Presiden Iran: Serangan ke Yaman, tidak Berdasar
Presiden Iran Hassan Rouhani, menilai Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) sebagai simbol dialog dan kerjasama menggantikan perseteruan di tingkat internasional.
Ia mengungkapkan hal itu dalam pertemuan dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon di New York pada Rabu (21/9/2016) sore waktu setempat, seperti dilaporkan situs resmi Presiden Iran.
"Tugas semua pihak terutama Sekjen PBB adalah mengawal dan memperkuat JCPOA dan perkara ini menuntut perilisan laporan yang realistis dan independen serta bisa memperkuat kerjasama oleh PBB soal pelaksanaan resolusi 2231," kata Rouhani.
Presiden Iran lebih lanjut menyinggung transformasi di wilayah Timur Tengah khususnya Suriah dan Yaman. Di Yaman, tegasnya, agresi dan kejahatan perang yang terus berlanjut benar-benar mengkhawatirkan, dan semua konvensi internasional secara rutin dilanggar.
"Serangan terhadap rakyat Yaman tidak berdasar dan bertentangan dengan semua aturan hukum. Serangan ini terus berlanjut terhadap perempuan dan anak-anak. Lembaga-lembaga internasional juga mengkonfirmasikan bahwa negara tertentu sudah melakukan kejahatan perang di sana," jelas Rouhani.
Berbicara tentang krisis di Suriah, Rouhani menekankan kesiapan Tehran untuk memainkan peran konstruktif di negara itu. Menurutnya, prinsip penting dalam perang kontra-terorisme adalah menghormati kedaulatan dan kesatuan negara lain dan dalam situasi sekarang, isu kemanusiaan di Suriah juga harus menjadi prioritas.
Sementara itu, Ban Ki-moon juga menekankan kebutuhan untuk mencari sebuah solusi yang permanen bagi krisis Suriah dan Yaman. Dia menyerukan dukungan yang lebih besar dari Tehran untuk mengakhiri krisis tersebut.
Sekjen PBB juga meminta Presiden Iran untuk menengahi dan menggunakan pengaruhnya untuk membantu dimulainya kembali perundingan damai di Suriah. (RM)