Harga Tiket Pesawat Mahal, Konsumen Beralih dari Udara ke Tol
(last modified Sat, 18 May 2019 05:00:46 GMT )
May 18, 2019 12:00 Asia/Jakarta
  • Jalan tol Salatiga
    Jalan tol Salatiga

Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani mengatakan kondisi berbeda berpotensi terjadi pada arus mudik dan balik Lebaran tahun ini. Hal tersebut disampaikannya pada pengukuhan Tim Satgas Jasa Marga Siaga Operasional Lebaran Tahun 2019 di Kantor Pusat, Jakarta, Jumat (17/5).

Dia memaparkan, dari survei Balitbang Kementerian Perhubungan, diprediksi terjadi peningkatan penggunaan kendaraan pribadi sebanyak 17% dibandingkan mudik tahun sebelumnya. Bahkan, dia bilang hampir 40% pemudik tahun ini bakal memilih menggunakan tol Trans Jawa.

"Hampir 40% memilih menggunakan Tol Trans Jawa sehingga upaya yang sudah kita lakukan saat ini adalah mengantisipasi kepadatan tersebut di gerbang-gerbang tol utama seperti Gerbang Tol (GT) Cikampek Utama, GT Kalikangkung, GT Banyumanik, dan GT Kejapanan Utama," katanya dalam keterangan resmi, seperti dikutip Sabtu (18/5/2019).

Dia bilang pihaknya fokus untuk memastikan kapasitas transaksinya agar mampu melayani arus lalu lintas Lebaran tahun ini dengan baik. Desi juga menekankan pentingnya aspek keselamatan.

Pesawat Garuda Indonesia

Kondisi ini tentunya meningkatkan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Sekaitan dengan hal ini, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebutkan salah satu penyebab tingginya impor minyak di April 2019 demi meningkatkan stok bahan bakar minyak (BBM).

Stok BBM tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan selama musim mudik Lebaran tahun 2019. Pasalnya, ada peralihan dari penumpang pesawat ke darat, serta beroperasinya jalan tol Trans Jawa.

"Ada perilaku konsumen yang beralih dari udara ke jalan tol. Apalagi pada bulan ramadhan dan puasa ini, diperkirakan banyak pemudik gunakan jalan tol. Jadi stok kita lebihkan. Karena stok dilebihkan volume impor naik," ujar Arcandra di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (17/5/2019). Sebagaimana dilaporkan Detikcom, Sabtu (18/05).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Januari-April 2019 terdapat selisih defisit US$ 2,76 miliar pada neraca dagang migas. Di mana ekspor migasnya sebesar US$ 4,22 miliar dan impornya US$ 6,99 miliar.

Sedangkan khusus di April 2019, BPS mencatat neraca perdagangan migas pun masih defisit sebesar US$ 1,49 miliar. Di mana, ekspornya sebesar US$ 741,9 juta dan impornya US$ 2,23 miliar.

Untuk bulan depan, Arcandra mengharapkan adanya penurunan impor minyak pada Mei 2019. Sebab, musim mudik Lebaran selesai beberapa hari setelahnya.

Apalagi, pihak Pertamina sudah mulai memproduksi seluruh produk minyak dalam negeri sebagai bahan baku solar dan avtur. Sehingga bisa menekan impor minyak.

"Mei turun sedikit lah, sehingga ketahanan stok kita untuk BBM 22 hari," ungkap dia.