Iran Aktualita, 17 April 2021
Dinamika di Republik Islam Iran diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya adalah sabotase terhadap instalasi pengayaan uranium di Natanz.
Kepala Badan Energi Atom Iran (AEOI) Ali Akbar Salehi menilai aksi sabotase terhadap pusat pengayaan uranium Natanz sebagai tanda kegagalan musuh untuk menghentikan kemajuan signifikan industri nuklir Iran.
Ali Akbar Salehi hari Senin (14/4/2021) menanggapi insiden Minggu di jaringan distribusi listrik fasilitas pengayaan uranium Natanz dengan mengatakan, aksi sabotase terhadap pusat pengayaan uranium Natanz menunjukkan kekalahan musuh menghadapi kemajuan teknologi dan kekuatan politik Iran, sekaligus kegagalan mereka dalam menjegal perundingan Iran untuk mencabut sanksi yang menindas.
"Pada Hari Teknologi Nuklir Nasional diluncurkan pencapaian terbaru dari para ilmuwan muda dan pekerja keras Iran, dan pada saat yang sama, prospek pencabutan sanksi menjadi sangat jelas," ujar Salehi.
"Republik Islam Iran mengutuk tindakan tercela ini, dan menyerukan perlunya komunitas internasional dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menangani terorisme nuklir ini, dan Iran berhak untuk mengambil tindakan terhadap para pelaku dan aktor utamanya," tegas kepala AEOI.
Behrouz Kamalvandi, Juru Bicara Badan Energi Atom Iran Senin pagi mengumumkan terjadinya insiden kecelakaan di bagian jaringan distribusi listrik Kompleks Shahid Ahmadi Roshan, Natanz, yang tidak mengakibatkan kecelakaan manusia dan polusi.
"Penyebab kecelakaan sedang dalam penyelidikan dan informasi lebih lanjut akan diumumkan kemudian," pungkasnya.
Iran Operasikan Sentrifugal Canggih Pengayaan Uranium
Peringatan Hari Teknologi Nuklir Nasional Republik Islam Iran ke-15 telah dimulai pada hari Sabtu, 10 April 2021. Pada peringatan tersebut, Iran memulai operasional sentrifugal IR-6 dan IR-5 canggih yang memperkaya uranium lebih cepat dan mengembangkan sentrifugal IR-8.
Iran juga telah memulai uji mekanis pada sentrifugal nuklir lebih cepat, IR-9. Sentrifugal IR-9 Iran ini mampu bekerja 50 kali lebih cepat daripada sentrifugal pertama, IR-1. Selain itu, generasi baru pusat perakitan sentrifugal juga dioperasikan.
Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani meresmikan berbagai pencapaian negaranya di sektor nuklir dan mengunjungi pameran beragam pencapaian Organisasi Energi Atom Iran (AEOI).
Upacara peresmian berbagai prestasi di bidang nuklir dilaksanakan di provinsi tengah (Arak dan Khondab), Isfahan (Natanz), Alborz (Hashtgerd), Qom (Fordow) dan Tehran. Prestasi-prestasi itu diresmikan Presiden Rouhani melalui video konferensi.
Pada tanggal 20 Farvardin 1385 HS (9 April 2006), Republik Islam Iran mengumumkan kesuksesannya menguasai teknologi pengayaan uranium untuk kepentingan damai. Momen bersejarah ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Teknologi Nuklir Nasional dan diperingati setiap tahun.
Dengan keberhasilan para ilmuwan Iran menguasai teknologi pengayaan uranium dan pengoperasian mesin-mesin sentrifugal, maka Republik Islam resmi bergabung dalam barisan negara-negara pemilik teknologi nuklir untuk kepentingan damai.
Menyusul kesuksesan besar ini, Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan mengeluarkan sebuah ketetapan sebagai apresiasi atas kerja keras para ilmuwan Iran dan menetapkan tanggal 20 Farvardin sebagai Hari Teknologi Nuklir Nasional.
