Transformasi Asia Barat, 26 November 2022
Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya, UEA Ingin Jalin Hubungan Stabil dan Dinamis dengan Iran.
Selain itu, masih ada isu lainnya seperti; Arab Saudi Jadi Pusat Narkoba di Asia Barat, Panglima Militer Lebanon: Tugas Asli Kami adalah Melawan Israel, Menlu Irak: Iran dan Arab Saudi Bersedia Lanjutkan Negosiasi, Yaman: Seluruh Pelabuhan Target Kami, Era Pencurian Minyak Berakhir, Israel Ketakutan akan Meletusnya Intifada Ketiga, Bashar Assad: Dukungan Iran terhadap Suriah Efektif, Irak akan Tempatkan Pasukan di Perbatasan Iran-Turki.
UEA Ingin Jalin Hubungan Stabil dan Dinamis dengan Iran
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, UEA, dalam pembicaraan telepon dengan sejawatnya dari Iran, menginginkan hubungan bilateral yang stabil dan dinamis.
Menlu UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, Rabu (23/11/2022) melakukan pembicaraan dengan Menlu Iran, Hossein Amir Abdollahian. Dalam pembicaraan telepon itu, Menlu Iran menjelaskan perkembangan terbaru hubungan bilateral dua negara, dan situasi global saat ini.
Kepada sejawatnya dari UEA, Abdollahian mengatakan, "Pengembangan dan perluasan hubungan dengan negara-negara tetangga termasuk UEA, merupakan perhatian kami."
Pada saat yang sama, Menlu Iran mengumumkan kesiapan Tehran, untuk menyelenggarakan pertemuan bersama seputar masalah perdagangan dua negara.
Di sisi lain, Abdollahian memprotes langkah tidak konstruktif Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa terkait kerusuhan terbaru di Iran, dan politisasi serta pemanfaatan organisasi-organisasi internasional semacam organisasi hak asasi manusia.
Sementara itu, Menlu UEA menyampaikan keinginan negaranya untuk menjalin hubungan yang stabil dan dinamis dengan Republik Islam Iran.
Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan juga menekankan urgensi dihindarinya politisasi organisasi-organisasi HAM, dan mendesak dihidupkannya kembali kesepakatan nuklir karena akan menguntungkan semua pihak.
Arab Saudi Jadi Pusat Narkoba di Asia Barat
Arab Saudi adalah pengguna narkoba terbesar ketiga di dunia, dan menempati urutan pertama di Asia Barat.
Situs Saud Leaks mengutip laporan geopolitical Futures berjudul "Arab Saudi, Pusat Narkoba Timur Tengah" hari Senin (21/11/2022) melaporkan, dari 2015 hingga 2019, Arab Saudi menyumbang lebih dari 45 persen kasus penyitaan dan penemuan tablet amphetamine yang dikenal sebagai Captagon di dunia.
Menurut laporan resmi Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, jumlah pecandu di negara ini mencapai 200.000 orang, tetapi menurut beberapa organisasi sipil, jumlah pecandu jauh lebih tinggi daripada data statistik resmi.
Arab Saudi adalah negara pengguna narkoba terbesar ketiga di dunia dan menempati urutan pertama di Asia Barat. Menurut undang-undang, hukuman untuk penggunaan dan perdagangan narkoba di Arab Saudi adalah hukuman mati, tetapi ini hanya berlaku untuk warga negara biasa dan imigran, sebab anggota keluarga yang berkuasa dibebaskan dari penuntutan.
Penggunaan narkoba di kalangan anak laki-laki dan perempuan di daerah perkotaan pada usia 18 hingg 29 tahun telah meningkat lebih banyak, dan lebih dari 60 persen pecandu berasal dari kelompok usia ini.
Evaluasi menunjukkan bahwa 90 persen pecandu adalah warga negara Saudi, dan 10 persen adalah imigran, yang merupakan 40 persen dari penduduk negara itu.
Sementara anggota keluarga penguasa Arab Saudi menggunakan kekebalan mereka dari penuntutan dalam kasus narkoba di negara ini.
Panglima Militer Lebanon: Tugas Asli Kami adalah Melawan Israel
Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon menjelang hari ulang tahun kemerdekaan negara ini mengatakan, tugas asli Angkatan Bersenjata Lebanon adalah melawan Rezim Zionis, dan ketamakan, terorisme serta sabotase-sabotase rezim ini.
