Siapa Dalang Kerusuhan Baru di Lebanon ?
Situasi di Lebanon kembali tegang. Serangan terhadap demonstrasi damai menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 60 lainnya. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengumumkan berkabung nasional pada hari Jumat untuk menghormati mereka yang tewas dalam bentrokan terbaru di Beirut.
Bentrokan ini berkaitan dengan ledakan tahun lalu dan langkah penyelidik yang menetapkan tersangka secara politis. Ledakan 4 Agustus 2020 di pelabuhan Beirut menewaskan sekitar 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang. Kini, empat belas bulan setelah terjadinya ledakan ini, warga Lebanon berunjuk rasa pada hari Kamis untuk memprotes tindakan Hakim Tarek Bitar.
Rakyat Lebanon menuduh Bitar tidak objektif dalam menjalankan tugasnya. Hizbullah, dan gerakan Amal menyerukan pendukung mereka melancarkan protes damai terhadap keputusan sepihak Bitar.
Ia telah mendakwa beberapa pemimpin terkemuka Hizbullah dan gerakan Amal terlibat dalam ledakan tersebut. Anggota parlemen dan menteri yang berafiliasi dengan Hizbullah dan gerakan Amal menilai Bitar telah mempolitisasi masalah ini demi kepentingan Washington melalui kedutaan AS di Beirut.
Selama demonstrasi damai berlangsung, penembak jitu yang mengaku berafiliasi dengan kelompok Hizbullah dan Amal, tapi sebenarnya berasal dari Partai Al Quwah Lubnaniyah yang dipimpin Samir Geagea; menembaki para pengunjuk rasa, yang menewaskan delapan orang dan melukai lebih dari 60 lainnya.
Presiden Lebanon Michel Aoun menggambarkan kejahatan tersebut diarahkan oleh beberapa arus politik untuk menyulut kerusuhan sipil. "Kami tidak akan membiarkan apa pun terjadi lagi dan kami tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyandera negara untuk kepentingan mereka sendiri," kata Michel Aoun.
Ada hubungan antara fenomena terbaru di Beirut dengan perkembangan internal di Lebanon. Kejahatan itu terjadi ketika Hizbullah Lebanon mengimpor bahan bakar dari Iran untuk mengatasi krisis bahan bakar di negara itu.
Gagasan mengimpor bahan bakar dari Iran diajukan oleh Sayid Hassan Nasrullah, tapi sejak awal ditentang oleh pihak oposisi di Lebanon, dan mereka terus berusaha untuk mengimbangi efek positif dari inisiatif tersebut.
Ahmad Dastmalchian, analis Asia Barat menyoroti aksi penembakan pada demonstrasi damai di Beirut kemarin dengan mengatakan, "Lebanon telah berada dalam kekacauan selama beberapa waktu. Sebagian besar kerusuhan ini berasal dari kekuatan oposisi bersama kekuatan asing, terutama yang berpengaruh di Asia Barat. Mereka tidak ingin Lebanon tenang dan memiliki pemerintahan yang kuat dan stabil. Tujuannya untuk menguras tenaga rakyat dan menjauhkan mereka dari kubu perlawanan,".
Isu lainnya adalah pemantauan pergerakan duta besar AS di Beirut yang menunjukkan bahwa kedutaan AS berada di balik kerusuhan di Lebanon.
Duta Besar AS telah mengadakan pertemuan mencurigakan dengan beberapa tokoh Lebanon, termasuk hakim yang menangani kasus ledakan Beirut. Tarek Bitar mengadakan pertemuan dua jam dengan Duta Besar AS untuk Beirut, Dorothy Shea.
Pertemuan itu diikuti dengan penangkapan dua anggota koalisi 8 Maret, Ali Hassan Khalil, mantan menteri keuangan, dan Ghazi Zaiter, anggota parlemen Lebanon saat ini. Untuk mencegah menguatnya pengaruh Hizbullah di Lebanon, Amerika Serikat berusaha melempar tuduhan terhadap gerakan ini melalui beberapa aktor internal dan menyulut kerusuhan dengan tujuan supaya pemerintahan Lebanon tetap lemah.(PH)