Mencermati Keputusasaan Rezim Zionis Menghadapi Kelompok Perlawanan
(last modified Mon, 25 Nov 2024 03:32:07 GMT )
Nov 25, 2024 10:32 Asia/Jakarta
  • Front Perlawanan
    Front Perlawanan

Meskipun Gedung Putih memberikan dukungan penuh kepada Tel Aviv, rezim Zionis tidak mampu menghadapi kelompok perlawanan Palestina dan Hizbullah Lebanon dalam perang.

Berlanjutnya perang di Gaza, dan operasi Hizbullah di Lebanon telah menyebabkan kerusakan besar pada bagian militer, keamanan, dan pangkalan spionase di Wilayah Pendudukan, dan para pemimpin rezim Zionis serta komandan militer rezim ini mengakui ketidakmampuan mereka untuk menghadapinya kelompok perlawanan.

Surat kabar Zionis Haaretz mengutip mantan pejabat Israel, melaporkan bahwa Benjamin Netanyahu, yang tidak mengenal batas, kini ketakutan dan akan membawa Israel ke jurang yang dalam.

Haaretz, mengutip sumber informasinya juga melaporkan bahwa Netanyahu telah tiga kali gagal mencapai kesepakatan pertukaran tawanan (tawanan Zionis) dengan Hamas dalam beberapa bulan terakhir.

Perdana Menteri Rezim Zionis, yang kembali bereaksi terhadap skandal keamanan dan kebocoran informasi dari kantornya, juga mengatakan, Kebocoran informasi ini merupakan bahaya besar bagi keamanan Israel.

Krisis keamanan di Wilayah Pendudukan semakin hari semakin meningkat, dan kini orang-orang di sekitar Netanyahu dan anggota kantornya dituduh membocorkan informasi rahasia.

Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis

Seiring dengan kegagalan berturut-turut tentara Zionis melawan perlawanan, pengungkapan informasi rahasia dari kantor Perdana Menteri Rezim Zionis akan menjadi skandal lain bagi Netanyahu, yang telah banyak dikritik oleh partai-partai oposisi rezim Zionis.

Selain skandal keamanan Netanyahu, dalam medan perang, khususnya melawan Hizbullah Lebanon, tentara rezim Zionis tidak memiliki kemampuan menghadapi perlawanan Lebanon.

Hizbullah Lebanon terus beroperasi dengan sukses di berbagai bidang, sementara Zionis mengakui ketidakmampuan mereka untuk berperang.

Perlawanan Islam Lebanon mengumumkan bahwa pada Sabtu (23/11) ada 34 operasi militer dilakukan terhadap rezim Zionis.

Operasi ini mencakup upaya kekuatan perlawanan untuk mencegah kemajuan tentara Zionis dan menyerang kekuatan Zionis di wilayah perbatasan Lebanon dan Wilayah Pendudukan.

Hal ini terjadi dalam konteks di mana Jenderal Michael Erik Kurilla, Komandan Staf Pusat Angkatan Darat AS (CENTCOM) dan Herzi Halevi, Kepala Staf Gabungan Militer Rezim Zionis bertemu di Tel Aviv dan keduanya melakukan penilaian bersama mengenai situasi keamanan di bagian utara Wilayah Pendudukan yang fokus utamanya adalah pada masalah keamanan strategis, khususnya yang berkaitan dengan Lebanon.

Perkembangan di kawasan dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa rezim Zionis menjadi sangat rentan dengan perluasan medan perang, dan kekuatan perlawanan dengan mudah menargetkan pangkalan militer dan keamanan serta spionase sensitif rezim Zionis di Wilayah Pendudukan.

Pendekatan operasional Hizbullah Lebanon mengungkap krisis keamanan di Tel Aviv dsehingga para pejabat Zionis mengambil sikap terhadap Netanyahu terkait kelanjutan perang.

Sekelompok panglima militer rezim Zionis selalu memeringatkan mengenai dampak lanjutan perang dan konsekuensinya dalam beberapa hari terakhir.

Krisis keamanan di Tel Aviv saat ini merupakan konsekuensi dari perang yang sedang berlangsung di Gaza dan Lebanon.

Netanyahu dan anggota kabinet yang ekstrem tidak memiliki pembenaran atas tindakan mereka, dan partai-partai oposisi rezim Zionis menganggap kabinet justru sebagai penyebab utama krisis ini.

Rezim tidak sah Zionis tidak pernah menghadapi kondisi seperti ini dan melemahnya struktur keamanan dan militer dalam perang dengan kelompok perlawanan telah mempercepat keruntuhan politik, ekonomi dan keamanan di wilayah-wilayah pendudukan.(sl)