Iran Tolak Tegas Permintaan IAEA soal Perjanjian Nuklir
Wakil Tetap Iran untuk Organisasi-organisasi Internasional yang berbasis di Wina, mengatakan perjanjian nuklir JCPOA tidak akan dinegosiasikan ulang dan jika dihidupkan kembali, tidak memerlukan dokumen baru.
Hal itu ditegaskan Kazem Gharibabadi untuk menjawab pernyataan dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tentang cara-cara memulihkan kembali kewajiban Iran dalam JCPOA.
“Seperti yang saya katakan sebelumnya, satu-satunya mandat IAEA adalah mengawasi dan memverifikasi tindakan yang terkait dengan nuklir dan memberikan laporan terbaru yang realistis. Membuat penilaian apapun tentang bagaimana kewajiban ini dilaksanakan (misalnya, menggunakan kata seperti pelanggaran) jelas di luar mandat IAEA dan harus dihindari,” tegas Gharibabadi dalam sebuah twit seperti dikutip IRNA, Jumat (18/12/2020) pagi.
Dia menegaskan bahwa IAEA telah memainkan perannya selama perundingan JCPOA. Kewajiban anggota dan tugas IAEA telah ditetapkan secara jelas dan disetujui, dan masing-masing pihak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk melaksanakan perjanjian.
“JCPOA tidak akan dinegosiasikan ulang. Jika dihidupkan kembali, juga tidak memerlukan sebuah dokumen, perjanjian atau kesepahaman baru yang terkait dengan peran IAEA. Kita tidak perlu memperumit situasi,” pungkasnya.
Dirjen IAEA Rafael Grossi dalam wawancaranya dengan Reuters, mengklaim bahwa menghidupkan kembali JCPOA di masa kepresidenan Joe Biden, akan membutuhkan sebuah perjanjian baru karena situasinya telah berubah secara dramatis.
Dia mengklaim bahwa kasus pelanggaran JCPOA sangat banyak sehingga tidak mudah untuk menghidupkannya kembali.
Iran memilih mengurangi komitmen JCPOA setelah Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dan Uni Eropa juga tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian tersebut.
Republik Islam selalu menyatakan bahwa jika AS kembali ke JCPOA dan pihak-pihak lain juga memenuhi kewajibannya, maka langkah pengurangan komitmen yang diambil oleh Tehran akan segera dipulihkan. (RM)