Sanksi Ilegal AS terhadap Sektor Kesehatan Iran
(last modified Sat, 10 Apr 2021 07:55:14 GMT )
Apr 10, 2021 14:55 Asia/Jakarta
  • Sanksi Ilegal AS terhadap Sektor Kesehatan Iran

Salah satu instrumen kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk menekan pihak lain adalah sanksi sepihak dan ilegal.

Sanksi AS bahkan menargetkan sektor yang bertugas menangani pandemi virus Corona. Iran saat ini sedang menghadapi gelombang keempat Covid-19. Iran mencatat kemajuan dan mengambil tindakan yang efektif melawan virus Corona, tetapi sistem kesehatan negara ini menghadapi banyak kendala karena terkena dampak sanksi AS dan sabotase yang dilakukan dalam pengadaan vaksin dan kebutuhan medis.

Tindakan ini merupakan kasus pelanggaran HAM berat seperti, hak untuk hidup, hak atas kesehatan, hak untuk mengakses perawatan medis, dan hak atas pangan dan obat-obatan. Hak-hak dasar ini berulang kali ditekankan dalam berbagai dokumen hak asasi manusia yang mengikat.

Pasal 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan, “Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan…”

Pembatasan yang disebabkan oleh sanksi ilegal AS berdampak signifikan terhadap impor obat-obatan dan peralatan penting medis, dan menyebabkan krisis serius di bidang kesehatan masyarakat Iran.

Karena perilaku tidak manusiawi Amerika ini, Misi Iran untuk Uni Eropa mengatakan pada Jumat (9/4/2021) bahwa tahun lalu, rakyat Iran ketika sedang bergulat dengan penyebaran cepat virus Corona, juga menghadapi sanksi ilegal AS dengan memblokir asetnya di bank-bank asing dan memutus akses negara ini ke saluran perbankan global untuk pembayaran barang-barang medis.

Ilustrasi sektor farmasi Iran.

Demi memperkuat ekonominya dan memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang medis dan kesehatan, Iran juga mengajukan pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF), yang juga ditentang oleh AS sehingga gagal memperoleh pinjaman.

Para pejabat AS berulang kali mengklaim bahwa obat-obatan dan peralatan medis tidak termasuk daftar sanksi. Namun dua tahun lalu, setelah dimulainya babak baru sanksi dan penerapan pembatasan ketat terhadap hubungan keuangan dan perbankan Iran, dampak luas sanksi terhadap industri farmasi dan pasokan obat-obatan mulai terasa dan menciptakan kendala serius bagi pasien Iran dan keluarga mereka.

Kepala Dewan Medis Iran, Mohammad Reza Zafar-Ghandi mengatakan, AS berulang kali mengaku tidak menjatuhkan sanksi terhadap sektor kesehatan, tetapi setelah babak baru sanksi, perusahaan-perusahaan yang mengimpor obat dan peralatan medis menghadapi masalah dalam transaksi dan pembatasan, yang secara praktis berdampak pada pasien dan menimbulkan berbagai masalah bagi mereka.

Dampak yang diderita oleh pasien hemofilia Iran tahun lalu benar-benar mengkhawatirkan sehingga Pusat Hemofilia Iran memutuskan untuk menulis surat kepada Federasi Hemofilia Dunia (WFH).

Sanksi ilegal dan tindakan pemaksaan, terutama di tengah pandemi Corona, merupakan contoh dari kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida. Misi Iran untuk Uni Eropa menekankan perlunya menyusun laporan tentang dampak destruktif dari sanksi ilegal AS terhadap kehidupan lebih dari 80 juta warga Iran. (RM)

Tags