IRGC: 13 Aban Simbol Perlawanan Iran terhadap Arogansi Global
- 
					
									IRGC  
Pars Today - Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) telah menetapkan 13 Aban, peringatan perebutan Kedutaan Besar AS di Iran pada tahun 1979, sebagai simbol abadi perlawanan Iran terhadap hegemoni dan arogansi global, khususnya Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya terkait 13 Aban yang bertepatan dengan 4 November, peringatan perebutan Kedutaan Besar AS sebagai pusat konspirasi dan perencanaan AS terhadap Revolusi Islam tahun 1979, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menegaskan, "Tiga peristiwa bersejarah yang tak terlupakan pada 13 Aban, yaitu pengasingan Imam Khomeini ra pada tahun 1343 HS, pembantaian mahasiswa pada tahun 1357 HS, dan perebutan sarang mata-mata AS pada tahun 1358 HS, merupakan peristiwa penting dalam sejarah Iran yang merupakan simbol nyata dari sifat kriminal AS terhadap bangsa dan menunjukkan bahwa bangsa Iran yang beriman dan revolusioner tidak akan pernah menyerah pada dominasi dan tipu daya arogansi global."
Menurut laporan Pars Today, Korps Garda Revolusi Islam menganggap 13 Aban sebagai simbol abadi perlawanan bangsa Iran terhadap hegemoni dan arogansi global, terutama Amerika Serikat, dan menekankan, Narasi dokumen sarang mata-mata dari perwakilan politik AS di Tehran menunjukkan bahwa Kedutaan Besar AS di Iran lebih dari sekadar kedutaan dengan misi diplomatik, melainkan stasiun CIA dengan misi intelijen dan operasional, dan penangkapan sarang mata-mata tersebut merupakan kristalisasi dari pilihan strategis antara dua jalur perlawanan, martabat, dan kemerdekaan versus jalur kompromi, penaklukan, dan penyerahan diri. Dokumen sarang mata-mata AS menunjukkan bahwa di mata AS, bidang diplomasi bukanlah alat untuk berinteraksi, melainkan kedok untuk pengaruh, penipuan, subversi, dan memperoleh informasi untuk menyerang pada waktu yang tepat.
Korps Garda Revolusi Islam menyampaikan dalam pernyataan ini, "Tindakan pemerintah AS saat ini, setelah 46 tahun permusuhan dan bersamaan dengan perang 12 hari yang dipaksakan, telah menunjukkan bahwa pola intervensi, tekanan, penipuan, dan ancaman masih merupakan pola yang stabil terhadap negara dan sistem politik Republik Islam Iran yang merdeka. Pola konflik ini membantu generasi muda untuk memahami bahwa permusuhan terhadap Amerika bukanlah kesalahpahaman politik, melainkan berakar pada konflik kepentingan struktural dan merupakan strategi yang berkelanjutan dan terlembaga dalam kebijakan para penguasa Gedung Putih dari 28 Mordad 1332 HS hingga kemenangan gemilang Revolusi Islam pada 22 Bahman 1357 HS dan selanjutnya selama 47 tahun terakhir."(sl)