Ali Hashemi, Jenderal Muda Pemberani dari Khuzestan
(last modified Sun, 01 Jun 2025 04:52:06 GMT )
Jun 01, 2025 11:52 Asia/Jakarta
  • Ali Hashemi, Jenderal Muda Pemberani dari Khuzestan

Sayid Ali Hashemi adalah salah satu pahlawan epik Iran dalam delapan tahun pertahanan suci melawan Saddam.

Syahid Jenderal Ali Hashemi, yang dijuluki "Sardar Hoor", adalah salah satu komandan pemberani dan terkenal dari Pertahanan Suci Iran yang, dengan pengetahuan mendalam tentang geografi pertempuran, memainkan peran yang tak tergantikan dalam kemenangan Iran melawan rezim Baath Saddam. Namanya bersinar sebagai perancang utama operasi besar Khyber dan Badr dalam sejarah Perang Iran-Irak.

Jenderal pemberani ini menjadi begitu terkenal di hati rakyat dan rekan-rekannya sehingga Pemimpin Tertinggi, Imam Khamenei, menyebutnya sebagai "Jenderal Muda Arab Khuzestan"; seorang pria yang menentang musuh agresor dan yang namanya diabadikan selamanya dalam sejarah negeri dan wilayah ini. 

 

 

Kelahiran: Awal Kehidupan dalam Cahaya Iman dan Pengorbanan

Ali Hashemi lahir pada tahun 1340 H di kota Ahvaz, jantung Iran barat daya. Ia adalah putra sulung dari sebuah keluarga yang, meskipun miskin, penuh kecintaam kepada Allah dan Rasullah Saw bersama Ahlul Baitnya.

Sejak masa mudanya, masjid bukan sekadar tempat baginya. Masjid adalah tempat suci yang telah mengikat seluruh dirinya padanya. Ibunya dengan bangga menggambarkan,"Ali akan tinggal di masjid hingga larut malam, menyapu dan membersihkannya dengan cinta yang tak terlukiskan." Kecintaannya pada Al-Qur'an begitu besar sehingga ia menulis di pintu rumahnya, "Belajar Al-Qur'an gratis, hanya dengan satu salawat!"

 

 

Era Perjuangan: Dari Revolusi hingga Pembentukan IRGC

Pada masa-masa penuh gejolak Revolusi Islam, Ali Hashemi muda berada di garis depan perjuangan melawan rezim tirani yang berafiliasi dengan Amerika Serikat. Ia ditangkap dan dipenjarakan berkali-kali karena aktivitas revolusionernya, tetapi setiap kali ia kembali dengan semangat yang lebih kuat. Setelah kemenangan revolusi, ia memainkan peran kunci dalam pembentukan Komite Revolusi Islam dan bergabung dengan lembaga suci ini dengan pembentukan IRGC. Sebelum perang dimulai, ia dan para sahabatnya mengorganisasi pemuda revolusioner Dasht-e Azadegan dan mendirikan Tentara Hamidiyeh.

Pernikahan: Hidup yang Singkat, tetapi Penuh Cinta

Syahid Hashemi menikah pada tahun 1984. Hasil dari pernikahan ini adalah dua orang anak, Zeinab dan Mohammad Hussein. Namun takdir telah menentukan bahwa ia tidak akan lagi menjadi tamu keluarganya dan akan pergi ke medan perang.

 

Aktivitas Akademis: Seorang mahasiswa kedokteran yang memilih berperang membela negara

Ali Hashemi bukan sekadar pejuang; ia memiliki pikiran yang dinamis dan ilmiah. Pada saat yang sama dengan perjuangan revolusioner, ia diterima di departemen medis Universitas Mashhad dan bahkan mempersiapkan diri untuk beasiswa ke universitas-universitas Amerika. Namun ketika perang yang dipaksakan terhadap Iran dimulai, ia segera mengesampingkan semua aspirasi pribadi dan berkata, "Garis depan adalah prioritas saya."

Kehadiran dalam perang yang dipaksakan: Sebuah penghalang yang kuat terhadap musuh

Seiring serangan pengecut rezim Baath Irak Saddam, Hashemi mengambil tanggung jawab atas garis depan yang paling sulit, yaitu poros selatan.

Dengan strategi dan keberaniannya, ia menghentikan kemajuan pasukan Irak dan mencegah jatuhnya Hamidiyeh dan Ahvaz. Ia bahkan mengubah nama Karkheh Kor menjadi Karkheh Noor, karena dengan kehadiran para pejuang, kegelapan perang berubah menjadi cahaya harapan.

Pembentukan Kamp Nusrat: Awal dari Epik yang Tak Tertandingi

Pada tahun ketiga perang, Kamp Nusrat dibentuk di bawah pengawasan Syahid Hashemi. Kamp ini melaksanakan misi pengintaian dan operasional yang kompleks. Ia melatih pasukan lokal dan merancang operasi amfibi pertama dalam sejarah perang.

Kamp Nusrat bersinar begitu terang dalam operasi Khyber dan Badr, bahkan butuh komandan senior IRGC yang menyamar jauh ke dalam wilayah Irak untuk memeriksa dengan saksama rencana pertempuran. Yang lebih menakjubkan lagi, 420 misi pengintaian kamp ini dilaksanakan tanpa kebocoran sedikit pun!

 

Kesyahidan: Jalan menuju Keabadian

Pada tanggal 28 Juli 1988, setelah invasi besar-besaran pasukan Baath di Pulau Majnoon, Hashemi menjadi sasaran rudal helikopter musuh saat meninggalkan markas besar dan syahid pada usia 26 tahun.

Pada saat itu, karena cedera dan penahanan Ali Asghar Gorjizadeh (Kepala Staf Korps Keenam), diyakini bahwa Hashemi juga ditawan. Namun, setelah 22 tahun menunggu, pada tahun 1389, jasadnya ditemukan di dekat markas besar Korps Keenam dan dimakamkan di Ahvaz dengan sambutan dari masyarakat.

 

Syahid Jenderal Ali Hashemi bukan sekadar komandan, tetapi simbol keteguhan, keimanan, dan cinta tanah air. Namanya, seperti cahaya Khuzestan, akan selalu bersinar terang.(PH)