Dinamika Asia Tenggara, 1 Juni 2019
(last modified Sat, 01 Jun 2019 08:50:43 GMT )
Jun 01, 2019 15:50 Asia/Jakarta
  • Kerusuhan 22 Mei 2019
    Kerusuhan 22 Mei 2019

Dinamika, Asia Tenggara pekan ini menyoroti sejumlah isu di antaranya keberhasilan Polri dalam menggagalkan rencana teror terhadap pejabat pemerintah Indonesia.

Isu lainnya mengenai rencana Indonesia dan AS menggelar manuver "Combat Medic" di Tahun 2020, dan statemen Anwar Ibrahim yang menyatakan bahwa Malaysia harus tegas menolak provokasi atas Iran.

Selain itu, PBB meminta semua negara dunia mengisolasi Myanmar secara finansial, pemerintah Myanmar menangkap biksu provokator, dan ledakan bom di wilayah selatan Thailand beberapa hari menjelang hari raya Idul Fitri.

 

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal

Polri Gagalkan Rencana Teror terhadap Pejabat Pemerintah

Enam orang, termasuk seorang perempuan ditangkap polisi di Jakarta dengan dakwaan berencana meneror petinggi pemerintahan Joko Widod saat terjadi aksi 22 Mei berujung kerusuhan di Kantor Bawaslu, Jakarta Pusat.

Berdasarkan pemeriksaan, keenam pelaku ternyata hendak melakukan pembunuhan terhadap empat pejabat negara.

"Tersangka TJ diminta untuk membunuh dua orang tokoh nasional. Kemudian 12 April 2019, tersangka HK mendapat perintah kembali untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya, jadi empat target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal di kantor Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Jakarta, Senin (27/5).

Adapun empat pejabat negara yang diancam dibunuh adalah Menkopolhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen Gories Mere.

Dalam kasus ini, polisi juga menyita berbagai jenis senjata api dan rompi antipeluru. Polisi juga berhasil mengamankan sejumlah mata uang asing dolar Singapura yang nilainya sekitar Rp 150 juta sebagai bagian dari janji pemberian uang.

 

Menhan Indonesia dan AS

Indonesia dan AS akan Gelar Manuver "Combat Medic" di Tahun 2020

Pasukan elite TNI Angkatan Darat, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) akan menggelar latihan bersama dengan pasukan Amerika Serikat pada 2020 setelah sempat terhenti beberapa tahun lalu.

Sitsu Antara melaporkan, Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu mengatakan hal itu usai menerima kunjungan kehormatan Pelaksana Tugas Sekretaris Menteri Pertahanan Amerika atau Acting Secretary of Defence of USA, H E Patrick Michael Shanahan, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, hari Kamis (30/5/2019).

Menurut dia, latihan bersama yang dilakukan oleh Kopassus dengan tentara AS itu terkait "Combat Medic". Combat Medic itu diajarkan bagaimana memberikan pertolongan pertama dan perawatan trauma garis depan di medan tempur dengan ketiadaan dokter yang siap sedia.

Di tempat yang sama, Danjen Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa mengakui, kerja sama latihan bareng dengan pasukan Amerika Serikat dimulai pada 2020 mendatang.

Rencananya latihan bersama ini akan dilakukan di Indonesia. Selanjutnya, dilakukan di Amerika Serikat.

 

Anwar Ibrahim

Anwar Ibrahim: Malaysia Harus Tegas Tolak Provokasi atas Iran

Presiden Partai Keadilan Rakyat, PKR Anwar Ibrahim bertemu Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Putrajaya untuk membahas hal-hal mendesak terkait masalah dalam dan luar negeri.

Sebagaimana dilaporkan The Star (28/5/2019), Anwar Ibrahim mengatakan, saya bertemu Mahathir dan menyinggung kekhawatiran PKR yang muncul dalam Rapat Dewan Pimpinan Pusat tentang ancaman Amerika Serikat terhadap Iran.

Ia menambahkan, pemerintah Malaysia perlu mengeluarkan sikap tegas menolak segala provokasi terhadap semua negara Muslim.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghancurkan Iran jika Tehran menyerang kepentingan Washington.

Ancaman Trump dikeluarkan pasca serangan terhadap aset minyak Arab Saudi minggu lalu dan serangan roket di Zona Hijau di Baghdad, Irak.

 

Tentara Myanmar

PBB Minta Semua Negara Isolasi Myanmar secara Finansial

Misi pencari fakta PBB untuk Myanmar, FFM meminta semua negara dunia untuk memutuskan kerja sama finansial dengan militer Myanmar, sebagai upaya menuntut pertanggung jawaban militer negara itu atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukannya.

