Feb 17, 2024 15:51 Asia/Jakarta
  • Sekjen Hizbullah, Sayid Hasan Nasrullah
    Sekjen Hizbullah, Sayid Hasan Nasrullah

Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Begini Sekjen Hizbullah Menjawab Ancaman Israel.

Selain itu, masih ada isu lain seperti;

  • Dampak Perang Gaza, Ribuan Polisi Israel Ajukan Pengunduran Diri
  • Pasukan Brigade Al-Qassam Tembaki Tentara Israel di Khan Younis
  • Yaman: 34 Kapal Israel, AS dan Inggris sudah Kami Tembak
  • Perundingan Gencatan Genjata Gaza di Kairo Berakhir, Netanyahu Tidak Serius Akhiri Perang​
  • Menlu Suriah: Kami Siap Berperang dengan Israel
  • Emir Qatar Berterimakasih pada Iran karena Dukung Palestina
  • Dunia Kecam Serangan Udara Rezim Zionis di Rafah​

Begini Sekjen Hizbullah Menjawab Ancaman Israel

Sekjen Hizbullah Lebanon mengatakan, Rezim Zionis sedang berada dalam kondisi krisis, dan tidak bisa memaksakan syarat apa pun terhadap kelompok-kelompok perlawanan.

Image Caption

Sayid Hassan Nasrullah, Selasa (13/2/2024) memperingatkan, jika Rezim Zionis, memperluas area perang dan pertempuran, maka dua juta Zionis, akan mengungsi.

Ia menambahkan, berlanjutnya agresi Rezim Zionis, ke Jalur Gaza, akan mendapatkan balasan efektif dari poros perlawanan, dan pembalasan terhadap Rezim Zionis, dilakukan berdasarkan aturan serta perimbangan baru.

"Negara-negara poros perlawanan, dan banyak masyarakat merdeka dunia mendukung perlawanan rakyat tertindas Palestina, di Jalur Gaza, dan setelah berlalu empat bulan perang dan pembantaian rakyat tak bersalah Palestina, Rezim Zionis, gagal meraih tujuannya," papar Nasrullah.

Menurut Sekjen Hizbullah, front selatan Lebanon, adalah front tekanan dan partisipasi dalam mengalahkan Rezim Zionis, serta melemahkan rezim ini sampai terpaksa menghentikan agresi militer ke Gaza.

Agresi militer luas Rezim Zionis, ke Jalur Gaza, yang dilakukan dengan bantuan total Amerika Serikat, sudah berlangsung sekitar empat bulan, namun tidak satu pun tujuan Israel, yaitu melenyapkan Hamas, dan membebaskan sandera, tidak tercapai.

Dampak Perang Gaza, Ribuan Polisi Israel Ajukan Pengunduran Diri

Ribuan polisi rezim Zionis mengajukan pengunduran diri atau pensiun dini pasca operasi badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Jaringan media rezim Zionis, KAN hari Jumat (16/2/2024) melaporkan ribuan petugas polisi Israel ingin mengundurkan diri atau pensiun dini, karena kondisi mental mereka yang memburuk pasca pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.

Image Caption

Menurut laporan ini, beberapa dari mereka juga mencoba melakukan bunuh diri.

Belum lama ini, KAN mengumumkan sebuah laporan mengenai lebih dari dua ribu tentara dalam perang darat melawan Jalur Gaza terpaksa menemui psikiater karena menghadapi masalah psikologis akut.

Selain itu, bunuh diri di kalangan tentara Zionis yang menderita gangguan mental telah menjadi fenomena umum dan media Zionis telah berulang kali memberitakan aksi bakar diri, gantung diri, dan penembakan yang dilakukan oleh pasukan militer Israel.

Ketidakmampuan rezim Zionis menghadapi pasukan perlawanan Islam menyulut gelombang kritik terhadap sistem pertahanan udara rezim Zionis karena ketidakmampuannya melawan dan menghalangi rudal Hizbullah dalam beberapa hari terakhir.

