Analis Arab: Strategi Rahbar dan Serangan Militer yang Menghancurkan Memaksa Israel Menyerah
(last modified Thu, 26 Jun 2025 22:27:36 GMT )
Jun 27, 2025 05:27 Asia/Jakarta
  • Ridwan Qasim, analis Arab
    Ridwan Qasim, analis Arab

Pars Today - Analis Arab, merujuk pada pemaksaan gencatan senjata terhadap Zionis, menyebut Iran sebagai kekuatan superior di Asia Barat.

Pertempuran militer Iran dengan musuh Zionis, yang merupakan reaksi terhadap agresi Tel Aviv terhadap Iran, berakhir setelah 12 hari dengan pemaksaan gencatan senjata terhadap rezim Israel. Analis berbahasa Arab percaya bahwa pemaksaan kekalahan ini pada musuh Zionis terhadap Iran telah memberi negara ini keunggulan di kawasan.

 

Menurut Pars Today mengutip Mehr News (MNA), Ridwan Qasim, kepala Pusat Studi Strategis dan Hubungan Internasional Brugen dan seorang pakar masalah politik, mengatakan: Iran tidak menerima gencatan senjata sampai memaksa Israel untuk menghentikan agresinya terhadap negara ini. Dengan demikian, Iran telah memenangkan perang ini dan menjadi kekuatan tak terbantahkan di Asia Barat. Ia berkata: Orang Iran lebih banyak menggunakan kecerdasannya daripada kekuatannya.

 

Ismail Al-Thawabta, direktur kantor informasi pemerintah Gaza, juga menekankan dalam sebuah analisis: Respons Iran menciptakan perimbangan. Para penjajah yang mengancam kini telah menerima gencatan senjata. Mereka telah mengalami pukulan-pukulan yang tepat dan menyakitkan di kedalaman strategis Israel. Pukulan-pukulan ini mengguncang jantung wilayah-wilayah pendudukan.

 

Di sisi lain, Essam Noman, mantan anggota parlemen Lebanon dan analis urusan regional, juga menegaskan bahwa serangan-serangan Iran terhadap rezim Zionis memaksa rezim tersebut untuk menyerah. Noman mencatat bahwa para penjajah Zionis menyerah menyusul kerugian besar yang ditimpakan Iran kepada mereka.

 

Ismail Al-Najjar, analis politik Lebanon lainnya, juga menyinggung perang 12 hari antara Iran dan rezim Zionis dan mengatakan bahwa konflik itu dimulai pada saat 90 persen dunia telah bertaruh pada kekalahan Iran dalam waktu 28 jam. Namun, yang terjadi justru sebaliknya dan ia mempermalukan Israel tanpa adanya kesepakatan gencatan senjata.

 

Analis Lebanon itu menegaskan bahwa Republik Islam Iran tidak pernah mengancam negara-negara Arab, tetapi selalu mengulurkan tangan perdamaian dan dukungannya.

 

Penulis dan analis Yordania, Elias Fakhoury, juga mencatat bahwa apa yang dilakukan Imam Khamenei, pemimpin Revolusi Islam, dengan memutuskan untuk menanggapi agresi musuh Zionis, menunjukkan gambaran kepemimpinan strategis dari kekuatan besar yang hanya memegang inisiatif di kawasan. Iran mampu mengelola perang ini dengan baik dan menetapkan batas-batasnya; sampai-sampai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang terpaksa menyerukan gencatan senjata. (MF)