Fars News (29/5/2019) melaporkan, Dewan HAM PBB, Selasa (14/5) mengumumkan, tidak ada kemajuan dalam proses penyelesaian krisis yang menimpa minoritas Muslim Rohingya, dan lebih dari satu juta di antaranya telah melarikan diri dari 'operasi pembersihan' yang dilakukan militer Myanmar di barat laut Rakhine.

Ketua Misi Pencari Fakta PBB untuk Myanmar, Marzuki Darusman mengatakan, situasinya berada dalam kemandekan total.

Salah satu anggota Misi Pencari Fakta PBB, Christopher Sidoti menuturkan, karena beratnya pelanggaran di masa lalu yang terus berlanjut hingga kini, maka perhatian harus dipusatkan pada ikatan politik, ekonomi dan keuangan militer Myanmar, sebagai cara untuk mengidentifikasi siapa dan apa yang harus menjadi target sehingga kami dapat memotong pasokan uang untuk meningkatkan tekanan dan menekan kekerasan.

 

Ashin Wirathu

Pemerintah Myanmar Tangkap Biksu Provokator

Pengadilan Myanmar mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap seorang biksu provokator Ashin Wirathu. Selama ini ia menjadi salah satu pemuka agama Buddha yang menolak keberadaan etnis Rohingya, dan pernyataannya acapkali menyulut aksi kekerasan terhadap kelompok minoritas itu.

Juru bicara kepolisian Myanmar, Myo Thu Soe, mengatakan surat perintah penangkapan itu diterbitkan Pengadilan Distrik Barat Kota Yangon pada Selasa (28/5). Namun, dia tidak menjelaskan lebih rinci alasannya.

Soe tak menjelaskan lebih rinci alasan penahanan Wirathu. Namun, dalam demonstrasi baru-baru ini, Wirathu berorasi menuduh pemerintah Myanmar korup.

Wirathu juga menuduh pemerintah berusaha mengubah konstitusi dengan cara memangkas kewenangan militer.

Wirathu merupakan biksu nasionalis terkemuka dan cukup memiliki pengaruh politik yang kuat di Myanmar, terutama sejak transisi pemerintahan dari junta militer dimulai pada 2011 lalu.

Dia terkenal dengan seruan kontroversialnya yang berbau ujaran kebencian, terutama terhadap kaum Muslim di negara dan etnis minoritas Rohingya.

Otoritas tertinggi keagamaan Myanmar juga melarang Wirathu berceramah selama satu tahun karena ujaran kebencian yang disampaikan dalam berbagai pidatonya.

 

Jelang hari Raya Idul Fitri, Bom Guncang Selatan Thailand

Sebuah bom meledak di pasar Nong Chik, Provinsi Pattani, Thailand yang menewaskan dua orang, termasuk seorang remaja berusia 14 tahun, Selasa (28/5) sekitar sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Pattani merupakan satu dari tiga provinsi di selatan Thailand yang masih bergejolak sejak dilanda konflik tahun 2004 silam.

Sekitar 7.000 orang yang sebagian besar merupakan warga sipil tewas dalam bentrokan antara kelompok milisi Muslim dan umat Buddha di wilayah selatan Thailand itu.

Serangan bermula ketika seorang pria dengan sepeda motornya meledakkan bom di tengah keramaian pasar Nong Chik.

Thanawee memaparkan empat personel militer ikut terluka akibat insiden yang terjadi saat bulan Ramadan di wilayah bergejolak itu.

Thanawee menduga serangan itu dilakukan kelompok pemberontak di Provinsi Yala yang mencoba balas dendam atas kematian seorang pemimpinnya yang menjadi buronan aparat Thailand.

Dia mengatakan sang pemimpin pemberontak bernama Abdulloh Lateh. Pria 37 tahun itu merupakan tokoh pemberontak di distrik Yaha. Lateh tewas ditembak mati saat militer mengepung rumahnya beberapa waktu lalu.

 

PM Thailand, Prayuth Chan-o-Cha

Perdana Menteri, Prayuth Chan-O-Cha, mengecam serangan di Pattani itu dan menganggapnya sebagai tindakan "yang tidak manusiawi".

Serangan bom hari ini terjadi sehari setelah insiden serupa menerjang Provinsi Songkhla. Insiden itu menewaskan seorang petugas kepolisian dan melukai tiga orang lainnya.

Situs CNN melaporkan, video CCTV yang tersebar menunjukkan kepulan asap tebal menyelimuti lokasi kejadian sesaat setelah bom meledak. Sang polisi yang menjadi korban tergeletak tidak berdaya saat kejadian berlangsung.(PH)

 

Tags