Teknologi nuklir adalah kemampuan untuk mengubah uranium alam melalui fisi (pemecahan) atom menjadi uranium yang diperkaya, yang memiliki banyak penggunaan di bidang ilmiah dan industri.
Teknologi nuklir dianggap sebagai sains unggulan dan istimewa. Saat ini kontribusi ilmu nuklir bagi kehidupan manusia tidak perlu dipertanyakan lagi dan dapat dianggap sebagai elemen penting dan dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Menguasai dan memanfaatkan teknologi nuklir sesuai dengan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) adalah hak legal setiap negara, yang telah menjadi anggota perjanjian tersebut dan berkomitmen dengannya. Saat ini sekitar 10 negara di dunia menguasai teknologi nuklir.
Energi nuklir memiliki banyak kegunaan. Oleh karena itu, menguasai sains dan teknologi nuklir selalu menjadi sebuah impian bagi banyak negara. Selama setengah abad terakhir, teknologi nuklir memainkan peran penting dalam pengembangan sektor industri, kedokteran, dan pertanian.
Teknologi nuklir telah digunakan untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka, listrik tenaga nuklir, dan produksi bahan-bahan dengan tingkat ketahanan yang tinggi, serta meningkatkan produk pertanian yang berkualitas.
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam upacara peringatan Hari Teknologi Nuklir Nasional pada hari Sabtu (10/4/2021) mengatakan, semua kegiatan nuklir Iran untuk tujuan sipil dan damai, dan tujuan Iran di sektor industri nuklir sudah jelas.
"Teknologi ini telah digunakan di sektor lain dan digunakan di industri, pertanian, kedokteran, energi, dan kelistrikan," ujarnya.
Rohani menegaskan, jika pihak lain berpikir dengan benar, kekhawatiran mereka tidak logis. Kekhawatiran yang tidak dapat dibenarkan selama 16 tahun ini telah menyebabkan masalah bagi bangsa Iran.
"Jika pemikiran yang salah ini tidak ada dalam pikiran mereka dan mereka yakin tentang apa yang ada dalam sejarah bangsa Iran, bahwa mereka memberikan perhatian khusus pada masalah agama dan moral, mereka akan melewatkan masalah ini juga," pungkasnya.
Kepala Organisasi Energi Atom Republik Islam Iran (AEOI) Ali Akbar Salehi mengatakan, infrastruktur industri nuklir dijaga dengan sensitivitas tinggi, dan berbagai proyek nuklir telah dan sedang diupayakan meski di bawah tekanan dan sanksi.
"Terlepas dari semua pembatasan dan tekanan yang disebabkan oleh sanksi ilegal dan zalim dari musuh-musuh Republik Islam Iran, berbagai proyek di berbagai bidang ilmu nuklir telah diupayakan dengan penuh semangat," kata Salehi pada hari Sabtu (10/4/2021).
Dia menambahkan, jika otoritas Iran dan pembuat keputusan senior mendelegasikan sesuatu kepada pejabat industri nuklir, perkembangan besar akan keluar dalam waktu singkat.
Salehi menjelaskan, masuknya 133 capaian baru, terutama dalam kapabilitas di bidang kesehatan, industri, dan pertanian, serta pendampingan proyek penyediaan energi di tingkat nasional, menjadi bukti nyata dari klaim tersebut.
Sebelumnya, Badan Energi Atom Republik Islam Iran telah mengumumkan peluncuran 133 capaian baru nuklir di negara ini.
"Berkat kerja keras siang malam para staf dan spesialis industri nuklir nasional, hari ini diluncurkan sebanyak 133 capaian baru di berbagai bidang industri nuklir, termasuk kuantum, pengayaan uranium, air berat dan senyawa, radiofarmasi, laser dan lainnya," kata AEOI dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan hari Sabtu.
Iran Luncurkan Jaringan Listrik Darurat di Natanz
Kepala Badan Energi Atom Iran (AEOI), Ali Akbar Salehi mengatakan jaringan listrik darurat telah dipasang di situs Natanz.
