Qassemi: AS harus Sadar tidak mampu Rampok Aset Rakyat Iran
(last modified Thu, 28 Mar 2019 05:19:00 GMT )
Mar 28, 2019 12:19 Asia/Jakarta
  • Jubir Kemenlu Iran Bahram Qassemi
    Jubir Kemenlu Iran Bahram Qassemi

Juru bicara Departemen Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi Kamis dini hari (28/3) saat merespon keputusan pengadilan Luxembourg yang mencabut pembekuan aset Bank Sentral Iran mengatakan, AS harus memahami bahwa dengan kebohongan, mereka tidak mampu merampok aset dan harta rakyat Iran.

Seperti dilaporkan IRNA, Bahram Qassemi menjelaskan bahwa era kasar dan brutal Amerika terhadap seluruh negara lain dengan berbagai cara serta tudingan tak berdasar telah usai. "Presiden AS Donald Trump harus belajar bahwa Iran dan rakyatnya sepenuhnya berbeda dengan negara lain yang dengan ikhlas menyerahkan aset negara serta bangsanya kepada Amerika dengan imbalan dukungan serta keamanan," papar Qassemi.

Serangan teror 11 September di AS

Qassemi menjelaskan, AS yang sampai saat ini mengalami berbagai kekalahan dalam berbagai kampanye hukum dan politiknya melawan Iran harus menyadari bahwa mereka untuk selanjutnya juga harus mundur dan menyaksikan kekalahan lebih besar.

Jubir Kemenlu Iran menambahkan, rakyat Iran dengan kecerdasan dan pengalamannya dari berbagai represi dan permusuhan AS, akan menjinakkan seluruh rencana zalim Washington.

Sebuah pengadilan Luxembourg hari Rabu (27/3) menolak penyitaan 1,6 miliar dolar aset Iran dan mengalokasikannya kepada keluarga korban serangan teror 11 September 2001.

Pengadilan ini menyatakan, alasan yang diajukan Amerika di berkas ini untuk membatalkan kekebalan Bank Sentral Iran tidak sesuai dengan hukum internasional.

Aset Bank Sentral Iran di Luxembourg dibekukan atas permintaan sebuah pengadilan AS dengan alasan keterlibatan Iran di serangan teror 11 September.

Klaim menggelikan Washington terkait keterlibatan Iran di serangan teror 11 September sepenuhnya berbeda dengan data dan informasi yang dirilis oleh tim penyidik Kongres Amerika.

Di sebagian data yang dirilis tim ini dan dipublikasikan tahun 2017 disebutkan, 15 orang dari 19 pembajak pesawat yang melakukan serangan teror 11 September adalah warga Arab Saudi dan dua lainnya warga Uni Emirat Arab (UEA) yang mendapat perlindungan dan dukungan finansial dari petinggi Saudi dan UEA. (MF)