Menyusul serangan rudal Hizbullah di pangkalan udara Maroon dan pangkalan militer di Safed pada hari Rabu, satu orang tewas dan delapan lainnya luka-luka, yang kondisinya dinyatakan kritis.

Menurut laporan situs Zionis Walla, sistem Iron Dome gagal mencegat serangan rudal Hizbullah baru-baru ini.

Perlawanan Lebanon sejauh ini banyak melakukan operasi di wilayah pendudukan untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza, dan selalu menekankan bahwa mereka akan terus melanjutkan operasinya sampai agresor menghentikan agresi militernya di Jalur Gaza.

Menurut statistik resmi, jumlah kematian tentara Zionis sejak awal perang di Gaza telah mencapai lebih dari 572 orang, tapi media Israel melaporkan jumlahnya jauh lebih besar dari laporan resmi tersebut.

Pasukan Brigade Al-Qassam Tembaki Tentara Israel di Khan Younis

Bersamaan dengan serangan rezim Zionis di Gaza, para pejuang perlawanan Palestina menargetkan tentara Israel dengan rudal.

Image Caption

Brigade Ezzeddine Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menargetkan tentara rezim Zionis di kota Khan Yunis dengan rudal Yasin 105 dan TBG.​

Sebelumnya, Brigade al-Qassam pekan lalu melancarkan serangan ke arah pasukan rezim Zionis yang menewaskan setidaknya tujuh orang tentara Israel di kota Khan Yunis.​

Brigade Ezzeddine Al-Qassam, Sayap Militer Hamas mengumumkan bahwa tujuh tentara Israel tewas dalam ledakan bom anti-personil hari Jumat di daerah Absan Al-Kabirah, yang terletak di sebelah timur kota Khan Yunis.

Seiring berlanjutnya agresi militer Israel di jalur Gaza, pasukan perlawanan Palestina, termasuk Brigade Al-Qassam, telah memperkuat perlawanan mereka terhadap penjajah di lebih dari satu poros di Jalur Gaza yang terus menelan korban jiwa dari pihak tentara Israel.

Awal Februari, militer rezim Zionis mengumumkan sebanyak 560 tentaranya telah terbunuh sejak awal perang dengan kelompok perlawanan pecah di Gaza.

Laporan ini adalah statistik yang diumumkan secara resmi, dan jumlah sebenarnya korban tentara Zionis jauh lebih tinggi dari angka tersebut.

Media Zionis menyebut angka korban tentara Israel di Gaza jauh lebih tinggi dibandingkan angka yang diumumkan otoritas militer rezim Zionis.

Surat kabar Rezim Zionis menyebut pasukan Israel saat ini telah berubah menjadi target empuk pasukan perlawanan Palestina, dan memperingatkan bertambahnya tentara Israel, yang tewas.

Sebelumnya, Jerusalem Post menyinggung terbunuhnya 24 tentara Israel dalam sehari di salah satu gedung di Gaza, dalam pertempuran melawan pasukan perlawanan Palestina, pada Januari lalu.

Menurut Jerusalem Post, kemajuan pasukan Rezim Zionis, mengalami perlambatan, dan saat ini tentara Israel, telah berubah menjadi target empuk pasukan Palestina.

Jerusalem Post, juga memperingatkan dampak-dampak politik dari kekalahan ini, dan memprotes strategi perang yang digunakan oleh Kabinet Israel.

Meskipun banyak tentara Israel, yang terbunuh, dan Brigade Al Qassam, meraih banyak kemajuan di medan tempur, Perdana Menteri Rezim Zionis, tetap bersikeras untuk melanjutkan perang hingga apa yang disebutnya "kemenangan penuh" dapat dicapai.

Yaman: 34 Kapal Israel, AS dan Inggris sudah Kami Tembak

Juru bicara Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman mengatakan, sejak awal perang Gaza, sampai sekarang 34 kapal Amerika Serikat, Inggris, dan Israel, diserang oleh pasukan Yaman.

