu yang menurut perspektif para kritikus berujung pada terbentuknya kediktatorannya di Israel, pada akhirnya berakhir dengan lengsernya Netanyahu dari kekuasaan dan hilangnya kekuatanya Partai Likud. Di kabinet Naftali Bennett dan Yair Lapid, Partai Likud tidak memiliki saham. Saham setiap partai yang terlibat di koalisi ini adalah 7 kursi untuk Partai Yesh Atid pimpinan Lapid, 3 kursi untuk Partai Yamina pimpinan Naftali Bennett, 4 kursi untuk Partai New Hope pimpinan Gedion Sa’ar, 4 kursi untuk Partai Biru dan Putih pimpinan Benny Gantz, 3 kursi untuk Partai Yisrael Beiteinu pimpinan Avigdor Lieberman, 3 kursi untuk Partai Buruh pimpinan Merav Michaeli dan 3 kursi untuk Partai Meretz pimpinan Nitzan Horowitz.

Poin terakhir adalah meski perdana menteri di Israel berhasil ditentukan, tapi sampai saat ini tidak dapat dikatakan bahwa kebuntuan pilitik di bumi pendudukan berakhir dan Partai Likud untuk waktu yang lama akan jauh dari kekuasaan.

 

Tags