"Jaringan listrik darurat diluncurkan hari ini dan pekerjaan lain juga akan terus berjalan," ujarnya dalam pernyataan hari Senin (12/4/2021) seperti dilansir IRNA.
Menurut Salehi, sebagian besar dari sabotase yang dilakukan musuh akan diperbaiki dan situs tidak akan berhenti beroperasi.
"Insiden tersebut tentu sebuah aksi sabotase, dan sistem keamanan telah menemukan akar penyebabnya," tambahnya.
Salehi memastikan bahwa pengayaan uranium di Natanz tidak berhenti dan terus bergerak dengan kuat. Tentu saja sebagian mesin yang telah keluar dari rangkaian harus diperiksa ulang.
Juru bicara AEOI, Behrouz Kamalvandi pada hari Minggu mengumumkan terjadinya insiden kecelakaan di bagian jaringan distribusi listrik Kompleks Shahid Ahmadi Roshan, Natanz, yang tidak mengakibatkan kecelakaan manusia dan pencemaran.
"Penyebab insiden ini sedang diselidiki dan laporannya akan diumumkan kemudian," ucapnya.
Tanggapan Iran atas Sabotase di Instalasi Nuklir Natanz
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, apa yang terjadi di instalasi nuklir Natanz tidak akan membuat industri nuklir Iran mundur dan juga tidak akan efektif untuk mencegah penghapusan sanksi.
"Masih terlalu dini untuk menilai tingkat kerusakan di Natanz. Tim sedang meninjau insiden tersebut. Apa pun yang ada di Natanz adalah sentrifugal generasi pertama, dan sentrifugal yang lebih canggih akan menggantikannya. Semua sentrifugal yang rusak adalah IR-1, yang akan diganti dengan mesin sentrifugal yang lebih canggih," kata Khatibzadeh dalam jumpa pers mingguannya pada hari Senin (12/4/2021).
Dia menegaskan, sabotase di instalasi nuklir Natanz tidak akan membuat industri nuklir Iran mundur dan juga tidak akan efektif untuk mencegah penghapusan sanksi.
Khatibzadeh menjelaskan, rezim Zionis gagal mencapai tujuannya untuk melemahkan program nuklir Iran, karena yang menjadi sasaran dalam insiden Minggu kemarin adalah mesin sentrifugal IR-1, yang akan digantikan dengan sentrifugal generasi baru.
Iran memulai operasional sentrifugal IR-6 dan IR-5 canggih yang memperkaya uranium lebih cepat dan mengembangkan sentrifugal IR-8 pada hari Sabtu (10/4/2021). Negara ini juga telah memulai uji mekanis pada sentrifugal nuklir lebih cepat, IR-9.
Sentrifugal IR-9 Iran ini mampu bekerja 50 kali lebih cepat daripada sentrifugal pertama, IR-1. Selain itu, generasi baru pusat perakitan sentrifugal juga dioperasikan.
Khatibzadeh mengecam insiden yang menargetkan jaringan distribusi listrik di situs nuklir Ahmadi Roshan di Natanz dan menuturkan, berbagai sumber telah mengonfirmasi bahwa rezim Zionis berada di balik sabotase di situs nuklir Natanz.
"Berbagai sumber mengonfirmasi bahwa rezim Zionis berada di belakangnya. Saya senang tidak ada korban atau kerusakan lingkungan, tetapi itu bisa menjadi bencana manusia, jadi itu adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan juga 'tindakan teroris,' " ujarnya seperti dilansir Iranpress.
Khatibzadeh menegaskan, apa yang terjadi di Natanz adalah (tindakan) terorisme nuklir dan Iran berhak untuk menanggapi berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB.
Jubir Kemlu Iran lebih lanjut mengatakan, Iran akan membalas dendam terhadap Israel pada waktu yang tepat atas "terorisme nuklir" yang menargetkan fasilitas pengayaan uranium Natanz.
Mengacu pada sikap diam Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Khatibzadeh menandaskan, IAEA dan lembaga-lembaga internasional bukan hanya harus mengecam tindakan itu, tetapi juga mengambil langkah untuk mencegahnya.
