Strategi Iran Menghadapi Ancaman: Peningkatan Kemampuan Militer dan Pertahanan
(last modified Sun, 09 Jun 2019 10:44:06 GMT )
Jun 09, 2019 17:44 Asia/Jakarta
  • Brigjen Amir Hatami, Menteri Pertahanan Republik Islam Iran
    Brigjen Amir Hatami, Menteri Pertahanan Republik Islam Iran

Republik Islam Iran merancang kemampuan pertahanannya berdasarkan penilaian nyata akan ancaman yang ada agar dapat memperkuatnya ketika diperlukan.

Brigjen Amir Hatami, Menteri Pertahanan Iran hari Sabtu (08/06) dalam pernyataannya menyebut peningkatan kemampuan militer dan pertahanan Republik Islam merupakan fokus strategi militer untuk menghadapi segala ancaman.

"Kekuatan tinggi pertahanan dan agresif Republik Islam Iran dapat merebut keberanian segala bentuk aksi ofensif dan agresi militer dari musuh," ungkap Brigjen Amir Hatami.

Brigjen Amir Hatami meresmikan pengoperasian sistem pertahanan udara 15-Khordad

Brigadir Jenderal Hatami menyatakan bahwa musuh-musuh Iran, terutama Amerika Serikat dan Zionis Israel  berusaha memanfaatkan setiap setiap insiden di kawasan, seperti ledakan beberapa kapal tanker di pelabuhan al-Fujaira Uni Emirat Arab berusaha menuduh dan menyebar agitasi terhadap Iran.

Menurutnya, kepentingan musuh dalam menciptakan kekacauan dan ketidakamanan, selain tentu saja menebar Iranphobia, penjualan senjata dan menjarah kekayaan negara-negara kawasan serta pada akhirnya melupakan masalah Palestina.

Republik Islam Iran secara konsisten mengejar perdamaian dan keamanan internasional berdasarkan pada prinsip-prinsip strategisnya. Karena itu, perang dan kekerasan tidak pernah mendapat tempat dalam doktrin militer Iran. Ini telah menyebabkan peran Iran oleh para analis independen dan realis dinilai sebagai pemain aktif dalam perdamaian dan keamanan global.

Dalam kebijakan makro militer Republik Islam Iran, strategi pertahanan berarti mempertahankan kemerdekaan dan integritas wilayah serta kepentingan nasional negara, tetapi kondisi kawasan dan pergerakan musuh yang terus menerus untuk membuat lingkungan sekitar Iran tidak aman, membuat Republik Islam Iran, sesuai dengan ancaman, meningkatkan kekuatan militernya berdasarkan indikator ilmiah dan kekuatan khusus dari pasukan dan peralatan.

Oleh karenanya, Iran di bidang ini mengejar dua tujuan penting:

Tujuan pertama, Menciptakan transformasi struktural dalam kemampuan pertahanan pasukan angkatan bersenjata, yang memiliki peran strategis dalam melindungi keamanan dan menghadapi ancaman.

Tujuan kedua, penekanan pada implementasi penuh dari prinsip pencegahan.

Menurut prinsip ini, dari sisi kekuatan pencegahan dan jika perlu melakukan operasi agresif, sekarang Iran memiliki kapasitas untuk melawan ancaman dan gerakan pengacau di kawasan dengan bersandar pada kemampuan militernya.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di bagian dari pidatonya pada peringatan haul ke-30 Imam Khomeini ra menjelaskan dimensi dan bagian dari "Jalan dan Logika Muqawama" sebagai palajaran besar dari Imam Khomeini ra bagi bangsa dan para pejabat negara.

Ayatullah Khamenei menekankan, "Pola pikir dan jalan penuh daya tarik ini semakin menarik bangsa-bangsa dari hari ke hari dan bangsa Iran dan para pejabat tinggi negara akan melanjutkan jalan ilahi yang jelas ini hingga mencapai titik pencegah dalam semua aspek kehidupan ekonomi, politik, militer, sosial dan budaya."

Kenyataannya, seperti yang dijelaskan oleh Menteri Pertahanan Iran, Republik Islam Iran telah merancang kemampuan pertahanannya berdasarkan penilaian nyata dari ancaman yang ada. Sehingga beberapa analis Amerika telah mengakui fakta ini.

Majalah Amerika Serikat The National Interest pada November 2017 dalam sebuah laporan terkait kemampuan militer Iran menulis, "Penilaian aktual posisi regional Iran menunjukkan bahwa doktrin keamanan nasional Iran berfokus pada pencegahan yang efektif terhadap berbagai ancaman."

Majalah AS, The National Interest

Masalah lain yang membuat penguatan kemampuan dan pertahanan Republik Islam Iran dalam menghadapi ancaman menjadi kebutuhan penting adalah peran menciptakan krisis yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan intervensif di kawasan yang semakin meningkat tajam dengan tujuan menjual senjata kepada sebagian negara-negara Arab di Teluk Persia.

Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya menentang penguatan kekuatan pertahanan dan misil Republik Islam Iran dan menjadikannya alasan untuk menjatuhkan sanksi baru, padahal pengekspor senjata terbanyak ke kawasan penuh gejolak Asia Barat adalah mereka juga.

Tags