Saddam, Netanyahu dan Senjata Pamungkas Iran; Kemenangan Taktis, Kekalahan Strategis
Nov 17, 2024 20:57 Asia/Jakarta
Parstoday – Salah seorang analis politik asal Iran, meyakini bahwa nasib Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu, sama dengan Saddam Hussein, mantan Presiden Irak.
Sayid Ata'ollah Mohajerani, mantan Menteri Kebudayaan Iran, dalam artikelnya yang berjudul "Netanyahu dan Saddam; Jenius dalam Taktik, Gila dalam Strategi", membandingkan Saddam Hussein dan Benjamin Netanyahu.
Ia menulis, pada Desember 1990, ketika pasukan Irak, menduduki Kuwait, Izzat Ibrahim Al Douri, orang kedua dan Wakil Ketua Dewan Komando Irak, bersama Sa'dun Hammadi, Deputi Perdana Menteri Irak, datang ke Iran.
"Orang yang menjadi tuan rumah Izzat Ibrahim, adalah Dr. Hassan Habibi, Wakil Pertama Presiden Iran, Hashemi Rafsanjani, dan tuan rumah Sa'dun Hammadi, saya sendiri. Di Irak, Saddam Hussein, Presiden sekaligus PM. Rencananya delegasi Irak, akan pergi ke Mashhad untuk berziarah. Sebagai tuan rumah, saya menyertai mereka. Perjalanan ke Mashahd saya catat di buku berjudul 'Haus Perdamaian'. Saya anggap ada sebuah poin dalam kepribadian politik dan psikologis yang dimiliki bersama oleh Netanyahu dan Saddam, dan poin tersebut saya sampaikan kepada Sa'dun Hammadi, secara khusus dan tidak resmi. Tentu saja ketika saya menyampaikan hal ini, ia jelas terlihat berubah kondisinya, mukanya pucat, mengernyitkan kening, dan tercengung," paparnya.
Hasilnya di hadapan kita! Netanyahu, alih-alih membebaskan para tawanan, malah memutuskan untuk melakukan genosida terhadap rakyat Palestina, dan menggabungkan Gaza ke Israel. Selama 13 bulan tidak berhasil menumpas Hamas dan Gaza, tapi malah menyulut perang melawan Lebanon.
Dalam istilah yang disampaikan oleh Syeikh Naim Qassem, Sekjen Hizbullah, mereka telah mengubah perkelahian menjadi pembunuhan yaitu mengubah strategi menjadi taktik dalam perang. Di fase ini, mereka melakukan pembunuhan atas para komandan dan penasihat militer Iran di Suriah dan Lebanon.
Orang-orang gila bukan hanya mereka yang berada di rumah sakit-rumah sakit jiwa, dan lebih banyak berdiam diri. Seperti Menachem Begin, mantan PM Israel, yang di akhir usianya sakit jiwa, dan dibawa ke rumah sakit jiwa yang lokasinya tepat di lokasi pembunuhan massal yang dilakukannya di Deir Yassin. Mungkin menjadi salah satu lelucon pahit sejarah bahwa Menachem Begin, terlibat dalam pembunuhan massal warga Palestina, di Deir Yassin.
Netanyahu adalah orang gila strategis yang saat ini telah membunuh lebih dari 43.000 orang di Palestina, dan lebih dari 3.000 orang di Lebanon. Ia juga meneror Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas, dan tamu Iran, di Tehran.
Kegilaan strategis berharap akan kemenangan-kemenangan taktis. Ia membunuh Ismail Haniyeh. Yahya Sinwar menjadi Pemimpin Hamas. Yahya Sinwar, gugur dalam sebuah operasi jihad yang legendaris. Mohammed Deif, juga berada di lokasi.
Membombardir sampai gugur Sayid Hassan Nasrullah, Sekjen Hizbullah, dengan bom seberat 82 ton, tapi Hizbullah tetap hidup, dan melanjutkan perjuangan. Salah satu buktinya adalah operasi di selatan Lebanon yang sampai sekarang telah menewaskan lebih dari 100 tentara Israel, terutama dari Brigade Golani.
Netanyahu meneror para ilmuwan nuklir Iran. Operasi Wa'd Sadiq 1 dan 2 terjadi. Menurut saya orang-orang di Israel, yang menganggap Netanyahu sebagai musuh Israel, dan akan menyebabkan rezim itu runtuh, benar.
Di dalam kitab suci pada Sefer Syofetim (Kitab Hakim-Hakim) disebut nama orang asing bernama Shamshoun atau Samson. Ia adalah musuh orang-orang Palestina. Ia menghancurkan tiang-tiang kuil Dagon, sehingga atapnya runtuh dan menimpa orang-orang Palestina. Dikatakan bahwa orang-orang yang membunuh Samson, adalah mereka yang tidak terbunuh di tangan Samson selama hidupnya.
Serangan ke pusat-pusat nuklir Iran, adalah pilihan Samson. Pasti para penasihat Netanyahu berkata kepadanya bahwa Iran, belum menunjukkan rudal atau kemampuan militer pamungkasnya. Itulah senjata pamungkas Saadi yang dalam budaya Iran, disimpan untuk hari-hari sulit.
Sebagaimana kompleksitas jiwa orang-orang Iran, masalah tersebut dapat dikenali dari rajutan karpet Iran, dan catur atau bahkan Irfan Iran, serta Ghazaliat milik Hafez.
Saddam Hussein, dan kegilaan strategisnya yang telah menyebabkan kebinasaan dirinya, keluarga, Partai Baath, pasukan Irak, dan kehancuran negara itu, bertumpu pada kemampuan militer NATO, dan Warsawa, serta harapan atas banjir dolar minyak negara-negara Arab kawasan.
Akan tetapi kegilaan strategis tidak mengenal masa. Sebagaimana dukungan total AS dan Eropa, tidak mampu mengantarkan Netanyahu kepada tujuannya. Orang-orang yang menempuh jalan yang salah tidak akan pernah sampai kepada tujuan. Sekarang Netanyahu, berada pada kondisi yang sama, menyampaikan pesan harapan kepada bangsa Iran, dan menafsirkan mimpi. (HS)