Jawaban Iran atas Klaim HAM Menlu Swedia
(last modified Sun, 31 Oct 2021 11:59:07 GMT )
Okt 31, 2021 18:59 Asia/Jakarta
  • Kazem Gharibabadi
    Kazem Gharibabadi

Hak Asasi Manusia (HAM) sebuah wacana khusus seperti isu dan tujuan komunitas internasional lainnya telah kehilangan arti dan wacana sejatinya akibat pengaruh dualisme Barat.

Sejumlah negara Eropa termasuk Swedia, Prancis, Inggris dan Kanada yang mengklaim sebagai pembela HAM di dunia, memilih kebijakan yang selaras dengan Amerika Serikat dan di bidang ini, mereka memilih pendekatan diskriminatif dan tidak adil. Statemen terbaru menlu Swedia termasuk sikap dualisme tersebut.

Hak Asasi Manusia

Sekretaris Staf HAM Mahkamah Agung Iran, Kazem Gharibabadi, saat merespon statemen ini dan klaim terbaru menlu Swedia yang dirilis di sidang parlemen negara ini dengan sikap bias dan berbeda dari fakta soal HAM di Iran, menulis di akun Twitternya, "Saya ingin menarik perhatian Menteri Luar Negeri Swedia pada pernyataan 19 Oktober oleh beberapa pakar independen dan Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia, berjudul "Kepatuhan Swedia yang Berlebihan terhadap Sanksi AS Telah Mempengaruhi Kesehatan Rakyat Iran."

Sejumlah pakar dan pelapor khusus PBB bidang HAM baru-baru ini di sebuah laporan seraya mengisyaratkan kesulitan yang dialami sejumlah rumah sakit di Iran untuk mengakses obat-obatan dan peralatan medis yang dibutuhkan akibat sanksi Amerika, menekankan, "Sanksi ini menghalangi HAM rumah sakit tersebut, khususnya hak kesehatan dan keselamatan."

Laporan tersebut secara khusus menyebutkan keputusan perusahaan farmasi Swedia untuk membatalkan pengiriman perban medisnya ke Iran karena sanksi AS. Perban ini digunakan untuk merawat pasien Epidermolisis Bulosa ( EB ) (kondisi kulit yang langka). Satu-satunya produsen perban jenis ini adalah perusahaan Swedia yang sebelumnya telah menghentikan ekspor produknya ke Iran karena sanksi. Keputusan perusahaan farmasi ini dan pemerintah Swedia untuk bekerja sama dengan sanksi AS melanggar kewajiban internasional untuk memastikan penerapan hak asasi manusia.

Mencegah akses orang ke peralatan medis adalah pelanggaran kebebasan manusia untuk menikmati hak atas kesehatan, dan jika itu menyebabkan lebih banyak penderitaan, itu sama sekali tidak manusiawi, bahkan jika tidak disengaja. Ini hanya beberapa contoh dari berbagai kasus yang mempengaruhi kehidupan ribuan orang, termasuk anak-anak. Dan alasan utamanya adalah sanksi terhadap negara tujuan dan ketakutan akan dihukum oleh Amerika Serikat. Orang-orang Eropa telah menggunakan penjualan obat-obatan sebagai alat politik dengan dalih yang sama, tetapi sebenarnya mendukung Amerika Serikat untuk memberikan tekanan maksimum pada Iran.

Parsa Ja'fari, pakar politik di memonya dengan tema "Dualisme menjijikkan HAM Erppa terhadap Republik Islam Iran" menulis, "HAM termasuk pembahasan yang jika tidak dipolitisasi, dualisme, dijadikan alat, dan sikap bias, akan mampu memulihkan kehidupan seseorang. Namun di dunia kontemporer, kita tidak menyaksikan pendekatan seperti inidan kekuatan besar dunia khususnya Eropa serta sekutunya menjadikan isu HAM sebagai alat dan membuat posisi isu ini semakin terpuruk."

Negara-negara Eropa termasuk Swedia merupakan penjual senjata pembantai massal kimia kepada Saddam Hussein, mantan diktator dan penjahat Irak. Swedia yang menjadi eksportir utama senjata di dunia selama beberapa tahun terakhir menjual senjata canggih dan peralatan militer kepada Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) yang dimanfaatkan di perang Yaman untuk membantai perempuan dan anak-anak serta menghancurkan berbagai kota di negara Arab miskin ini.

HAM

Sikap dualisme dan bias ini semakin nyata bagi opini publik. Ada pertanyaan di benak bangsa Iran, apa dukungan dan alasan Eropa berbicara mengenai HAM dan meratifikasi resolusi HAM. Fakta ini mengindikasikan bahwa klaim HAM oleh Eropa merupakan bagian dari makar politik Barat. (MF)