Hizbullah: Muqawama tidak akan Tunduk pada Sanksi
Anggota Dewan Pusat Hizbullah Lebanon mengatakan, menggunakan kekuatan asing akan memperumit solusi pemilihan presiden dan mencegah realisasinya dan tidak bermanfaat bagi mereka, perlawanan tidak akan tunduk pada sanksi dan tekanan.
Parlemen Lebanon, meski telah menggelar sidang 12 kali berturut-turut untuk memilih presiden, tapi sampai saat ini belum juga berhasil menemukan pengganti Michel Aoun yang telah habis masa kepresidenannya pada Oktober lalu.
Menurut laporan al-Ahed, Sheikh Nabil Qaouk Minggu (23/7/2023) menekankan, "Lebanon membayar harga untuk ilusi tantangan dan kelompok konfrontasi, dan merekalah yang telah memimpin negara ke dalam labirin ini dan pemilihan presiden ke dalam terowongan yang kita tidak tahu kapan itu akan berakhir dalam terang."
"Ketika mereka gagal dan menyadari kesalahan perhitungan mereka, mereka mencari kekuatan dari luar negeri untuk memberi kompensasi, dan hari ini mereka masih mencoba menerapkan keputusan dan sanksi internasional terhadap kami," tambah Sheikh Nabil Qaouk.
Lebih lanjut ia menambahkan, menggunakan kekuatan asing akan memperumit solusi pemilihan presiden dan mencegah realisasinya dan tidak bermanfaat bagi mereka, perlawanan tidak akan tunduk pada sanksi dan tekanan.
Seraya merujuk pada penistaan al-Quran di negara-negara Barat, Sheikh Nabil Qaouk mengatakan, apa yang terjadi mengenai penistaan berulang terhadap kitab suci umat Islam telah menguak tingkat kesesatan, maraknya kemunafikan dan tipu daya Barat dan tingkat penghinaan yang disengaja terhadap umat Islam.
Kekosongan yang terus berlanjut dalam lembaga kepresidenan Lebanon, di bawah bayang-bayang desakan partai politik dan arus posisi dan kandidat mereka, telah membawa kasus pemilihan presiden baru negara ini ke dalam labirin baru, yang membutuhkan kesepakatan atau perubahan perimbangan kekuatan internal untuk mengatasinya. (MF)