Khatibzadeh lebih lanjut mengatakan, apa yang sedang berlangsung di Wina bukan perundingan nuklir, tetapi pembicaraan teknis untuk mencabut sanksi.
"Kami sudah berunding tentang perjanjian nuklir dan butir-butir perjanjian sudah jelas, hal yang perlu ditekankan adalah penghapusan sanksi," tegasnya.
"Situasi harus kembali ke kondisi Januari 2017. Amerika Serikat memiliki kewajiban berdasarkan resolusi 2231 dan kewajiban AS dalam perjanjian nuklir juga sudah jelas," pungkasnya.
Sampaikan Nota Protes, Kemenlu Iran Panggil Dubes Portugal
Kementerian Luar Negeri Iran mengumumkan pemanggilan duta besar Portugal di Tehran menyusul tindakan arogan Uni Eropa yang menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah pejabat dan institusi Republik Islam Iran.
Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran dalam sebuah pernyataan pada Selasa (13/4/2021) malam memanggil Duta Besar Portugal untuk Iran, Carlos Costanhaus untuk menyampaikan nota protes terhadap tindakan ilegal Uni Eropa kepada Iran.
Dalam panggilan tersebut, Direktur Jenderal Urusan Eropa Barat Kementerian Luar Negeri Iran menyebut langkah baru Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Iran didasarkan pada pendekatan tebang pilih Uni Eropa dalam masalah hak asasi manusia.
Pejabat kemenlu Iran dalam pertemuan ini menekankan masalah sanksi balasan terhadap Uni Eropa.
Sementara itu, Duta Besar Portugal di Tehran mengungkapkan pihaknya akan menyampaikan keberatan Iran ke Brussels.
Sebelumnya, Dewan Uni Eropa hari Senin (12/4/2021) memberlakukan sanksi terhadap delapan individu Iran dan tiga institusi Iran dengan dalih pelanggaran hak asasi manusia.
Peningkatan Pengayaan Uranium Iran ke 60 Persen
Deputi Menteri Luar Negeri Iran Urusan Politik, Seyyed Abbas Araghchi mengumumkan Republik Islam memulai pengayaan 60 persen.
Seyyed Abbas Araghchi dalam pertemuan Komisi Bersama JCPOA dengan kelompok 4+1 di Wina, pada Selasa (13/4/2021) mengatakan negaranya telah memulai pengayaan uranium di atas 60 persen.
"Iran hari ini telah mengumumkan dalam sebuah surat kepada direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional mengenai dimulainya pengayaan 60 persen," kata Araghchi.
Putaran ke-18 pertemuan Komisi Bersama JCPOA diadakan secara online sejak Jumat (2/4/2021) dengan partisipasi dari deputi politik Iran dan negara-negara kelompok 4 + 1.
Perwakilan negara-negara tersebut memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan secara langsung di Wina.
Saat ini, dua kelompok kerja tentang pencabutan sanksi dan langkah-langkah nuklir sedang menyusun langkah-langkah yang diperlukan secara paralel.
Pada pertemuan hari Jumat, para anggota memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan di Wina mulai Rabu (14/4/2021).
Sementara itu, Kepala Badan Energi Atom Iran (AEOI), Ali Akbar Salehi mengumumkan kelanjutan pengayaan uranium di Natanz.
Ali Akbar Salehi dalam wawancara dengan ISNA hari Rabu (14/4/2021) mengatakan, langkah Iran untuk memproduksi uranium hingga pengayaan 60 persen, sesuai dengan keputusan parlemen Iran untuk mencabut sanksi.
"Proses ini telah direncanakan dalam kerangka JCPOA, dan kami telah memulai penelitian terkait dengan proses ini sejak lama," ujar Salehi.
"Semakin jauh kita melangkah, semakin tinggi pengayaannya, dan semakin tinggi pula kualitas produknya," tegasnya.
