Memperingati Hari Buruh di Tengah Pandemi Corona
(last modified Fri, 01 May 2020 05:41:07 GMT )
May 01, 2020 12:41 Asia/Jakarta
  • Hari Buruh Sedunia
    Hari Buruh Sedunia

Peringatan hari buruh atau May Day kali ini berbeda dari biasanya. Setiap tahun, peringatan ini selalu berhasil menurunkan ratusan ribu buruh ke jalan berjuang menyampaikan aspirasi mereka mengenai pemenuhan hak buruh.

Tahun ini berbeda, jalanan benar-benar sepi. Para buruh mengurungkan niat mereka untuk demo di jalan. Salah satu alasan terkuat yang berhasil menggagalkan aksi demo mereka adalah virus Corona.

Meskipun, para serikat buruh berdalih bahwa alasan mereka tidak demo adalah wujud empati kepada kerja keras pemerintah dan tim medis, tetap saja, Corona jadi dalang utamanya.

Akan tetapi, bukan kealpaan demo yang jadi perkara. Melainkan semakin banyak nasib buruh yang menjadi korban karena Corona. Di saat seperti ini pula mereka tak bisa menuntut banyak apalagi sampai menggelar aksi demo ke jalan.

Virus Corona

Terlebih lagi dengan adanya kebijakan penguncian atau lockdown yang diterapkan di sejumlah negara untuk mengatasi virus corona berdampak besar pada iklim ekonomi global saat ini.

Berdasarkan catatan Organisasi Buruh Internasional, 7 April 2020, penguncian penuh atau parsial telah berdampak pada hampir 2,7 miliar pekerja atau sekitar 81 persen dari total pekerja di dunia.

Laporan terbaru ILO, 29 April 2020,menunjukkan angka itu mengalami penurunan dalam dua minggu terakhir menjadi 68 persen, ketika beberapa negara telah melonggarkan penguncian.

Menurut ILO, para pekerja ini dan keluarga mereka tidak akan memiliki sarana untuk bertahan hidup tanpa sumber pendapatan alternatif.

Pada bulan pertama krisis, diperkirakan mengakibatkan penurunan 60 persen pendapatan pekerja informal secara global.

Artinya, terjadi penurunan 81 persen di Afrika dan Amerika, 21,6 persen di Asia dan Pasifik, dan 70 persen di Eropa dan Asia Tengah.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Menurut laporan Kompas, Jumat (01/05/2020), di Indonesia, kebijakan physical distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat banyak orang kehilangan penghasilan.

Jumlah pengangguran pun melonjak seiring bertambahnya jumlah para pekerja yang terkena PHK.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, angka pengangguran terbuka di Indonesai akan mengalami peningkatan signifikan pada tahun ini.

Berdasarkan perhitungan pemerintah, untuk skenario berat bakal ada penambahan 2,9 juta orang menganggur di Indonesia.

Adapun untuk skenario yang lebih berat, jumlah pengangguran bakal meningkat hingga 5,2 juta orang.

Ditambah lagi, banyak di antara para pekerja tersebut yang sudah tidak digaji lagi atau dipotong gaji hingga setengahnya serta THR ditangguhkan sampai batas waktu yang tak pasti. Sedangkan, bagi yang di-PHK tidak mendapat pesangon.

Oleh karenanya, para serikat buruh, meski tak menggelar aksi demo, mereka sepakat untuk tetap menggelar kampanye lewat media sosial. Tujuannya ialah untuk menuntut hak-hak buruh yang 'diabaikan' selama pandemi.

Tags