Horor Senjata Pemusnah Massal Israel
Kementerian Luar Negeri Belgia meminta rezim Zionis Israel untuk bergabung dalam Konvensi Larangan Senjata Kimia.
Bertepatan dengan 20 tahun pelaksanaan Konvensi Larangan Senjata Kimia, Menteri Luar Negeri Belgia, Didier Reynders dalam sebuah pernyataan hari Ahad (30/4/2017), meminta empat negara yang tersisa (Israel, Korea Utara, Mesir, dan Sudan Selatan) untuk mematuhi konvensi tersebut dan menghancurkan stok senjata kimia mereka.
Di antara nama-nama itu, Israel menjadi satu-satunya rezim penjajah yang menyulut krisis di wilayah Timur Tengah dan menghalangi terciptanya perdamaian. Militerisme Israel terutama dalam memproduksi senjata nuklir dan kimia secara praktis telah membahayakan keamanan dunia.
Dengan dukungan penuh Barat, Israel memproduksi dan menyimpan senjata pemusnah massal di wilayah Palestina pendudukan. Wilayah pendudukan kini menjadi gudang senjata terlarang Israel. Fakta ini mengundang keprihatinan dan sensitivitas opini publik dunia termasuk masyarakat Barat.
Meski demikian, Israel tetap ingin menambah koleksi senjata atomnya dengan bantuan negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat.
Beberapa laporan mengatakan bahwa sebuah dokumen baru yang bocor berbicara tentang langkah Israel untuk memproduksi senjata kimia, di mana Washington mengetahui masalah itu dan menyediakan bantuan luas kepada Tel Aviv.
Majalah Amerika, Foreign Policy baru-baru ini menyingkap dokumen milik Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) tentang arsenal senjata kimia dan biologi Israel. Menurut dokumen itu, sebagian dari pusat produksi senjata kimia dan biologi Israel berada di Gurun Negev di wilayah Palestina pendudukan. Institut Riset Biologi Israel (IIBR) yang terletak di Ness Ziona, dekat Tel Aviv, juga merupakan salah satu instalasi militer paling rahasia milik Israel.
Media-media Israel termasuk Haaretz melaporkan bahwa kebanyakan racun yang digunakan Dinas Intelijen Israel (Mossad) dalam operasinya diproduksi di pusat rahasia itu. Racun yang dipakai untuk meneror petinggi Hamas, Khaled Mashal oleh Mossad pada tahun 1997 juga diracik di Institut Riset Biologi Israel.
Pada Februari 2010, agen-agen Mossad membunuh Mahmoud al-Mabhouh, salah seorang pentinggi Hamas dengan racun yang diproduksi di lembaga tersebut.
Pusat penelitian itu memproduksi bakteri dan virus yang dapat memicu epidemi jika disebarkan di tengah masyarakat. Ada bukti yang kuat bahwa Israel juga mengembangkan senjata biologi yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
Para pengamat militer mengatakan, ekspor senjata Israel naik tajam dalam lima tahun terakhir karena dukungan penuh AS, terutama bantunan tahunan kepada militer rezim Zionis. Dalam beberapa tahun terakhir, Israel menandatangani kontrak penjualan senjata dengan berbagai negara termasuk India, Turki, dan Brazil.
Ekonomi Israel sedikit banyak bergantung pada ekspor dan penjualan senjata serta penyediaan jasa penasihat militer kepada kelompok-kelompok pemberontak dan teroris di dunia. Mesin-mesin perang yang diproduksi Israel ikut menambah angka kematian dan perang di dunia khususnya di Timur Tengah.
Dalam doktrin rezim Zionis, mempertahankan superioritas militer adalah sebuah kebutuhan vital bagi Tel Aviv.
Di pasar senjata, Israel sama sekali tidak berkomitmen dengan prinsip-prinsip moral dan melangkahi semua aturan demi meraup pendapatan yang lebih besar.
Perilaku Israel benar-benar menjadi ancaman terhadap keamanan Timur Tengah dan dunia. Belum lagi, ada laporan yang menyebutkan bahwa Israel menyediakan bahan dan senjata kimia untuk kelompok-kelompok teroris di kawasan. (RM)