Republik Islam Iran menyampaikan surat kepada Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mengumumkan 1.000 sentrifugal baru akan dipasang di fasilitas nuklir Natanz.
Iran telah mengumumkan bahwa seribu sentrifugal baru tipe IR-1 dengan efisiensi mesin baru yang akan dipasang ini dengan peningkatan hingga 50 persen.
Rouhani: Pengayaan 60 Persen Jawaban atas Kejahatan di Natanz
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pengayaan uranium 60 persen adalah jawaban atas kejahatan di Natanz.
"Sentrifugal IR-6 telah beroperasi dan pengayaan 60 persen dilakukan sebagai jawaban atas kejahatan. Jika Zionis berbuat konspirasi terhadap bangsa Iran, kami akan memberikan balasan dan ini baru langkah pertama," tegas Rouhani dalam rapat kabinet di Tehran, Rabu (14/4/2021).
"Ini adalah jawaban terhadap kejahatan Zionis, yang tidak dapat berbuat konspirasi terhadap bangsa Iran dan kejahatan di Natanz," ujarnya seperti dilansir IRNA.
"Kami akan memotong tangan kalian (Zionis) ketika kalian berbuat kejahatan," tandas Rouhani.
Di bagian lain, Rouhani menuturkan kami telah berunding dengan Amerika Serikat dalam perjanjian nuklir JCPOA dan kami ingin mengembalikan mereka ke posisinya.
"Kami punya logika yang kuat dan dapat mendorong musuh untuk kembali ke posisinya," ucapnya.
"Setelah AS memenuhi kewajibannya dan kami verifikasi, kami juga akan kembali ke kewajiban kami," kata Rouhani.
Iran dan Rusia Tekankan Penguatan Hubungan Bilateral
Ketua Parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf mengatakan balasan presiden Rusia kepada surat Pemimpin Besar Revolusi Islam mengindikasikan tekad kedua pemimpin untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Hal itu disampaikan Ghalibaf dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Tehran, Rabu (14/4/2021) seperti dilansir kantor berita IRIB.
"Pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat tidak akan berpengaruh pada pendekatan dan keputusan Iran-Rusia dalam pengembangan hubungan bilateral yang komprehensif," ujarnya.
Menurut Ghalibaf, balasan Presiden Vladimir Putin kepada surat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran adalah indikasi bahwa para pemimpin tertinggi kedua negara sepakat tentang pengembangan hubungan bilateral.
Ghalibaf lebih lanjut mengatakan, kita harus mempertahankan kerangka kesepakatan nuklir JCPOA, tetapi AS juga harus memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian ini, dan kemudian Iran juga akan memverifikasi pencabutan sanksi secara penuh.
"Ini adalah posisi Republik Islam Iran yang tegas dan jelas," kata Ghalibaf.
Berbicara tentang aksi sabotase rezim Zionis di instalasi nuklir Natanz, dia menekankan insiden ini harus dikecam oleh semua negara, terutama kelompok 4+1, di mana kelompok ini harus mengambil sikap yang transparan, tetapi Iran memiliki hak untuk membalas tindakan tersebut.
Dalam pertemuan itu, Sergei Lavrov mengatakan surat Pemimpin Besar Revolusi Islam mendukung penandatanganan kesepakatan komprehensif antara Rusia dan Iran.
"AS harus kembali memenuhi kewajiban kesepakatan nuklir secara penuh dan tanpa syarat serta melaksanakan resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB," imbuhnya.
Rusia, kata Lavrov, menentang unilateralisme Amerika Serikat.
Ayatullah Khamenei: Kebijakan Iran Soal JCPOA Sudah Jelas
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, mengatakan kebijakan negara mengenai kesepakatan nuklir JCPOA dan sanksi telah kami umumkan secara terbuka atau kami sampaikan dalam rapat dengan para pejabat secara tertulis.
“Jadi kebijakan negara sudah jelas dan mereka tahu apa yang harus dilakukan,” kata Ayatullah Sayid Ali Khamenei sebelum membuka kegiatan tadarus Ramadhan yang digelar secara virtual di Tehran, Rabu (14/4/2021) sore.