Letjen Joseph Aoun, Senin (21/11/2022) menuturkan, "Kami merayakan hari kemerdakaan di saat negara kami berada dalam kondisi sensitif, dan dalam kondisi ini semua pihak harus sadar, bijak dan bertanggung jawab, dan bekerja demi kepentingan nasional Lebanon."
Ia menambahkan, "Kemerdekaan adalah buah dari perjuangan bermartabat rakyat Lebanon, dan tantangan-tantangan determinan yang mampu dilewati berkat persatuan dan tekad rakyat."
Menurut Joseph Aoun, keberhasilan dalam kesepakatan demarkasi maritim adalah secercah harapan bagi Lebanon, dan merupakan langkah penting untuk menyelesaikan krisis saat ini melalui investasi di sektor asasi dari sumber daya alam negara ini.
"Kami tidak akan membiarkan perdamaian di dalam negeri terancam, dan kami akan membela rakyat serta tanah air kami," pungkasnya.
Menlu Irak: Iran dan Arab Saudi Bersedia Lanjutkan Negosiasi
Menteri Luar Negeri Irak mengatakan bahwa Republik Islam Iran dan Arab Saudi bersedia melanjutkan negosiasi damai.
Menteri Luar Negeri Irak Fouad Hussein hari Minggu (20/11/2022) menyinggung perkembangan terkait dengan mediasi Baghdad antara Iran dan Arab Saudi, denga mengatakan, "Upaya Irak untuk memimpin dialog antara Iran dan Arab Saudi terus berlanjut, dan kedua negara bersedia melanjutkan dialog,".
Mengenai situasi di Irak, Menlu Irak mengatakan, "Meberapa negara tetangga memiliki pengaruh di Irak. Apalagi selama bertahun-tahun, banyak negara di dunia, termasuk Amerika memiliki ribuan tentara di Irak,".
Sebelumnya, Perdana Menteri Irak Mohammad Shia al-Sudani menyatakan harapannya bahwa pembicaraan antara Iran dan Arab Saudi akan terus berlanjut di Baghdad selama masa perdana menterinya.
Al-Sudani mengklarifikasi bahwa pemerintahnya telah menerima tanda-tanda minat untuk melanjutkan peran Baghdad dalam memfasilitasi dialog antara Riyadh dan Tehran.
Sebelumnya, Presiden Irak Abdul Latif Rashid mengatakan bahwa Irak terus memediasi antara Arab Saudi dan Iran dan pertemuan terus berlanjut, tetapi hasilnya menjadi tanggung jawab mereka.
Selama beberapa bulan terakhir, Iran dan Arab Saudi telah mengirim pesan untuk menyelesaikan ketegangan dalam hubungan bilateral.
Yaman: Seluruh Pelabuhan Target Kami, Era Pencurian Minyak Berakhir
Perdana Menteri Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman kembali memperingatkan perusahaan-perusahaan asing jika mendekat ke pesisir pantai Yaman untuk mencuri minyak, maka ia akan menjadi target serangan militer.
Abdel-Aziz bin Habtour, Kamis (24/11/2022) dalam sebuah wawancara menegaskan bahwa balasan atas pencurian minyak Yaman, mulai sekarang akan dilakukan dengan langkah militer.
Ia mengatakan, "Minyak dan gas Yaman selama delapan tahun jatuh ke tangan dua negara agresor yang mendapatkan keuntungan dengan menyelundupkan migas Yaman. Angka jutaan dolar telah berubah menjadi miliaran dolar."
PM Yaman menambahkan, "Pertama kami memberikan peringatan keamanan, tapi jika mereka tidak memperhatikan pesan kami, maka kami akan mengubah peringatan keamanan ini menjadi langkah militer tegas, dan setiap perusahaan yang mendekat ke pelabuhan Republik Yaman, baik di Aden maupun Al Hudaydah, Al Dabba atau Al Nashima, akan diserang."
"Sejak awal sudah kami umumkan bahwa kami siap melanjutkan gencatan senjata damai, dengan syarat masalah gaji pegawai pemerintah dan militer selesai. Dengan tegas kami sampaikan bahwa kami tidak akan membiarkan siapa pun tanpa kesepahaman dengan Sanaa, membawa pergi minyak dan gas Yaman," pungkasnya.
Israel Ketakutan akan Meletusnya Intifada Ketiga
Mantan ketua dinas intelijen militer rezim Zionis Israel menyatakan bahwa ada indikasi yang jelas terkait dimulainya intifada ketiga Palestina.