Daifullah Al Shami, Rabu (14/2/2024) menuturkan, operasi-operasi militer yang dilakukan oleh pasukan Yaman, hanya menargetkan kapal-kapal Israel, AS dan Inggris.

Ia menambahkan, "Dalam 131 hari terakhir, 14 kapal AS, tiga kapal Inggris, dan 17 kapal Israel, menjadi target serangan pasukan Yaman, dalam rangka mendukung rakyat Gaza."

Jubir pemerintah Yaman menegaskan, "Orang-orang Amerikalah yang membuat Laut Merah, menjadi arena militer, dan mereka mengancam proses pelayaran bebas dunia, demi mendukung pelayaran Israel."

Saat ini, imbuhnya, tidak ada satu pun kapal Israel, yang hadir di Laut Merah, dan pasukan Yaman, terus mengawasi perairan kawasan.

Sebelumnya Jubir Angkatan Bersenjata Yaman, Brigjen Yahya Saree, mengumumkan, pasukan Yaman, menembak kapal AS, Star Iris, dengan sejumlah rudal anti-kapal di Laut Merah.

Organisasi Angkatan Laut Inggris, Operasi-Operasi Perdagangan Maritim Inggris, UKMTO, Selasa dinihari melaporkan terjadinya insiden keamanan di sebuah lokasi yang berjarak 74 kilometer di selatan pelabuhan Al Mokha, Yaman

Menurut keterangan UKMTO, sebuah kapal diserang dua rudal di Laut Merah, sehingga mengalami kerusakan, tapi seluruh awaknya selamat.

Perundingan Gencatan Genjata Gaza di Kairo Berakhir, Netanyahu Tidak Serius Akhiri Perang​

Media rezim Zionis mengumumkan berakhirnya perundingan di Kairo untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza, dan kembalinya delegasi rezim Zionis ke Tel Aviv. ​

Image Caption

Radio Tentara Zionis hari Selasa (13/2/2024) melaporkan bahwa negosiasi di Kairo telah berakhir dan delegasi rezim Zionis kembali ke Tel Aviv.

Kanal 12 rezim Zionis melaporkan bahwa delegasi Israel yang dipimpin oleh direktur Mossad telah meninggalkan Kairo tanpa ada tanda-tanda kemajuan.

Berakhirnya perundingan di Kairo untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza terjadi pada saat Hossam Badran, anggota biro politik Hamas Selasa malam mengatakan bahwa rezim Zionis tidak memiliki opsi lain selain melakukan perundingan untuk pembebasan tahanannya.

Badran menambahkan bahwa Benjamin Netanyahu, perdana menteri rezim Zionis menghalangi tercapainya kesepakatan dan kejahatan rezim ini akan terus berlanjut.

Muhammad al-Hindi, Wakil Sekretaris Jnderal Gerakan Jihad Islam Palestina Selasa malam mennilai Netanyahu tidak serius untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

Kabinet perang rezim Israel ingin mengulur waktu untuk memulai operasi darat di Rafah dan mengusir rakyat Palestina dari Gaza.

"Netanyahu berada di bawah ilusi bahwa dia akan mampu mencapai tujuannya di Rafah," ujar Al-Hindi.

Rezim Israel berupaya untuk mengusir warga Palestina dan tidak ingin membiarkan para pengungsi dari selatan Jalur Gaza kembali ke wilayah utara,” tegasnya.

Sementara itu, pada hari Selasa, Raja Yordania, Abdullah II dalam pertemuan dengan sejumlah senator Amerika di Washington menyerukan upaya lebih lanjut oleh komunitas internasional untuk menghentikan perang di Gaza.

Dia sekali lagi menentang segala upaya untuk memindahkan penduduk Jalur Gaza ke dalam atau ke luar Palestina.

Raja Yordania juga memperingatkan perluasan ruang lingkup perang dan ledakan situasi di Tepi Barat dan Quds yang diduduki Israel sebagai akibat dari berlanjutnya kekerasan yang dilakukan para pemukim ekstremis Zionis terhadap warga Palestina.