“Para pejabat berkesimpulan bahwa mereka harus berunding untuk menerapkan kebijakan tersebut dan ini tidak masalah bagi kami, tapi perlu diwaspadai agar negosiasi tidak berlarut-larut, karena ini merugikan negara,” imbuhnya.
Menurut Ayatullah Khamenei, tujuan Amerika Serikat yang bersikeras pada negosiasi merupakan upaya untuk memaksakan sebuah perkataan yang batil.
“Landasan logika Republik Islam adalah, pertama AS harus mencabut sanksi, karena mereka tidak bisa dipercaya dan berulang kali melanggar kesepakatan, bahkan sebagian negosiator Eropa mengakui dan membenarkan hal itu dalam pertemuan tertutup, meskipun mereka tunduk pada AS dalam membuat keputusan dan tidak memiliki independensi,” jelasnya.
Rahbar mencatat bahwa usulan dominan Amerika bernada arogan dan merendahkan dan bahkan tidak patut untuk diperhatikan.
Ayatullah Khamenei berharap agar para pejabat melangkah ke depan dengan mata terbuka, hati yang teguh, dan bertawakkal kepada Allah, serta membuat bangsa senang dengan pertolongan Ilahi.
Iran Tambah Jarak Tempuh Rudal Sesuai Jenis Ancaman
Mantan Menteri Pertahanan Iran memperingatkan manuver musuh terhadap Iran dan mengatakan, penambahan jarak tempuh rudal Iran disesuaikan dengan jenis ancaman.
Hossein Dehghan, Kamis (15/4/2021) dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Masirah Yaman mengatakan, "Segala bentuk manuver musuh akan dibalas tegas dan nyata pada tempat dan waktu yang tepat, sehingga musuh tidak akan mengulangi manuvernya. Iran untuk menghadapi berbagai macam bahaya atau agresi militer, berada dalam kesiapan penuh, dan pasukan negara ini mengamati dengan seksama seluruh pergerakan musuh."
Ia menambahkan, "Kekuatan rudal Iran adalah garis merah, dan tidak bisa dirundingkan. Masalah ini sudah selesai. Penambahan jarak tempuh rudal-rudal Iran terkait dengan ancaman, dan kami akan meningkatkan jarak tempuh rudal kami sesuai jenis ancaman yang dihadapi."
Dehghan menegaskan, Iran tak punya batasan dalam persenjataan kecuali senjata pemusnah massal, dan Tehran tidak pernah berusaha menguasainya.
"Tidak penting siapa yang mengaku bertanggungjawab atau membantah terlibat dalam teror Natanz, yang terpenting adalah serangan ini dilakukan dalam kerangka segitiga Ibrani-Arab-Amerika Serikat, dan AS tidak bisa mengelak," pungkasnya. (HS)
Iran Capai Produk Uranium dengan Tingkat Pengayaan 60 Persen
Ketua Parlemen Iran mengumumkan keberhasilan para ilmuwan muda dan beriman negara ini, mencapai produk uranium dengan tingkat pengayaan 60 persen.
Mohammad Bagher Ghalibaf, Jumat (16/4/2021) di akun Twitternya menulis, "Dengan bangga kami umumkan pada pukul 00:40 dinihari tadi, di malam ziarah Imam Hussein, para ilmuwan Iran berhasil mencapai produk uranium dengan tingkat pengayaan 60 persen."
Ia menambahkan, "Kami mengucapkan selamat kepada rakyat pemberani Iran atas keberhasilan ini, tekad rakyat Iran telah menciptakan keajaiban, dan berhasil menggagalkan semua konspirasi musuh."
Berdasarkan surat pemberitahuan yang dilayangkan Iran pada hari Selasa, kepada Badan Energi Atom Internasional, IAEA, pengayaan uranium 60 persen dilakukan di dua rantai sentrifugal baru IR-4 dan IR-6 di Natanz. (RA)