Sekilas tentang Kendali Israel atas Facebook
Televisi Aljazeera dalam sebuah programnya menguak dimensi kerja sama Dinas Intelijen dan Keamanan Internal Israel (Shin Bet) dengan Facebook untuk menghapus konten-konten yang diinginkan Shin Bet.
Wartawan Al Jazeera membuat dua halaman Facebook dalam bahasa Arab dan Ibrani dan mengungkapkan banyaknya kontradiksi dalam menangani konten kedua halaman tersebut oleh Facebook.
Facebook telah menghapus dan membatasi postingan warga Palestina dan konten terkait Palestina, perusahaan tersebut tidak pernah melarang atau membatasi postingan yang menghasut dalam bahasa Ibrani yang menyerukan pembunuhan terhadap orang Arab. Bahkan konten-konten yang jelas-jelas berisi terorisme tersebut tidak pernah dibatasi di Facebook.
Standar ganda di Facebook terhadap konten yang berkaitan dengan Palestina dan rezim Zionis telah membuat warga Arab Palestina dan pengguna berita yang berkaitan dengan Palestina menghadapi sensor nyata dan perlakukan diskriminasi di jejaring sosial ini.
Arik Barbing, mantan kepala unit siber Shin Bet mengonfirmasi kerja sama dengan Facebook untuk menghapus konten anti-Zionis. Laporan unit siber Shin Bet menunjukkan bahwa jejaring sosial Facebook telah menerima dan memenuhi permintaan berulang kali dari organisasi tersebut untuk menghapus postingan dengan konten Palestina.
Julie Awana, anggota dewan pengawas Meta (perusahaan induk Facebook) dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera mengatakan, "Kami telah mengonfirmasi pembatasan berlebihan terhadap konten berbahasa Arab dan Palestina dan kami berupaya mengubah praktik ini,".
Ini bukan pertama kalinya Facebook dituduh mengambil tindakan melawan Palestina. Hingga tahun 2012, sensor militer Israel hanya terbatas pada media tradisional, namun sejak itu, unit siber militer Zionis telah memasukkan kendali atas media baru ke dalam agendanya. Saat ini, banyak perusahaan teknologi di Israel terlibat dalam spionase di internet, dan banyak perusahaan multinasional, termasuk Facebook, bekerja sama dengan perusahaan Israel dalam hal ini.
Sebagian besar dari perusahaan-perusahaan ini milik orang-orang yang berafiliasi dengan unit 8200 cabang intelijen militer Israel dan telah menerima pelatihan dalam serangan dunia maya. Pada tahun 2016, situs web Spanyol Tele Sardar mengungkap pengenalan pejabat tinggi Israel ke organisasi Facebook dan menulis: Penasihat pertama Menteri Israel telah resmi bergabung dengan salah satu tim kepemimpinan Facebook. Jordan Clutter, kepala staf di kedutaan Israel di Washington, kini menjabat sebagai kepala kebijakan dan komunikasi untuk kantor Facebook di Israel.
Pada awal tahun 2017, setelah Facebook menutup lebih dari 100 halaman dan akun pengguna yang terkait dengan tokoh dan orang-orang di Gaza, Hamas mengumumkan bahwa jaringan tersebut bekerja sejalan dengan kepentingan dan tujuan Israel. Pada awal tahun 2018, setelah Delfin Riar, direktur kebijakan Facebook di Eropa Selatan, Timur Tengah dan Afrika, mengunjungi wilayah tersebut, jejaring sosial Facebook memblokir halaman resmi kantor berita Palestina Safa, yang memiliki 1,3 juta pengikut, tanpa penjelasan apa pun.
Pada Desember 2020, Facebook juga menutup halaman terkait pengungsi Palestina yang memiliki lebih dari 100.000 pengikut dan tidak pernah mengumumkan alasannya. Sekarang, dengan pengungkapan baru-baru ini, jelas bahwa penutupan halaman-halaman ini dalam beberapa tahun terakhir semuanya dilakukan atas permintaan Shin Bet Israel.
Pada tahun 2021, perusahaan tersebut menghapus sejumlah halaman aktivis Palestina. Para aktivis Palestina ini mengungkap kejahatan rezim Zionis di Facebook dan menentang normalisasi hubungan dengan rezim tersebut, namun tiba-tiba halaman pengguna mereka tidak tersedia. Pasca tindakan tersebut, Facebook tidak memberikan alasan yang meyakinkan kepada para aktivis Palestina tersebut terkait penutupan halaman mereka.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa perang antara Palestina dan Zionis tidak hanya terbatas pada arena darat saja, fase perang lainnya juga terjadi di arena siber, dan ruang lingkup upaya rezim Zionis untuk memberikan pengaruh pada media baru ini menunjukkan bahwa aktivitas pengguna Palestina juga sangat luas. Dan orang-orang Palestina dan para pendukungnya juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengubah ancaman yang ditimbulkan oleh media-media ini menjadi peluang untuk mendukung Palestina. (MF)