Mengapa Imam Khamenei Anggap Cucu Nabi ini Teladan Perempuan dan Laki-Laki?
(last modified Thu, 07 Nov 2024 13:08:54 GMT )
Nov 07, 2024 20:08 Asia/Jakarta
  • Mengapa Imam Khamenei Anggap Cucu Nabi ini Teladan Perempuan dan Laki-Laki?

Parstoday – Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, menyebut Sayidah Zainab, putri Imam Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fathimah Zahra, memiliki sejumlah karakter unggul seperti mengenal situasi, berani, dan kesabaran tinggi.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, menganggap Sayidah Zainab, putri Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fathimah Zahra, sebagai contoh kemuliaan dan keagungan perempuan.
 
Sayidah Zainab, adalah putri Imam Ali bin Abi Thalib, dan Sayidah Fathimah Zahra, sekaligus cucu Rasulullah SAW. Beliau tumbuh di sebuah keluarga besar yang merupakan teladan keimanan, keberanian, dan ketakwaan.
 
Sayidah Zainab, memainkan perang penting dalam peristiwa Asyura. Beliau bukan hanya berada di sisi saudaranya Imam Hussein as, di Karbala, dan bertanggung jawab mengurusi perempuan dan anak-anak, tapi, setelah gugurnya Imam Hussein, dan sahabat-sahabatnya, beliau juga bertugas menjaga kelanggengan pesan Asyura.
 
Ketika menjadi tawanan dan berhadapan dengan musuh semacam Yazid bin Muawiyah, dan Ibnu Ziyad, Sayidah Zainab, berdiri dengan berani dan kuat menjelaskan hakikat peristiwa Karbala kepada masyarakat dengan pidato-pidato mencerahkannya. 
 
Kalimat terkenal dari Sayidah Zainab, saat menjawab pertanyaan terkait bagaimana tanggapannya ketika menyaksikan peristiwa Karbala adalah, «ما رأیت الا جمیلا» "Aku tidak menyaksikan apa pun selain keindahan" dan hal itu menunjukkan puncak makrifat dan keimanan beliau kepada Tuhan dan hakikat penciptaan.
 
 
Pandangan Imam Khamenei terhadap Sayidah Zainab, Teladan Umat Manusia
 
Imam Khamenei, berulangkali dalam paparannya menyinggung kepribadian Sayidah Zainab, dan menyebutnya sebagai teladan tanpa tanding bagi perempuan. Menurut Pemimpin Revolusi Iran, karena peran unggulnya di peristiwa Asyura, dan perlawanan atas musuh, Sayidah Zainab, adalah teladan unggul dari seorang perempuan Muslim dan Mukmin.
 
Ayatullah Khamenei berkata, "Di Asyura, dalam peristiwa Karbala, darah menang atas pedang, memang benar-benar menang, faktor penentu kemenangan ini adalah Sayidah Zainab, karena darah sudah tertumpah di Karbala. Peristiwa ini menunjukkan bahwa perempuan tidak pernah dipinggirkan dalam sejarah, perempuan berada di jantung kejadian-kejadian penting sejarah."
 
Pemimpin Revolusi Iran, menyebut Sayidah Zainab, memiliki sejumlah karakteristik unggul seperti mengenal situasi, pemberani, dan kesabaran yang tinggi, sehingga menjadikannya teladan kemuliaan dan keagungan perempuan.
 
"Zainab Kubra, telah memadukan kasih sayang perempuan dengan keagungan dan keteguhan serta ketenangan hati seorang Mukmin, dan memiliki tutur kata tegas dan jelas sebagai seorang pejuang di jalan Allah SWT, dan keagungannya sebagai perempuan, membuat para pembesar palsu, terhina dan menjadi kecil di hadapannya," imbuh Imam Khamenei.
 
Pemimpin Revolusi Islam Iran, menyebut Sayidah Zainab, sebagai guru perilaku Islami bagi perempuan, dan menganggap sepak terjang beliau dalam setiap fase kehidupan sebagai teladan nyata bagi perempuan.
 
Ia menuturkan, "Zainab Kubra, memainkan peran sebagai istri, ibu, dan anak perempuan yang unggul di keluarga Nabi Muhammad SAW, di Madinah, dan beliau menjalankan peran itu sebaik-baiknya. Dari sisi keilmuan, ketakwaan, kesucian, akhlak, dan yang lainnya, beliau adalah guru spiritual, guru akhlak, dan guru perilaku Islami bagi perempuan."
 
Ayatullah Khamenei, juga menyoroti kedudukan spiritual Sayidah Zainab, dan menganggap beliau sebagai sebuah teladan pendidikan Islam, bagi seluruh perempuan.
 
"Jika masyarakat Islam, mendidik perempuan dengan teladan Islami, yaitu teladan Zahra, Zainab, dan perempuan-perempuan besar, agung, perempuan yang mampu mempengaruhi dunia dan sejarah, maka saat itu perempuan akan mencapai kedudukan hakikinya yang luhur," ujar Rahbar.
 
Pemimpin Revolusi Islam Iran juga menyinggung pidato dan khutbah mematikan Sayidah Zainab di hadapan musuh, memuji keagungan serta keberanian beliau, dan menganggapnya sebagai manifestasi kemuliaan.
 
Ia menegaskan, "Sayidah Zainab Kubra, berhadapan dengan orang-orang yang tidak bisa dipercaya semacam ini, tapi beliau berpidato secara tegas. Beliau adalah perempuan sejarah. Perempuan ini tidak lemah, perempuan ini adalah teladan. Teladan bagi seluruh laki-laki besar alam semesta, dan perempuan-perempuan besar di muka bumi." (HS)