Mencermati Kembalinya Suriah ke Liga Arab
Presiden Suriah, Bashar al-Assad berkunjung ke Arab Saudi untuk menghadiri KTT Liga Arab atas undangan pemimpin Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz.
Assad terakhir kali menghadiri KTT Liga Arab tahun 2010, tapi setelah krisis internal di Suriah dan sejak November 2011, keanggotaan negara ini di Liga Arab ditangguhkan.
Selama 12 tahun lalu, Suriah tetap menjadi anggota Liga Arab, tapi tidak berhak menghadiri pertemuan organisasi ini, karena sejumlah anggota dan khususnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar menyatakan penentangannya atas sistem politik Damaskus pimpinan Bashar Assad, dan berbalik mendukung penuh kubu oposisi dan kelompok teroris.
Bashar Assad dengan bantuan Republik Islam Iran dan Hizbullah serta Rusia berhasil mengalahkan kelompok teroris, menjaga integritas wilayah Suriah serta mempertahankan sistem politik negara ini. Negara-negara Arab setelah menyadari fakta bahwa tidak mungkin menumbangkan pemerintahan Suriah, secara bertahap mengambil langkah untuk memulihkan hubungan dengan Damaskus, di mana proses ini diawali oleh Uni Emirat Arab.
Uni Emirat Arab (UEA) tahun 2018 mulai menjalin kembali hubungannya dengan Suriah, dan memainkan peran signifikan dalam memulihkan keanggotaan Suriah di Liga Arab. Assad yang selama krisis internal negara ini hanya berkunjung ke Rusia dan Iran, dan selama dua tahun lalu juga berkunjung ke Oman dan UEA, pada Kamis (18/5/2023) atas undangan Raja Salman, berkunjung ke Arab Saudi untuk menghadiri KTT Liga Arab ke-32.
Liga Arab pada 7 Mei 2023 menyatakan secara resmi mencabut penangguhan keanggotaan Suriah di organisasi ini.
Menteri luar negeri anggota Liga Arab pada 7 Mei dalam sidang istimewa menyatakan keputusannya untuk mencabut penangguhan keanggotaan Damaskus di organisasi ini, atau dengan kata lain mereka mengumumkan secara resmi kembalinya Suriah ke Liga Arab. Meski kini Suriah kembali menghadiri KTT Liga Arab, tapi sampai saat ini Kuwait, Maroko dan Qatar masih menentang normalisasi hubungan dengan Suriah.
Pemulihan hubungan negara-negara Arab dengan Suriah dan kembalinya Damaskus ke Liga Arab merupakan kekalahan nyata bagi penentang pemerintah Suriah, khususnya Amerika Serikat. Oleh kerena itu, Kemenlu AS dalam statemennya yang menunjukkan ketidakpuasannya atas kembalinya Suriah ke Liga Arab, menyatakan bahwa negara ini meyakini Suriah tidak berhak kembali ke Liga Arab.
Amerika Serikat seraya menjelaskan bahwa Washington tidak mendukung segala bentuk normalisasi hubungan dengan Suriah dan tidak akan mendukung sekutunya dalam hal ini, menyatakan "Kami bukan saja tidak akan menormalisasi hubungan dengan Bashar Assad, bahkan sanksi terhadap negara ini akan tetap dipertahankan secara penuh."
Majalah Amerika, News Week menulis, diplomat Amerika dalam wawancara dengan majalah ini mengakui bahwa kembalinya Damaskus ke Liga Arab memiliki sebuah pesan penting bagi Amerika Serikat; Akhir kehadiran militer dan pencabutan sanksi terhadap negara ini menjadi tujuan. (MF)