Gelombang Besar Bunuh Diri Ancam Militer Israel
Surat kabar Rai Al-Youm melaporkan bahwa kalangan media Israel telah memperingatkan adanya peningkatan jumlah bunuh diri di kalangan tentara Israel.
Tehran, Pars Today- para peneliti militer rezim Zionis mengingatkan ancaman gelombang besar bunuh diri di kalangan prajurit Israel, dan banyak dari mereka bertindak seperti bom waktu yang tidak jelas kapan akan meledak.
Laporan tersebut menyatakan bahwa Yossi Levi-Las, Kepala Institut Penelitian Bunuh Diri di Rubin Academy mengakui bahwa gelombang besar bunuh diri sedang terjadi dan bahwa militer Zionis sedang berjuang dengan ketegangan pasca-insiden saat berupaya untuk berpartisipasi dalam perang Gaza.
Sebelumnya, Televisi Israel saluran 12 mengumumkan bahwa sejak dimulainya operasi badai Al-Aqsa dan juga perang Zionis melawan Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, 900 kapten dan mayor tentara telah mengajukan permohonan pensiun dini.
Sumber Zionis ini menyebutkan bahwa pada periode yang sama beberapa tahun terakhir, jumlahnya berkisar antara 100 hingga 120 tentara Zionis dengan pangkat kapten dan mayor.
Media Israel menyebutkan bahwa tentara Zionis sikap merasa kurang dihargai, bahkan dideskreditkan oleh beberapa pejabat politik Israel sebagai alasan lain atas krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan militer Israel.
Terkait hal ini, Nir Dovari, pakar masalah militer Zionis mengatakan salah satu hal tersulit dalam situasi saat ini adalah mempertahankan perwira pada posisi penting di tentara Israel.
Sebelumnya, surat kabar Zionis, Yedioth Ahronoth mengumumkan bahwa perwira militer Israel melarikan diri dari dinas militer dan kasus bunuh diri di antara mereka meningkat secara mengkhawatirkan.
Menurut laporan ini, 9.000 tentara Zionis telah menerima perawatan psikologis sejak dimulainya perang melawan Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, dan seperempat dari mereka belum kembali berperang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh sumber-sumber Zionis pada bulan November dan Desember 2023, setelah serangan 7 Oktober 2023 (Operasi badai Al-Aqsa) dan perang Gaza, para pemukim Zionis meningkatkan konsumsi zat adiktif, konsumsi obat tidur dan obat penghilang rasa sakit yang meningkat sebesar 180% dan telah meningkat sebesar 70%.
Penggunaan narkoba di kalangan Zionis bukanlah hal baru. Sebab menurut laporan, militer Zionis telah memiliki tingkat konsumsi yang tinggi di wilayah tersebut.
Sebuah laporan yang dilakukan pada tahun 2012 oleh sebuah lembaga Inggris menyatakan bahwa statistik penggunaan narkoba di kalangan tentara Israel mencapai 22% dan menunjukkan bahwa penggunaan narkoba di tentara Israel meningkat empat kali lipat dari tahun 1993 hingga 2012.
Kemudian pada tahun 2021, surat kabar Zionis, Jerusalem Post dalam sebuah laporan mengumumkan bahwa ganja menjadi narkoba paling populer di kalangan tentara Israel.
Pada April 2022, persentase warga Israel yang menggunakan zat psikoaktif yang sangat berbahaya mencapai 22,7%, dan dengan dimulainya serangan agresif rezim ini di Gaza, angka ini telah mencapai 26,6%.
Pada saat yang sama, surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth mengumumkan bahwa penyebaran masalah mental dan psikologis di kalangan tentara Zionis telah menyebabkan otoritas militer membentuk departemen khusus untuk rehabilitasi mental para prajurit dan mengundang banyak psikiater untuk bekerja sama.
Surat kabar Zionis Ha'aretz juga mengutip Yossi Peled, kepala Pusat Penelitian Bunuh Diri dan Sakit Mental di Robin Center Israel yang mengakui bahwa perang di Gaza berdampak buruk pada kondisi mental tentara Israel. Menurutnya, banyak tentara yang bunuh diri, dan mereka menderita gangguan jiwa karena kejahatan yang mereka lakukan di Gaza.
Sehubungan dengan itu, Organisasi Radio dan Televisi Zionis melaporkan pada November 2024 bahwa Assaf Dagan, seorang tentara cadangan Israel, melakukan bunuh diri. Setelah itu, Santiago Awadia, seorang prajurit tentara Israel bunuh diri setelah kembali dari perang di Gaza.
Saluran berita CNN dalam sebuah laporan yang mengacu pada tingkat kejahatan kemanusiaan Israel di Gaza menulis, "Peningkatan angka bunuh diri di antara tentara yang kembali dari perang Gaza menunjukkan kerusakan psikologis serius yang dialami oleh orang-orang yang terlibat dalam genosida yang sedang berlangsung di jalur ini".
Menurut laporan tersebut, militer Israel saat ini sedang menangani ribuan tentara yang didiagnosis menderita penyakit mental akibat trauma (gangguan stres pascatrauma), atau PTSD, selama perang Gaza.(PH)