Irak Semakin Tidak Aman, Negara Sibuk dengan Pemilu Legislatif?
(last modified Wed, 21 Jul 2021 08:38:54 GMT )
Jul 21, 2021 15:38 Asia/Jakarta

Irak telah menyaksikan beberapa insiden keamanan besar dalam tiga minggu terakhir, yang terbaru adalah Senin (19/07/2021) malam di kota Sadr, sebelah timur Baghdad.

Pada tanggal 29 Juni, jet tempur AS mengebom posisi al-Hashd al-Shaabi di perbatasan Suriah-Irak. Setelah agresi militer ini, 4 orang pasukan al-Hashd al-Shaabi" menjadi martir dan sejumlah lainnya terluka parah.

Ledakan di kota Sadr, sebelah timur Baghdad

Dalam membenarkan kejahatan tersebut, para pejabat AS mengklaim bahwa serangan militer terhadap al-Hashd al-Shaabi sebenarnya adalah bentuk "pertahanan diri".

Pada 12 Juli, kebakaran di Rumah Sakit Imam Husein di Nasiriyah, ibukota provinsi Dhi Qar, menewaskan 124 orang dan melukai puluhan lainnya. Sementara pada Senin malam (19 Juli), sebuah ledakan di kota Sadr, sebelah timur Baghdad, menewaskan 35 orang dan melukai 60 lainnya.

Sekitar tiga minggu yang lalu, sebuah ledakan terjadi di Kota Sadr, Baghdad, di pasar al-Mahabis yang menyebabkan 15 orang terluka. Selain itu, ledakan menara listrik yang telah direncanakan sebelumnya telah menjadi masalah keamanan lain dalam beberapa pekan terakhir di Irak.

Ketidakamanan ini mengandung beberapa poin penting.

Pertama, mengamati perkembangan keamanan dan keserentakannya satu sama lain menunjukkan adanya tujuan dan perencanaan peristiwa ini. Salah satu tanda ini menjadi sasaran adalah penargetan warga sipil. Para korban rumah sakit Imam Husein dan ledakan di Kota Sadr semuanya adalah warga sipil Irak.

Kedua, meskipun kelompok teroris Daesh (ISIS) telah mengaku bertanggung jawab atas ledakan menara serta ledakan Kota Sadr, peran beberapa penyusup internal serta ekstremis asing dalam terjadinya ledakan ini cukup jelas. Kenyataan ini menunjukkan adanya tujuan dan pengorganisasian yang dapat ditemukan adalah ketidakamanan ini.

Ketiga, ISIS berusaha menebus berbagai kekalahannya di Irak dengan melakukan ledakan-ledakan ini dan membuat Irak tidak aman. Militer dan al-Hashd al-Shaabi telah memberikan pukulan berat bagi kelompok teroris ISIS dalam beberapa bulan terakhir dan telah dipermalukan di Irak.

Pertama, mengamati perkembangan keamanan dan keserentakannya satu sama lain menunjukkan adanya tujuan dan perencanaan peristiwa ini. Salah satu tanda ini menjadi sasaran adalah penargetan warga sipil.

Dalam hal ini, Mustafa al-Kadhimi, Perdana Menteri dan Panglima Angkatan Bersenjata Irak, dalam menanggapi pemboman di Kota Sadr mengatakan, "Terorisme dan Khawarij masa kini telah mengakui kekalahannya untuk meraih sejengkal tempat akibat serangan yang diterima dari pasukan militer kami. Akhirnya, mereka menggunakan metode yang memalukan dan gagal untuk membunuh orang tak bersalah tanpa tujuan, yang merupakan agama para pengecut.”

Keempat, tujuan utama meledakkan menara listrik dan peledakan di pusat-pusat kesehatan dan tempat-tempat sipil di Irak adalah untuk menciptakan kekacauan umum di negara ini.

Teroris dan pendukung dalam dan luar negeri berusaha membawa rakyat Irak kembali ke jalan-jalan dan mengganggu suasana politik dan keamanan dengan meluncurkan ketidakamanan yang meluas, terutama karena Irak berada di ambang pemilihan umum parlemen yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada 10 Oktober.

"Para penjahat ingin membuat kekacauan dengan upaya putus asa mereka," kata Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi.

Kelima dan terakhir, ketidakamanan beberapa minggu terakhir dan pengorbanan warga sipil menunjukkan bahwa pemerintah di Irak lemah.

Mustafa al-Kadhimi, Perdana Menteri Irak

Kelemahan ini telah menyebabkan kelambanannya dalam menghadapi penyebab ketidakamanan baru-baru ini. Sejauh ini, tanggapan pemerintah Irak terhadap ketidakamanan ini terbatas pada melakukan investigasi dan membentuk beberapa komite investigasi.

Ada lebih banyak alasan untuk membuat mereka sibuk dengan masalah pemilu. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa ketidakamanan ini akan berlanjut di Irak.