Berlanjutnya protes jalanan di Wilayah Pendudukan, perbedaan pendapat antara pihak oposisi dan kabinet rezim Zionis, serta meningkatnya kemungkinan Mahkamah Internasional mengeluarkan perintah untuk menangkap Benjamin Netanyahu telah menyebabkan krisis politik di Tel Aviv semakin membara.
Anggota Kabinet Perang Rezim Zionis, mengancam akan menumbangkan pemerintahan Israel, saat ini, dan mengatakan, pembebasan tawanan Israel, dari tangan perlawanan Palestina, jauh lebih penting dari serangan ke Rafah.
Stephane Dujarric, Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada hari Jumat (26/4) sebagai tanggapan atas pertemuan mahasiswa di Amerika Serikat untuk mendukung rakyat Gaza, bahwa Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah pendukung setia kebebasan berbicara, termasuk di Amerika Serikat, dan mendukung hak masyarakat untuk melakukan protes secara damai.
Lautan rakyat Yaman, tumpah ruah ke jalan-jalan kota untuk mendukung rakyat Gaza, dan mengumumkan kesiapan dikirim ke Palestina, untuk berperang langsung melawan Israel, bersama pasukan perlawanan.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran menekankan perlunya mengakhiri perang dan genosida rezim Zionis di Jalur Gaza dan mengatakan, "Israel adalah akar penyebab semua ketegangan dan memburuknya situasi di kawasan."
Pihak administrasi Universitas George Washington di Amerika Serikat mengancam akan mengeluarkan dan memberhentikan mahasiswa yang melakukan aksi mogok di kampus universitas tersebut untuk mendukung rakyat Palestina.
Dalam pernyataannya, Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menuntut pengiriman tim forensik untuk mengidentifikasi jenazah kuburan massal di Jalur Gaza.
Masyarakat Vicenza, Italia, mengubah nama jalan di kota mereka untuk mendukung rakyat Palestina.
Meskipun rezim Zionis serta pemerintahan Netanyahu yang haus perang menghalangi perundingan gencatan senjata dengan mengusulkan syarat-syarat yang tidak praktis, yang menjadikan pelayanan kepada warga Gaza yang selamat dari perang menjadi masalah ganda, tapi rezim ini juga tidak mendapatkan keuntungan dari perang yang berkepanjangan, di mana semua masalahnya akan muncul satu persatu.
Pemimpin Ansarullah Yaman, dalam pidatonya menjelaskan tentang kebijakan Amerika Serikat, terkait Rezim Israel, baik di Gaza, maupun di dalam negeri dalam menangani demonstrasi mahasiswa.