Menlu Suriah: Kami Siap Berperang dengan Israel

Menteri Luar Negeri Suriah, dalam jumpa pers dengan sejawatnya dari Iran, mengatakan Suriah, berada dalam kesiapan penuh untuk terjun ke dalam perang lain melawan Rezim Zionis.

Faisal Mekdad, Selasa (13/2/2024) dalam jumpa pers bersama Menlu Iran, Hossein Amir Abdollahian, di Damaskus, menuturkan, Suriah yang menentukan kapan, di mana dan bagaimana perang melawan Israel, akan berlangsung.

Image Caption

Terkait kunjungan Menlu Iran, ke Damaskus, Menlu Suriah menerangkan, kunjungan ini bertepatan dengan sebuah peristiwa besar, dan itu adalah peringatan HUT Revolusi Islam Iran, ke-45.

Ia menambahkan, delegasi Iran, melakukan pembicaraan mendalam dengan Presiden Suriah, terkait berbagai masalah regional terutama perlawanan bangsa Palestina.

Menlu Suriah melanjutkan, "Saya percaya kami dan Iran, memiliki pandangan yang sama terkait dukungan terhadap rakyat Gaza, dan perlawanan atas bencana yang diciptakan Israel, kerusakan luas, dan pembunuhan anak-anak serta perempuan oleh Rezim Zionis."

"Hakikat Rezim Zionis, sudah terang benderang bagi semua orang, dan ini berkat perlawanan berani bangsa Palestina," imbuh Faisal Mekdad.

Menurut Menlu Suriah, sejak dimulainya ide pendirian Rezim Zionis rasis di kawasan Asia Barat, sampai saat ini, Suriah terus melakukan perlawanan terhadap rezim itu.

"Perlawanan di Suriah, punya banyak ragam dan bentuk, dan sebagaimana dijelaskan Presiden Suriah, bahwa negara ini sejak tahun 1948 sudah melawan Rezim Zionis," ujarnya.

Faisal Mekdad menegaskan, "Suriah terlibat banyak perang melawan Israel, dan sekarang pun Suriah, berada dalam kesiapan penuh untuk terjun ke dalam perang lain melawan Rezim Zionis. Tapi, Suriah yang menentukan kapan, di mana dan bagaimana perang akan berlangsung."

Emir Qatar Berterimakasih pada Iran karena Dukung Palestina

Emir Qatar berterimakasih atas upaya diplomatik berkelanjutan Republik Islam Iran, dalam mendukung rakyat Palestina, dan penyelesaian politik guna mengakhiri perang di Jalur Gaza.

Syeikh Tamim bin Hamad Al Thani, Selasa (13/2/2024) dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian di Doha, menekankan kelanjutan upaya bersama untuk mendukung rakyat Palestina, mengakhiri serangan Israel, ke Jalur Gaza, mengirim bantuan kemanusiaan, dan menemukan mekanisme Palestina-Palestina, untuk mengelola negara Palestina.

Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani

Emir Qatar juga mengaku gembira dengan eratnya hubungan bersahabat dan bersaudara Iran-Qatar. Menurutnya, hubungan Tehran-Doha, tidak pernah sedekat sekarang ini, dan hal ini menunjukkan kesuksesan dua negara dalam memajukan hubungan bersahabat.

Sementara itu Menlu Iran, dalam pertemuan ini menilai hubungan, dan kerja sama Iran dan Qatar, di berbagai bidang, positif dan cukup memuaskan.

"Realisasi penuh berbagai kesepakatan yang ditandatangani pada pertemuan pemimpin dua negara, membuka kesempatan yang lebih luas dalam kerja sama bersahabat, dan bersaudara dua negara," kata Abdollahian.

Menlu Iran, juga berterimakasih atas peran mediasi yang dimainkan Qatar, dalam beberapa masalah khusus terkait Iran, dan menganggap kerja sama dua negara dalam isu-isu regional dan internasional, konstruktif, dan dapat memperkuat perdamaian, stabilitas, serta keamanan kawasan, juga dunia.