Seperti dilaporkan Rusia al-Youm Jumat (25/11/2022), Tamir Hayman mengatakan, ada indikasi jelas yang tidak dapat dipungkiri terkait meletusnya intifada ketiga Palestina yang sampai saat ini belum pernah kita saksikan. Kondisi Palestina tengah meledak, di luar bayangan kita. Kita harus memandang operasi teroris yang terjadi di Quds dan juga operasi penculikan jenazah Tiran Fero sebagai indikasi potensi ledakan situasi.
Rabu lalu terjadi dua ledakan di Quds yang menewaskan satu orang Israel dan melukai puluhan lainnya.
Media-media Israel menyatakan, transformasi beberapa bulan terakhir di Tepi Barat sebuah intifada yang berbeda dengan intifada dekade 80 dan tahun 2000, dan di intifada ini kita menyaksikan kekerasan lebih besar terhadap militer.
Media ini menyatakan, Israel menghadapi fenomena yang mengkhawatirkan. Sejak intifada kedua tahun 2007 hingga kini, kita belum menyaksikan transformasi seperti ini.
Gili Cohen, analis politik di Televisi Kan Israel mengatakan, para pemimpin keamanan Israel sangat khawatir ledakan situasi di dalam kota-kota Palestina.
Media ini mengutip sebuah sumber terpercaya dari pertemuan antara pejabat tinggi Israel dan Barbara Leaf, kepala bidang Timur Tengah di Kemenlu AS, menyatakan bahwa Amerika sangat khawatir atas peristiwa di Tepi Barat.
Selain itu, Koran Yediot Aharonot mengkonfirmasi kesiapan militer rezim Zionis untuk memperluas domain serangannya di Tepi Barat Sungai Jordan.
Koran ini menulis, Kementerian Peperangan Israel ingin pembelian segera 50 kendaraan lapis baja untuk digunakan di Tepi Barat.
Bashar Assad: Dukungan Iran terhadap Suriah Efektif
Presiden Suriah, Bashar Assad mengatakan Republik Islam Iran adalah pendukung yang efektif terhadap Suriah, dan Hizbullah adalah sekutu strategis bagi Damaskus.
Presiden Suriah, Bashar Assad hari Jumat (25/11/2022) mengatakan,"Republik Islam Iran secara efektif mendukung Suriah, dan terus memberikan dukungan secara ekonomi dan militer bagi negara ini,".
Mengenai hubungan Suriah dengan Hizbullah, Assad menjelaskan, "Kami mendukung Hizbullah dan dukungan ini akan terus berlanjut."
Berkaitan dengan kelanjutan hubungan dengan Turki, Presiden Suriah mengatakan, "Turki telah menyatakan kesiapannya untuk memenuhi tuntutan Damaskus, tetapi Suriah mengharapkan langkah-langkah praktis dari Turki,".
Selain itu, Presiden Suriah juga mengungkapkan hubungan Damaskus dan Amerika Serikat dengan menjelaskan, "Tidak ada kontak dengan Amerika dan kami mengandalkan intensifikasi perlawanan rakyat supaya Amerika meninggalkan tanah kami yang didudukinya," tegas Assad.
Irak akan Tempatkan Pasukan di Perbatasan Iran-Turki
Dewan Keamanan Nasional Irak dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat militer dan komandan pasukan Peshmerga, mengabarkan upaya penguatan pasukan di perbatasan Iran dan Turki.
Pertemuan Dewan Keamanan Nasional Irak, Rabu (23/11/2022) yang dipimpin Perdana Menteri Mohammed Shia Al Sudani, dan dihadiri anggota Dewan dan Komandan Peshmerga, mengkaji peristiwa-peristiwa terbaru yang terjadi di perbatasan Iran dan Turki.
Menurut keterangan Kantor PM Irak, dalam pertemuan tersebut disahkan keputusan bahwa Baghdad selain berupaya menghentikan serangan, juga memajukan upaya diplomatiknya.
Selain itu, ada empat keputusan lain yang disahkan dalam pertemuan tersebut, pertama, penyusunan program penempatan ulang pasukan Irak di titik nol perbatasan Iran dan Turki, dua, memenuhi semua logistik yang diperlukan pasukan, memperkuat kemampuan personel, pasokan dana, peralatan dan selainnya.
Ketiga, menggelar manuver dengan menggunakan personel Kementerian Dalam Negeri Irak untuk memperkuat perbatasan, dan keempat, koordinasi dengan pemerintah Wilayah Kurdistan, dan Kementerian Peshmerga untuk melindungi perbatasan Irak.