Mikati dan Prospek Krisis Lebanon
(last modified Sat, 31 Jul 2021 13:02:24 GMT )
Jul 31, 2021 20:02 Asia/Jakarta
  • Najib Mikati
    Najib Mikati

Najib Mikati ketika di tunjuk sebagai perdana menteri untuk membentuk kabinet di Lebanon, sebalumya ia sempat ditunjuk sebagai perdana menteri sementara dan sekali setelah dua tahun ia mengudurkan diri dari posisi perdana menteri.

Di Lebanon, presiden dipilih dari Kristen Maronit, perdana menteri dari Ahlu Sunnah dan ketua parlemen dari Syiah. Najib Mikati kembali ditunjuk sebagai perdana menteri setelah mendapat 72 suara dan ia diperintahkan membentuk kabinet baru.

Parlemen Lebanon memilii 128 anggota dan dua anggotanya telah meninggal, delapan lainnya mengundurkan diri dan kini terdiri dari 118 anggota. 42 anggota menolak penunjukan Mikati dan satu orang, memberi suara kepada Nawaf Salam, mantan dubes Lebanon di PBB. Saad Hariri Oktober 2020 dengan 65 suara dipilih untuk membentuk kabinet, yang merupakan suara minimal.

Lebanon

Mikati 19 April 2005 terpilih sebagai perdana menteri Lebanon dan hingga 19 Juli tahun itu tetap menjabat posisi ini. Pemerintahannya waktu itu adalah pemerintahan sementara yang hanya bertugas hingga pemilu parlemen baru digelar dan pembentukan pemerintah dianggap resmi berdasarkan pemilu ini. Mikati di tahun 2011 untuk kedua kalinya ditunjuk sebagai perdana menteri dan mengundurkan diri tahun 2013, serta melanjutkan tugasnya sebagai plt perdana menteri hingga Februari 2014. Kini Mikati untuk ketiga kalinya ditugaskan sebagai perdana menteri Lebanon dan jika berhasil, ia akan menjabat posisi ini untuk ketiga kalinya. Hal ini mengindikasikan bahwa penunjukan Mikati karena terpaksa dan ditujukan untuk menyelesaikan krisis politik saat ini.

Penunjukan Mikati sebagai perdana menteri baru menuai respon pemain asing. Amerika Serikat, Pranis dan Uni Eropa menyatakan hanya bersedia mendukung Mikati jika ia secepatnya bersedia bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Di tingkat negara Arab, Mesir juga mendukung penunjukan Mikati dan Yordania juga menunjukkan sikap serupa dengan Kairo. Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar juga tidak menunjukkan penentangan terhadap penunjukan Mikati. Arab Saudi yang menentang pembentukan pemerintahan yang melibatkan Hizbullah, tidak menunjukkan sikap khusus terkait hubungan dengan Mikati. Oleh karena itu, sepertinya Mikati sedikitnya untuk jangka pendek dan hingga pembentukan kabinet baru Lebanon akan mendapat dukungan dari para pemain asing.

Najib Mikati menyadari tiga masalah:

Pertama, rakyat lebanon melawan konflik politik tokoh dan faksi negara ini serta menuntut diakhirinya konflik ini dan pembentukan secepatnya kabinet.

Kedua, Mikati menyadari posisi perdana menteri sementara, karena Lebanon tahun depan akan menyaksikan penyelenggaraan pemilu parlemen baru. Tentu saja, jika tidak ditunda dalam waktu yang lama seperti pemilihan parlemen sebelumnya. Pemilihan parlemen terakhir Lebanon diadakan pada 2018, tetapi pemilihan sebelumnya diadakan pada 2009. Dengan kata lain, pemilu yang seharusnya digelar pada 2013 ditunda 5 tahun. Mempersiapkan pemilihan parlemen baru adalah masalah yang harus dikejar oleh kabinet Mikati dan parlemen Lebanon serta kelompok-kelompok politik.

Ketiga, Mikati menyadari bahwa Lebanon menghadapi krisis ekonomi yang parah, krisis yang mendorong aksi demo berulang warga di berbagai wilayah negara ini. Mikati pernah menjadi Perdana Menteri sementara pada tahun 2005, mengundurkan diri sekali pada tahun 2013, dan sekarang ditugaskan untuk membentuk kabinet baru di tengah meningkatnya kesengsaraan ekonomi bagi rakyat Lebanon.

Mikati dapat terus bekerja dengan tenang jika dia memikirkan solusi jangka pendek untuk masalah ekonomi rakyat Lebanon, jika tidak, dia akan menghadapi protes rakyat yang masih ada di berbagai bagian Lebanon hari ini. (MF)

 

 

Tags