Pada saat yang sama, Hossein Amir Abdollahian menyinggung perkembangan di Jalur Gaza, yang menyedihkan, dan menekankan kelanjutan upaya diplomatik Iran, dalam rangka mengakhiri perang di kawasan.

Ia juga menekankan urgensi kontinuitas dan percepatan upaya bersama Iran dan Qatar, untuk menemukan solusi politik guna mengakhiri genosida Zionis di Palestina, mencabut blokade Gaza, mengirim segera bantuan kemanusiaan, mencegah pengusiran paksa rakyat Palestina, dan membantu mekanisme Palestina-Palestina, untuk mengelola Gaza dan Tepi Barat, di era pasca-perang, dan rekonstruksi kerusakan akibat perang.

Dunia Kecam Serangan Udara Rezim Zionis di Rafah​

Serangan udara militer rezim Zionis di kawasan pemukiman Rafah memicu reaksi internasional. ​

Pada Senin pagi, jet-jet tempur Israel menargetkan rumah-rumah penduduk di dekat markas besar Bulan Sabit Merah Palestina di pusat kota Rafah.

Serangan brutal tersebut menyebabkan lebih dari seratus warga Palestina gugur, dan lebih dari 230 orang lainnya terluka.

Jumlah korban tewas dan terluka dalam serangan ini masih terus bertambah.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengkritik keras serangan rezim Zionis di Jalur Gaza, dengan mengatakan, "Kebijakan genosida yang dilakukan oleh kabinet Netanyahu mirip dengan Hitler, yang melintasi garis merah baru setiap hari."

Bukannya menghentikan pembantaian, negara-negara maju malah mendukung Israel,” ujar Erdogan.

Josep Burrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa juga menyatakan keprihatinan besar atas memburuknya situasi di kota Rafah dan memperingatkan konsekuensi berbahaya dari serangan rezim Zionis di wilayah itu.​

Image Caption

Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk juga mengumumkan bahwa kemungkinan serangan besar-besaran di Rafah yang sekitar 1,5 juta warga Palestina mengungsi di dekat perbatasan Mesir dan tidak punya tempat untuk melarikan diri, adalah aksi yang mengerikan.

Turk dalam sebuah pernyataan mengumumkan bahwa serangan pasukan Zionis di Rafah kemungkinan akan menyebabkan kematian dan cederanya sejumlah besar warga sipil, yang kebanyakan anak-anak dan perempuan.

"Di luar rasa sakit dan penderitaan akibat bom dan peluru, serangan terhadap Rafah ini mungkin berarti akhir dari sedikitnya bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, dan ini akan berdampak besar bagi seluruh Gaza,"ujar Komisaris Tinggi HAM PBB.

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte juga memperingatkan tentang adanya operasi militer di Rafah, selatan Jalur Gaza yang akan membawa konsekuensi sangat besar terhadap kemanusiaan.​

"Israel harus mengizinkan bantuan kemanusiaan yang lebih banyak dan lebih cepat masuk ke Gaza," ujar Rutte.

Caroline Ganz, Menteri Kerja Sama Pembangunan Belgia juga menekankan bahwa tidak ada alternatif selain UNRWA di Gaza, dan perlindungan warga sipil di Jalur Gaza harus diprioritaskan.

Kekerasan yang intens di Gaza harus dihentikan dan serangan lebih lanjut di Jalur Gaza akan menyebabkan kematian dan cedera lebih banyak orang,” ujar Ganz.

Ketika publik internasional mengecam serangan udara rezim Zionis terhadap Rafah pada hari Senin, Matthew Miller, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS menolak menjawab pertanyaan wartawan tentang penangguhan bantuan AS ke Israel, dan meminta pertanggungjawaban Israel jika terjadi serangan habis-habisan terhadap Rafah.

Miller mengklaim bahwa serangan udara Israel di Rafah bukanlah awal dari serangan skala penuh, dan Amerika Serikat tidak akan mendukung operasi militer di wilayah yang dihuni sekitar 1,5 juta warga Palestina.

 

 

Tags